Fadel Arya Wisesa, salah satu pewaris grup Airlangga Wisesa bertemu lagi dengan gadis yang pernah dijodohkannya. Dia Kayana Catleya, salah satu cucu dari grup Artha Mahendra.
Gadis yang pernah menolak untuk dijodohkan dengannya.
Saat tau sahabat gadis itu menginginkannya, Fadel dengan terang terangan mengatakan kalo Kanaya adalah calon istrinya di acara ulang tahun sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pihak pihak yang turut membantu
'Daddy, sebenarnya, siapa, sih, tunanganku?" Kayana langsung saja memasuki ruangan daddynya begitu sampai di perusahaannya.
Untung ngga ada tamu.
Farel tertawa melihat wajah kesal putrinya.
"Kenapa? Sudah ngga sabar nau ketemu?" ledek Farel. Jika saja istrinya ada di sini, pasti sama reaksinya dengan dirinya.
Putrinya sudah nampak sangat kesal.
Farel terkekeh. Dia mengacak rambut putrinya.
"Kamu tadi pergi ke perusahaan Fadel?" tanyanya setelah tawanya reda.
Kayana terdiam.
Daddy tau?
Kayana langsung salah tingkah. Dia menyesali kebodohannya. Daddy selalu mengawasinya. Dia lupa!
"Kenapa? Kamu mau tunangan sama.dia aja?" Farel mengembangkan cengirannya.
"Nggak, ya, dad. Aku nge bicarain bisnis sama dia. Bukan hanya sama dia aja, juga ada dua sepupunya yang laki laki," jelas Kayana agak kalang kabut
Farel tertawa yang Kayana yakin kalo daddynya ngga sepenuhnya percaya dengan penjelasannya.
"Daddy lupa kalo perusahaan kita jadi mainkon, bareng dengan perusahaan Fadel, ya," jelas Kayana lagi dengan agak bersungut
"Ooo..... Iya, sayang. Daddy percaya." Fadel tetap saja tertawa.
Kayana makin senewen. Makin yakin kalo daddynya ngga percaya dan mulai berprasangka yang nggak nggak.
"Menurut kamu, Fadel sebagai rekan bisnis bagaimana? He's oke?"
Kayana ngga tau arah ucapan daddynya kemana.
"Aku ngga tau, Dad. Kan, baru kenal."
"Hemm.... Tadi, kan, ketemu," goda Farel makin senang karena putrinya makin salah tingkah.
Kayana melengos dari tatap penuh jahil daddynya.
"Biasa aja."
Nyebelin malah, jawabnya dalam hati.
Farel tergelak lagi sambil mengacak gemas rambut putri tunggalnya.
Ngga lama lagi putri kesayangannya akan menjadi seorang istri dari laki laki lain.
Farel masih berharap kalo laki laki itu adalah Fadel.
Dia dan Emir sudah sepakat untuk mendekatkan keduanya dulu sebelum pertemuan dua keluarga akan digelar.
Proyek ini sengaja mereka gunakan sebagai jembatan agar kedua anak mereka bisa saling mengenal satu sama lain.
Terbukti putrinya baru saja kembali dari menemui Fadel.
Kinara pasti akan senang mendengarnya, batin Farel happy.
"Daddy harap kalian akan akur nantinya," selanya dalam tawanya yang ngga bisa berhenti.
Kayana ngga yakin dengan ucapan daddynya.
*
*
*
"Tadi kata Abiyan, Kayana menemui kamu?" tanya Emir ketika putranya memasuki ruangannya. Fadel mengantarkan sejumlah berkas pada papinya.
"Iya." Fadel sudah bisa menebak, pasti Abiyan akan berkicau kemana mana.
Emir tersenyum lebar.
"Bagus, kan? Dia berani mendatangi kamu."
"Hemm....."
"Mamimu sudah ngga sabar ingin menemuinya." Senyum Emir tambah lebar.
Fadel menghembuskan nafasnya perlahan.
"Pi, kalo Kayana menolak aku, papi ngga kasian sama aku?"
Kali ini Emir tergelak membuat Fadel kesal.
"Kenapa kamu ngga se pede ini?" Dia menjeda ucapannya untuk meredakan derai tawanya. Dia menatap wajah masam putranya.
"Gadis itu memang sangat cantik, ya," sambung Emir lagi.
Fadel ngga menyangkal. Terutama pada mata kucingnya yang berwarna coklat bening.
"Dia juga ngga aneh aneh. Kata daddynya, sama sekali belum pernah pacaran."
Masa?
Tapi beberapa sepupu perempuannya juga begitu.
"Kamu harus punya trik untuk dapetin dia."
Trik?
Seperti ngasih gaun?
"Minggu depan opa ultah. Kamu bisa ajak Kay untuk datang. Acaranya hanya buat keluarga kita saja."
Fadel menatap daddynya.
Ragu.
Gadis angkuh itu mau ngga, ya.
Kalo ditolak, dia pasti merasa amat sangat malu
Di tolak terus.......
Emir seakan tau isi pikiran putranya.
