Perjanjian

Malam ini tidak ada tugas untuk Rustini menyusui tuyul, seharusnya malam ini dia bisa tidur dengan pulas. Namun, pukul dua malam dia malah terjaga dan matanya begitu sulit untuk dipejamkan.

"Kenapa nggak bisa tidur lagi? Padahal ini waktunya aku untuk beristirahat," ujar Rustini.

Dia sudah mencoba untuk memiringkan tubuhnya, dia sudah mencoba untuk tidur di lantai. Namun, tetap saja tak bisa tidur kembali. Alhasil dia memutuskan untuk keluar kamar saja, mungkin mengintip kegiatan malam di rumah ini bisa membuatnya tak jenuh, pikir Tini.

"Jalan-jalan sebentar tak apa kali, yang penting hati-hati."

Rustini keluar dari dalam kamarnya, awalnya dia berniat ingin jalan-jalan saja di lantai pertama itu. Namun, setelah dipikir-pikir rasanya tidak seru. Alhasil dia malah berniat untuk mengintip kegiatan yang terjadi di lantai dua.

"Ngintip sebentar rasanya tidak apa, yang terpenting hati-hati pasti tidak akan ketahuan."

Rustini melangkahkan kakinya menuju lantai dua dengan penuh kehati-hatian, dia memperhatikan kamar mana yang saat ini sedang ada penghuninya.

"Emmm! Ouch! Aah!"

Rustini menangkap suara suara aneh penuh kenikmatan dari kamar yang tidak jauh dari tempat dia berdiri, bulu kuduknya langsung berdiri semua. Bukan karena takut, justru karena suara itu membuat dia ingin sesuatu.

Apa yang sedang dilakukan oleh Jarwo di atas tubuhnya langsung terbayang-bayang, Rustini menggelengkan kepalanya. Lalu, dia mendekat ke arah kamar itu.

'Kira-kira gaya seperti apa yang mereka sedang lakukan?' tanya Rustini dalam hati.

Karena begitu penasaran buru-buru dia berjongkok dan mengintip dari lubang pintu, mata wanita itu langsung melotot ketika melihat ada seorang wanita yang sedang bergoyang di atas tubuh sosok makhluk tinggi besar di dalam kamar itu.

Wanita itu menaik turunkan tubuhnya seperti sedang berpacu di atas kuda, kedua tangannya berpegangan pada kedua telapak tangan sosok makhluk di bawahnya. Wajahnya menengadah seperti sedang menikmati kegiatan panas itu, peluh bercucuran dengan bibirnya yang terus meracau.

Rustini memang bergidik ketika melihat siapa makhluk yang ada di bawah wanita itu, tetapi tiba-tiba saja gelora di tubuhnya seakan membara. Dia juga ingin melakukan hal yang sama, inti tubuhnya bahkan berkedut seakan ingin dimasuki.

'Sial!' umpat Tini dalam hati.

Walaupun berkali-kali dia menggerutu di dalam hatinya, tetapi dia terus melihat apa yang terjadi di dalam kamar itu. Hingga setelah sekian lama Rustini mendengar sosok makhluk mengerikan itu menggeram dengan begitu keras.

Sosok makhluk mengerikan itu sepertinya sudah mendapatkan kepuasan yang tiada tara, wanita yang ada di atas tubuh makhluk itu langsung turun dan Rustini bisa melihat ada banyak cairan yang keluar dari inti tubuh wanita itu.

'Seremnya, apa itu darah atau---'

Rustini tidak meneruskan ucapannya karena matanya kembali melotot setelah melihat sosok makhluk itu menyebarkan uang yang begitu banyak pada wanita itu, uangnya sampai memenuhi lantai kamar itu.

"Kamu sangat pandai memuaskan aku, aku sangat suka."

Terdengar suara yang begitu menggelegar dari dalam kamar itu, tak lama kemudian sosok makhluk mengerikan itu menghilang begitu saja. Rustini sampai kaget, dia lebih kaget lagi ketika mendengar derap langkah kaki dari arah tangga.

Karena takut ketahuan sedang mengintip, Rustini buru-buru mencari tempat persembunyian. Bisa bahaya kala dia diketahui sudah mengintip kegiatan panas di dalam kamar itu.

Ceklek!

Pintu kamar itu terbuka bertepatan dengan Ratih yang datang dan berada tepat di depan pintu itu, Ratih langsung tersenyum penuh kepuasan ketika melihat banyaknya uang yang berserakan di atas lantai.

"Kamu pandai sekali Kokom, nanti saya kasih bonus. Sekarang kamu cepat turun, sebentar lagi suami saya pulang."

"Iya, Nyonya."

Kokom turun sambil membenahi baju yang dia pakai, Ratih dengan tersenyum penuh kepuasan langsung masuk ke dalam kamar itu dan memasukkan uang yang ada di teras ke dalam bak yang dia sediakan di pojok ruangan itu.

Tumpukan bak itu kini penuh dengan uang, Rustini yang sejak tadi melihatnya sampai tak percaya ketika melihat tumpukan uang itu. Dia merasa tak percaya bisa melihat uang sebanyak itu, mungkin lain kali dia bisa memiliki uang sebanyak itu.

"Mending turun, nanti malah ketahuan lagi."

Rustini hendak turun, tetapi niatnya tidak jadi karena Jarwo datang dengan menggendong dua tuyul di punggungnya. Rustini sampai melongo dibuatnya, dia tak menyangka kalau ternyata ada malam di mana Jarwo akan membawa 2 tuyul sekaligus untuk mencari uang.

"Dapat banyak gak, Yang?" tanya Ratih ketika menyadari suaminya datang.

"Banyak, ada lima karung. Duitnya masih di mobil," jawab Jarwo.

"Suami pintar," ujar Ratih yang langsung mengambil alih kedua tuyul itu.

Lalu, Ratih menuntun tuyul tuyul itu untuk masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Setelah itu, dia kembali menghampiri suaminya.

"Uangnya nanti langsung masukin aja ke gudang, sekalian tolong bawa turun uang yang ada di dalam kamar."

"Ya, tapi sekarang aku mau kamu. Tadi kehujanan, dingin banget. Jadi pengen," ujar Jarwo yang langsung menggendong istrinya dan merebahkan tubuh wanita itu di atas sofa yang ada di ruang tengah di lantai 2.

Rustini yang sedang bersembunyi di balik lemari tentu saja bisa menyaksikan kegiatan apa yang dilakukan oleh Ratih dan juga Jarwo, ada rasa sakit yang menusuk ke dalam hatinya.

Padahal apa yang dilakukan oleh Jarwo dengan istrinya adalah hal yang wajar, tetapi entah kenapa dia merasa iri, sakit hati dan bahkan merasa tidak rela ketika melihat Jarwo mencumbui istrinya.

'Sadar, Tin. Kamu itu bukan siapa-siapa, kamu hanya peliharaan. Tak ada bedanya dengan kucing atau hewan peliharaan lainnya,' ujar Tini sedih.