Pesona Wanita Terbuang

Pesona Wanita Terbuang

bab 1

Aku mempunyai keluarga. Tapi mereka tidak pernah mengagapku. Aku kesepian, seperti tidak ada yang mau menerima kehadiranku.

~Jena~

***

“Ba-Bagaimana mungkin.” Jena menatap benda pipih di tangannya yang menunjukkan garis dua, pertanda dia sedang mengandung. Tangan  wanita itu gemetar, secara refleks dia menjatuhkan testpack ke bawah.

Jenna termenung dengan waktu yang sangat lama, tatapan matanya menata testpack  yang sudah berada di lantai dengan tatapan nanar. Wajah wanita itu sudah pucat ketika mengetahui dia hamil, karena yang jadi masalah, dia hamil diluar pernikahan dan yang menghamilinya adalah kakak sahabatnya.

“Nona!” Tiba-tiba terdengar suara pelayan yang memanggil Jena, hingga Jena tersadar. Wanita cantik itu pun langsung mengambil testpack yang tadi dia jatuhkan ke lantai,  kemudian dia mematahkannya lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada di kamar mandi tersebut.

Setelah itu Jenna langsung keluar dari kamar mandi.  “Ada apa?" Tanya Jena.

“Nona, Tuan sudah pulang dan meminta anda untuk turun.” Helaan nafas terlihat dari wajah cantik Jena ketika mendengar itu.

“Baiklah terima kasih.” Setelah pelayanan pergi, Jena  tidak langsung turun dia mendudukan diri sejenak di sofa, rasanya dia begitu malas untuk makan bersama keluarganya,  karena tentu saja dia  akan diacuhkan oleh keluarganya.

Setelah cukup lama terdiam, Jena pun langsung bangkit dari duduknya kemudian dia langsung turun untuk bergabung di meja makan.

“Selamat malam,”  ucap Jena ketika dia sudah berada di meja makan dan di meja makan itu sudah ada keluarganya.

Catherine yang  tidak lain ibu tiri Jena tidak  menoleh sedikitpun pada Jena begitupun juga dengan  Mario Kakak tirinya yang juga tidak melihat ke arahnya, hingga Jena menggigit bibirnya lalu menoleh ke arah sang ayah.

“Selamat malam, Dad," ucap Jena pada Alan, ayahnya. Hingga Alan  mengangguk, Jena pun menarik kursi kemudian bergabung dengan keluarganya.

Acara makan malam dimulai dengan hening, tidak ada yang berbicara. Hingga tiba-tiba Alan menoleh pada putra pertamanya.

“Mario!”  Panggil Alan pada Putra pertamanya.

“Ya, Dad.”

“Jangan terlalu banyak berfoya-foya, pikirkan masa depanmu yang akan mewarisi semuanya. Jangan sampai apa yang Daddy wariskan sia-sia di tanganmu," ucap Alan hingga Mario mengangguk.

Hati  Jena terasa remuk ketika mendengar ucapan Alan, apalagi ketika ayahnya hanya berbicara pada kakaknya dan  tidak berbicara padanya, kehadiran Jena di rumah ini seperti tidak terlihat bahkan oleh ayah kandungnya sendiri.

Ada  alasan kenapa Jena di perlakukan seperti ini. Dulu, Alan yang tak lain Ayah Jena berselingkuh dengan pelayan yang bekerja di rumah mereka, hingga pelayan itu melahirkan Jena.  Namun, ketika Jena kecil ibu Jena meninggal hingga Alan terpaksa mengakui perbuatannya yang sudah berselingkuh dengan pelayan, agar Cathrine mau menerima Jena.

Itu sebabnya sampai saat ini, Catherine dan juga Mario tidak menyukai jena. Alan memang bertanggung jawab atas Jena setelah selingkuhannya atau yang juga ibu Jena meninggal. Tapi sepertinya, Allan tidak benar-benar  menyayangi Jena, dia hanya memberikan kemewahan pada Zena tanpa memberikan perhatian, bahkan dia tidak pernah membela Jena ketika Jena menjadi bulan  Bulanan istri dan anak pertamanya.

Alan tidak pernah marah pada Cathrine atau Mario jika mereka memperlakukan Jena dengan buruk. 

