NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Anak Kembar / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Keira hidup di balik kemewahan, tapi hatinya penuh luka.
Diperistri pria ambisius, dipaksa jadi pemuas investor, dan diseret ke desa untuk ‘liburan’ yang ternyata jebakan.

Di saat terburuk—saat ingin mengakhiri hidupnya—ia bertemu seorang gadis dengan wajah persis dirinya.

Keila, saudari kembar yang tak pernah ia tahu.

Satu lompat, satu menyelamatkan.
Keduanya tenggelam... dan dunia mereka tertukar.

Kini Keira menjalani hidup Keila di desa—dan bertemu pria dingin yang menyimpan luka masa lalu.
Sementara Keila menggantikan Keira, dan tanpa sadar jatuh cinta pada pria ‘liar’ yang ternyata sedang menghancurkan suami Keira dari dalam.

Dua saudara. Dua cinta.
Satu rahasia keluarga yang bisa menghancurkan semuanya.

📖 Update Setiap Hari Pukul 20.00 WIB
Cerita ini akan terus berlanjut setiap malam, membawa kalian masuk lebih dalam ke dalam dunia Keira dan Kayla rahasia-rahasia yang belum terungkap.

Jangan lewatkan setiap babnya.
Temani perjalanan Keira, dan Kayla yaa!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11.Nama yang tak lagi sama

Keheningan menggantung di antara dua manusia yang saling mengenal—atau setidaknya, pernah mengira saling mengenal.

Lampu gantung restoran berayun pelan, bayangannya menari di atas meja mereka akibat tiupan angin yang menyusup dari jendela yang terbuka setengah. Aroma rempah dan laut samar-samar tercium, berpadu dengan dentingan sendok dan garpu dari meja lain—suara yang terdengar jauh, seakan berasal dari dunia yang tidak lagi mereka tempati.

Kayla—atau Keira—membeku. Senyum yang tadi merekah di wajahnya sudah hilang, seperti lampu yang tiba-tiba dipadamkan. Pupil matanya menyempit, napasnya tertahan. Ia tidak mencoba tersenyum, tidak juga mengelak. Hanya duduk kaku, pandangan matanya kosong, seperti seseorang yang baru saja melihat seluruh penyamarannya runtuh dalam sekali tatap.

Aldi bersandar perlahan ke kursi. Tatapannya bukan lagi tatapan ramah yang biasa ia berikan—kini ada retakan di sana. Luka. Luka yang tak mengalirkan darah, tapi terasa seperti sembilu yang tertanam di dadanya.

Suaranya keluar pelan, tapi tegas, seolah setiap kata dipilih hati-hati agar tidak pecah di udara.

“Aku sudah curiga sejak hari ketiga kita ke pasar bersama.” Ia berhenti sebentar, matanya tak lepas dari wajah Keira. “Kayla yang asli… takut pasar. Dia punya trauma masa lalu—keramaian membuatnya gelisah, apalagi tempat bising seperti itu.”

Keira menelan ludah, jemarinya di atas pangkuan saling menggenggam erat, buku jarinya memutih.

“Aku sempat berpikir, mungkin amnesia mengubah mu,” lanjut Aldi, nadanya datar namun terbungkus getir. “Tapi saat kau mulai menghitung harga, bicara soal untung rugi, merancang strategi pemasaran sayur… hatiku menolak percaya. Kayla membenci semua yang berhubungan dengan angka. Bahkan melihat lembaran catatan bisa membuatnya pusing. Dia tak akan pernah mengatakan dia ‘jago marketing’. Itu… bukan Kayla.”

Ia menggeser piring di hadapannya sedikit, matanya turun sebentar sebelum kembali menatapnya, kali ini lebih tajam.

“Dan yang benar-benar membuatku yakin…”

Aldi mencondongkan tubuh, suaranya merendah, nyaris seperti rahasia yang tak ingin ia ucapkan.

“Seafood. Kayla alergi berat. Mencium baunya saja bisa membuatnya sesak napas. Tapi kau… kau memakannya. Dengan lahap.”