"Jangan takut ditolak. Pasti Kay maulah," tawa Emir. Ngga nyangka ternyata hanya Kayanalah yang bisa membuat putranya merasa insecure.
Dia semakin yakin kalo putranya sudah jatuh hati dengan Kayana.
Fadel ngga menyahut. Tapi wajahnya bertambah kesal karena papinya bisa membaca suara hatinya.
"Oh ya, sepertinya putri om Hendra menyukaimu," ucap Emir setelah stok tertawanya habis.
"Sepertinya."
"Putrinya memang sangat cantik. Tapi itu hasil operasi, rekayasa manusia."
Fadel sudah menduganya.
"Ngga masalah buat papi. Perempan berhak mencantikkan dirinya. Tapi ada rumor kurang sedap tentang dirinya."
"Rumor?"
"Sering gonta ganti pacar. Mungkin karena belum menemukan yang cocok," lanjut Emir.
Fadel manggut manggut
Hak asasi, kan, batinnya tersenyum.
"Tapi papi dan mami lebih suka kamu dengan Kayana," pungkas Emir tegas.
Sudah dia tebak, batin Fadel.
"Ingat, ya, Del. Jangan lupa minggu depan."
"Iya, papi."
Percuma juga dibantah, lebih aman di iyakan aja.
*
*
*
"Kelihatannya Kay sudah mencair," suara Farel mengisi liang telinga Emir.
Temannya menelponnya.
"Fadel juga." Emir juga tergelak.
"Fadel datang lebih dulu menemui Kay, kemudian Kay ganti mengunjungi Fadel---Anak anak kita memang susah ditebak," tukas Farel kemudian melanjutkan tawanya.
"Oooh.... Kamu tau juga, ya." Padahal Emir baru saja akan menyampaikannya pada Farel.
"Mungkin kamu bisa kasih tau Fadel kalo Kayana sudah luluh tapi masih gengsi," usul Farel memberikan solusi.
"Boleh juga. Fadel agak insecure dengan putrimu sejak pertunangan pertama mereka ditolak," tawa Emir senang.
"Insecure? Seorang Fadel?" Farel makin ngga bisa membendung tawanya.
"Iya. Hebat putrimu," puji Emir terang terangan.
"Sebanding dengan putramu."
Beberapa saat kemudian.
"Mir, suruh Fadel bikin putriku cemburu. Perasaannya gampang tertebak kalo sudah begitu."
"Ngga apa apa, nih?" Emir agak khawatir juga dengan rencana gila calon besannya.
"Ngga apa apa. Kasih trik triknya. Kalo perlu tanya Emra."
Tawa Emir meledak lagi.
"Oke, oke. Akan aku lakukan."
Farel merespon dengan kekehan senang.
*
*
*
Setelah membaringkan tubuhnya dan memeluk istrinya malam ini, Malik mendengar getaran ponselnya.
"Ada yang mengirimkan pesan," ucap Cassie.
"Biarkan saja, sudah malam." Malik bermaksud meneruskan cum-bu annya pada wajah Cassie.
Tapi Cassie menahannya.
"Siapa tau penting."
Malik menghembuskan nafasnya perlahan. Kesal karena ada yang menganggu aktivitasnya.
"Mungkin mami?"
"Nggaklah." Malik tau maminya-Vanda lebih suka menelpon dari pada mengirimkan pesan. Apalagi sudah larut malam begini, ngga pernah sama sekali.
"Siapa tau penting," bujuk Cassie. Kali ini dia mengecup pipi Malik sekilas, kemudian melepaskan rangkulan suaminya.
Malik menurut.
Mungkin juga, batinnya. Tapi tetap saja dia yakin bukan maminya yang mengganggunya malam malam begini.
Dia pun meraih ponselnya. Alisnya berkerut ketika tau siapa yang mengirim pesan.
"Mami, ya?" tanya Cassie sambil duduk di dekat Malik.
"Abigail," sanggah Malik sambil menatap istrinya sesaat kemudian baru membuka pesan dari sepupunya.
"Siapa Fadel?" tanya Cassie yang turut membaca pesan Abigail.
"Anaknya keluarga Airlangga," jelas Malik sambil berpikir.
Senyum di wajah Cassie mengembang manis.
"Dia tau kamu bisa diandalkan."
Malik tersenyum tipis
Dia membalas oke pada pesan tersebut
"Kita lanjutkan lagi." Malik membawa Cassie ke pangkuannya dan memulai aktivitas panas mereka yang tertunda.
*
*
*
Di kamarnya Abigail tersenyum setelah mendapat balasan dari Malik.
Kay, aku terpaksa melakukannya.
Dia membaca lagi pesan yang dia kirimkan pada Malik
Malik, tolong selidiki siapa tunangan baru Fadel. Ini buat Kay
pada demen banget sich ngerjain
si Kayana.......
anak orang udah seteresssss itu....
maju mundur kena......
perang hati dan logika ga sinkron.. sinkron...
bisa bisa kurus kering tuh anak orang....
trik...trik diet mah....lewaaaatt......😁😁😁
fadelllllllllll fadellll tunangan munkayanaa.. kapan sih kayana tauuuu....