Sedari kecil, setelah ibunya  meninggal dan  dia tinggal di rumah ini, hari-hari  Jena diasuh oleh pengasuh, bahkan Ayah kandungnya sendiri pun sangat jarang sekali mengajak Jena  berbicara, bukan hanya  saat ini, dari kecil pun Alan tidak pernah memperhatikan Jena yang diperhatikan hanyalah Mario, terlebih lagi mungkin Mario adalah anak lelaki yang Alan pikir bisa menjadi penerusnya.

Bukan hanya keluarga intinya saja yang membenci Jena, semua keluarga ayah dan ibu tirinya pun membenci Jena, hingga terkadang jika ada acara keluarga, Jena  sama sekali tidak pernah dilibatkan, bahkan tidak pernah diundang. Alan juga sama sekali tidak pernah memperhatikan hal  itu, dia benar-benar acuh pada Jena.

Selama bertahun-tahun, Jena  tidak mempunyai teman karena dia terlalu sulit untuk bergaul hingga pada akhirnya dia bertemu dengan Gueen, wanita yang mempunyai nasib yang sama namun nasib Gueen  telah berubah berbeda dengannya. Dan naasnya, sekarang dia sedang mengandung anak dari Joseph yang tak lain adalah Kaka Gueen. Dan dia tidak tau, Joseph mau bertanggung jawab atau tidak.

Akhirnya acara makan pun selesai, Mario terlebih dahulu bangkit dari kursi meninggalkan area meja makan disusul Catherine, hingga kini di meja makan itu hanya ada Jena dan juga Alan saja , karena Alan belum menyelesaikan acara makannya.

Dan ketika Kakak dan ibunya sudah tidak ada, Jena mulai memberanikan diri berbicara pada ayahnya. “Dad!"  Panggil Jena, hingga Alan menoleh sekilas kemudian fokus pada makanannya.

“Why?"

“Apa Daddy punya waktu senggang besok?” tanya  Jena dengan suara  bergetar, dia ragu untuk bertanya tapi ketika mengetahui hamil Jena beranikan diri untuk bertanya karena tiba-tiba dia ingin makan siang dengan ayahnya.

“Kenapa memangnya?”  tanya Alan, tidak ada raut penasaran ataupun raut ingin tahu kenapa Jena bertanya.

“Boleh aku minta waktu Daddy satu jam saja. Aku ingin makan siang bersama Daddy. Anggap  saja itu sebagai permintaan ulang tahunku," ucap Jena,  satu minggu lalu adalah hari ulang tahun Jenna dan seperti biasa, tidak ada yang mengingat ulang tahunnya, berbeda dengan Mario yang selalu dirayakan dengan meriah dan untuk ulang tahun kali ini saja dia ingin makan siang bersama ayahnya.

“Jadwal Daddy padat," jawab Alan, mata Jena  membasah ketika mendengar jawaban ayahnya. dia sudah menduga ayahnya akan menjawab seperti ini, dan dia sudah menyiapkan hatinya untuk menerima jawaban sang ayah. Tapi tetap saja dia terasa nyeri ketika ayahnya menolak keinginannya. Padahal dia hanya meminta waktu 1 jam saja.

“ Oh baiklah," jawab Jena. Setelah mengatakan itu, Jena  bangkitnya di duduknya.

“Selamat malam, Dad.”  wanita cantik itu pun langsung berbalik dan pergi meninggalkan ruang makan, sedangkan Alan sepertinya sama sekali tidak peduli dengan apapun yang dirasakan oleh Putri bungsunya.

Jena masuk ke dalam kamar, kemudian dia melihat di sekitarnya. Kamar ini tampak mewah dan megah,  mungkin sekilas orang lain akan iri padanya karena dia terlahir dari keluarga yang kaya raya, tapi jika boleh memilih Jena tidak ingin ini hidup seperti ini, Dia hanya ingin hidup dengan keluarga yang hangat yang menganggapnya ada, walaupun itu tidak mungkin.

Dan tak lama Jena  melihat ke arah perutnya.

“Nak, Mommy idak akan pernah membiarkan hidupmu seperti Mommy," lirih Jena, dia tidak tahu bagaimana reaksi Joseph ketika dia mengaku hamil, dia berharap Joseph  mau tanggung jawab atas kehamilannya.

Terpopuler

Comments

#ayu.kurniaa_

#ayu.kurniaa_

.

2024-07-05

0

Rahmawati

Rahmawati

aku mampir thor

2024-05-27

0

Fenty Dhani

Fenty Dhani

aku mampir kak☺️🌹🌹

2024-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!