Kata-kata itu menembus seperti pisau tipis.

Keira menutup matanya pelan menahan emosi , tapi tidak membela diri. Bibirnya tertutup rapat, rahangnya mengeras.

Aldi menegakkan punggungnya, nada suaranya mengeras namun tetap terkendali. “Kalau kau ingin meniru seseorang, setidaknya pelajari hal paling mendasar dari hidupnya.”

Keira menunduk, matanya terpejam sepersekian detik—bukan karena takut, tapi karena letih. Letih seperti seseorang yang sudah terlalu lama memanggul nama yang bukan miliknya.

“Aku memberimu banyak celah,” ucap Aldi, suaranya nyaris bergetar di ujung kalimat. “Kupikir kau akan jujur. Tapi kau terus berakting, seolah dunia ini bisa kau bentuk sesukamu.”

Tangannya mengepal di atas meja, urat di punggung tangan menonjol, kukunya menekan kulit hingga nyaris meninggalkan bekas.

“Sekarang katakan. Siapa kau sebenarnya?”

Perlahan, Keira mengangkat wajahnya. Matanya berkaca, bukan oleh air mata yang akan jatuh, tapi oleh emosi yang bercampur—penyesalan, kelelahan, dan sesuatu yang hampir seperti pasrah.

“Aku… bukan siapa-siapa,” bisiknya, suara nyaris tak terdengar. “Aku cuma bayangan dari seseorang yang kau rindukan.”

Aldi menahan napas, pupilnya sedikit membesar. Kata-kata itu melukai, tapi dibungkus dengan kelembutan yang justru membuatnya lebih sulit ditolak.

“Aku tidak mencelakai mu,” lanjut Keira, suaranya kini stabil meski nadanya berat. “Aku bekerja. Aku membantu. Aku mencoba jadi orang yang pantas… di dunia yang bukan milikku.”

Aldi menggeleng pelan, seperti mencoba menyingkirkan kabut di kepalanya. “Tapi kau membohongiku. Tentang hal yang paling mendasar—namamu.”

Keira berdiri perlahan, gerakannya hati-hati, seolah setiap langkah bisa memecahkan sesuatu yang rapuh di antara mereka. Ia meraih tas kecilnya dari lantai. Saat hendak melangkah pergi, ia berhenti di sisi kursi Aldi.

“Aku nggak tahu kenapa aku ada di sini,” ucapnya pelan, namun tidak bergetar. “Tapi… aku juga nggak tahu bagaimana caranya pergi.”

Aldi mendadak berdiri, kursinya bergeser sedikit ke belakang, mengeluarkan bunyi gesekan lantai yang tajam. Tangannya mencengkeram pergelangan Keira. Cengkeraman itu bukan sekadar menahan, tapi menuntut jawaban.

“Kalau begitu jawab satu hal saja.” Suaranya dalam, dingin, dan tak bisa ditawar. “Di mana Kayla yang asli?”

Keira terdiam. Dadanya naik turun pelan, tapi sorot matanya tetap terkunci di mata Aldi. Ada badai di sana—gelombang yang ingin pecah, tapi ia tahan dengan sisa kekuatan yang dimilikinya.

Kalau aku bilang… Kayla ada di tangan Leo… semua ini akan hancur. Desa ini. Kedamaian ini. Aku. Dan mungkin… Kayla juga.

Ia menarik napas panjang, lalu dengan lembut tapi tegas melepaskan genggaman Aldi dari pergelangannya.

“Aku nggak tahu. Kalau kau benar-benar peduli, cari dia sendiri.” Nadanya tajam, dibungkus luka, namun ada lapisan perlindungan di baliknya.

Keira melangkah pergi. Tidak menoleh. Tidak menambahkan sepatah kata pun.

Aldi hanya berdiri di sana, membeku. Jemarinya menggantung di udara, seakan masih memegang sesuatu yang tak lagi ada. Pertanyaan di kepalanya kini lebih berat daripada sebelumnya.

