Anna dan Ananta dua gadis kembar yang sengaja di pisahkan sejak masih bayi. Setelah dewasa, keduanya tidak sengaja kembali bertemu dan sepakat untuk bertukar tempat karena merasa tidak puas dengan kehidupan mereka masing-masing.
Kehidupan keduanya bertolak belakang. Anna hidup sederhana di kota kecil, sedangkan Ananta hidup serba berkecukupan di Ibukota. Anna dicintai dengan tulus oleh Raksa, pemilik hotel tempat Anna bekerja sebagai Cleaning Service. Sedangkan Ananta sudah menikah dengan Rendra, salah pengusaha muda kaya raya. Sayangnya Ananta tidak dicintai.
Ikuti keseruan cerita mereka. Tolong jangan lompati Bab yaa.
Terima kasih sudah mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nittagiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Foto
Di kota kecil tempat Ananta berada, mentari pun mulai terbenam. Sudah waktunya para karyawan menyudahi kerja mereka dan kembali ke rumah masing-masing. Sama halnya dengan Ananta, gadis itu pun mulai melangkah keluar dari hotel yang entah mengapa begitu nyaman ia tinggali.
Beberapa saat kemudian, Raksa yang seperti peramal yang tahu kapan gadis yang ia cintai itu keluar dari lobi hotel, segera menarik tangan Ananta dan melangkah menuju mobil mewahnya.
Tidak jauh dari tempat mereka, seseorang sudah mulai mengambil beberapa gambar dengan kamera mahal nya. Ini pekerajaan penting dengan bayaran paling mahal, dan ia ia tidak boleh melewatkan satu hal pun hotel ini. Gambar gadis yang dikirim oleh atasannya beberapa jam lalu, benar-benar mirip dengan gadis yang baru saja keluar dari hotel ini.
Saat mobil Raksa mulai melaju di jalanan, mobil laki-laki dengan pakaian serba hitam itu pun ikut melaju meninggalkan hotel. Mengikuti mobil yang dikendarai Raksa dari belakang. Kota kecil ini memang berbeda dengan Ibukota. Kendaraan di jalanan saat pulang kerja memang cukup banyak, tapi belum sampai menciptakan kemacetan seperti di Ibukota.
Beberapa saat membelah jalanan, mobil Raksa berhenti di depan sebuah rumah kecil. Keduanya keluar dari dalam mobil itu, dan masuk ke dalam rumah. Laki-laki yang masih berada di dalam mobilnya, ikut berhenti beberapa meter dari mobil Raksa. Tak lupa, ia memotret setiap detail rumah itu. Laki-laki paruh baya yang sedang duduk di teras kecil, tak luput dari jepretan kamera nya.
Atasannya hanya memerlukan bukti fisik untuk interogasi. Begitulah perintah yang ia dapat hari ini. Jadi ia tidak perlu menyusup masuk ke dalam rumah itu. Setelah memastikan semua gambar yang ia ambil hari ini cukup untuk menjadi bukti, laki-laki itu kembali melaju kan mobil nya meninggalkan lingkungan rumah kecil milik Anna.
Di dalam rumah, masih sama seperti biasa. Raksa akan duduk sebentar di teras kecil bersama ayah dari gadis yang sangat ia inginkan. Sedangkan Ananta, sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah untuk membersihkan diri dan membantu ibu menyiapkan makan malam.
Gadis itu melangkah masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah itu ia akan menyusul ibu ke dapur. Pekerjaan Anna ini benar-benar melelahkan, namun, ia begitu menikmatinya. Setiap hari, ia selalu bersemangat menjalani hari. Sungguh berbeda dengan kehidupan yang ia jalani dulu. Penuh dengan kemewahan, tapi rasanya ia ingin berhenti bernafas. Benar-benar menyesakkan. Ingin rasanya, ia menukar kehidupan ini. Benar-benar menjadi putri yang dicintai oleh ayah dan ibu, juga gadis yang dicintai mati-matian oleh seorang Raksa.
Setelah selesai berpakian dan merapikan rambutnya, Ananta tersenyum di depan cermin yang ada di dalam kamar sederhana milik Anna. “Maaf, tiba-tiba aku menginginkan kehidupan mu yang penuh kedamaian ini, Anna.” Ucapnya pelan. Ia lalu melangkah keluar dari kamar sederhana itu menuju dapur.
Namun, saat tiba di ruang sederhana itu, ibu tidak berada di sana. Biasanya, wanita paruh baya itu mulai menyiapkan makan malam. Ananta menoleh, benar saja. Makanan nikmat yang dimasak dengan penuh cinta itu, sudah ter-hidang sempurna di atas meja.
Gadis itu kembali berbalik. Kali ini ia sudah melangkahkan kakinya menuju kamar ayah dan ibu yang terlihat terbuka. Mungkin saja ibu sedang ada di sana. Benar saja, saat ia berada di ambang pintu kamar, ibu terlihat sedang melihat-lihat satu album foto berukuran kecil.
Ananta mengetuk pintu kayu itu. Ia tersenyum saat wanita paruh baya yang sedang duduk di atas ranjang itu menoleh ke arahnya.
“Ibu sedang melihat foto apa? Apa foto pernikahan ayah dan Ibu?” Tanya Ananta. Ia masuk ke dalam kamar, dan ikut duduk di atas ranjang yang sama.
Ibu mengangguk, dan membiarkan Ananta ikut melihat-lihat album kecil penuh kenangan itu. Gadis itu mulai membuka lembaran demi lembaran foto kenangan dengan perlahan. Ia mengamati setiap detail momen yang terekam di gambar itu penuh haru. Ternyata bahagia tidak harus memiliki segalanya. Bahkan dalam kesederhanaan pun, jika itu dijalani bersama orang yang tepat, rasanya pasti sangat membahagiakan.
Dan tibalah ia di lembaran terakhir, membuat tangannya bergetar. Detak jantung dan aliran darahnya seakan berhenti sebentar. Ananta menatap wajah yang sangat ia kenali itu. Meski di gambar itu masih terlihat sangat muda, tapi ia sangat mengenali wajah itu.
“Eh, kenapa gambar ini ada disini?” Ibu menatap heran gambar yang sudah ia keluarkan dari album foto, kembali tertata rapi di sana. “Dia masa lalu ibu saat muda dulu. Dia teman Ayah dan Ibu waktu masih muda.” Wanita paruh baya itu tersenyum.
“Melihat hubungan mu dengan Raksa saat ini, mengingatkan ibu dengan laki-laki ini.” Ibu sudah meraih tangan Ananta dan menepuk-nepuk punggung tangan itu pelan. “Ada banyak hal yang belum ibu ceritakan pada mu, Anna. Tapi cerita ini sangat panjang. Nanti, kalau ada waktu luang, Ibu akan menceritakan padamu. Mungkin saja, setelah kamu mendengar cerita Ibu, kamu akan lebih mempertimbangkan lagi untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius bersama Raksa.”
Ananta menggeleng. Tidak, ia ingin mendengarkan penjelasan dari Ibu saat ini juga perihal laki-laki yang ada di foto itu. Matanya berkaca, menatap Ibu penuh permohonan, namun, mulutnya bahkan tidak bisa mengeluarkan satu kata pun.
“Ada apa?” Wanita paruh baya itu sangat terkejut melihat putrinya.
Ananta menggeleng. “Aku hanya ingin mendengar cerita tentang laki-laki ini.” Ia mengusap wajah ayahnya saat muda. Ia tahu betul, laki-laki yang masih terlihat muda di foto itu, adalah ayahnya. Tapi apa hubungan ayahnya dengan kedua orang tua Anna?
“Ya ampun, kalian berdua ngapain di dalam kamar. Ayah sudah lapar. Makanan di atas meja sudah dingin. Ayo kita makan.” Laki-laki paruh baya tiba-tiba berdiri di ambang pintu kamar.
“Nanti akan ibu ceritakan. Ayo kita makan dulu.” Ajak Ibu. Dia mengambil album foto yang ada di atas pangkuan Ananta dan meletakkannya di atas ranjang, lalu mengajak putrinya itu keluar dari kamar.
Ananta menarik nafas nya dalam-dalam. Malam ini tiba-tiba pikirannya kacau. Sungguh, rasa penasaran yang kini menyelimuti nya, benar-benar membuat rasa lapar menguap entah ke mana.