Malam itu, langit di luar restoran gelap tanpa bintang. Dan mungkin memang begitu seharusnya—karena tidak semua kebenaran lahir di bawah cahaya.

$$$$$ 

Setelah malam itu, udara di rumah Leo membeku. Bukan karena pendingin ruangan, tapi karena ketegangan yang menggantung di setiap dinding, di setiap napas. Kayla berdiam di kamar, membiarkan lebam di lengannya menghitam tanpa perawatan. Ia sudah muak menangis. Kini hanya diam yang tersisa, bersama luka yang tak kunjung sembuh—baik di kulit, maupun di hati.

Leo bukan pria yang membiarkan perlawanan begitu saja. Saat amarahnya tak tersalurkan, ia menciptakan permainan.

"Aku akan memberinya pelajaran," gumamnya, menyalakan rokok sambil memandang kota dari balkon apartemen. Asap mengepul bersama pikirannya yang busuk. “Kalau dia bisa melawan, maka aku akan lebih dari itu.”

__

Pagi itu, sebuah ketukan terdengar di pintu kamar Kayla.

“Dari Tuan Leo,” kata salah satu maid, menyodorkan kotak kayu berukir, terkunci rapat. Ada secarik kertas tipis di atasnya:

Jika kau ingin bebas, pecahkan teka-teki ini. Petanya akan membawamu keluar dari neraka.

Kayla memandang kotak itu lama. Ada kunci putar dan simbol aneh di permukaannya. Hatinya berdebar—curiga, tapi juga tergoda. Malamnya ia berhasil membukanya, menemukan gulungan kertas di dalamnya: sebuah peta lusuh yang mengarah ke sebuah gedung tua di pinggir kota.

Ia tahu ini bisa saja jebakan. Tapi pikirannya terus membisik, bagaimana kalau ini benar-benar jalan keluar?

 $$$$$

Langit senja mulai menghitam saat Kayla tiba di depan gedung setengah jadi itu. Beton-betonnya memucat, jendela tanpa kaca menganga seperti mata raksasa yang lapar. Bau besi karat bercampur asap rokok dan alkohol basi menyergap begitu ia melewati pintu besar yang kehilangan daun pintunya.

Langkahnya terhenti sejenak. Suara tawa kasar terdengar dari dalam. Bercampur denting botol, kartu yang dibanting, dan teriakan taruhan. Dari balik tiang-tiang penyangga, mata-mata liar mengamati gerakannya. Pemuda-pemuda berjaket lusuh duduk melingkar di meja reyot. Botol oplosan berguling di lantai yang penuh debu.

Salah satu dari mereka menoleh, menyeringai.

“Eh, wah… Leo kirim hadiah.”

Jantung Kayla berdetak begitu cepat. Ada yang berdiri, ada yang masih duduk sambil menatapnya seperti segerombolan anjing kelaparan menunggu daging dilemparkan.

“Hei, lihat siapa yang datang!” teriak seseorang. Tawa mereka pecah, menggema di ruangan luas yang setengah gelap.

Langkah Kayla mundur, tapi punggungnya menabrak tiang beton dingin. Tangan-tangan mulai terulur. Bau alkohol menerpa wajahnya.

“Manis banget… sendirian pula…”

Lari.

Refleks, Kayla mendorong tubuh ke samping dan berlari. Napasnya memburu, langkahnya menghantam lantai beton yang bergema. Tangannya merogoh tas, mencari ponsel. Nama Revan muncul di layar. Ia menekan panggilan. Sekali. Dua kali. Lima kali. Tidak diangkat.

Tangannya gemetar saat mengetik cepat:

Tolong… aku di gedung konstruksi dekat rel kereta. Sekarang.

Di belakangnya, suara teriakan memantul di dinding-dinding kosong. Langkah kaki berlari cepat mengejarnya. Kayla berbelok ke lorong sempit. Cahaya redup membuatnya nyaris tersandung besi-besi berserakan.

“Ke kanan! Dia lari ke kanan!” teriak salah satu.

Kayla menuruni tangga darurat, pegangan besinya dingin dan berkarat. Tapi begitu sampai di lantai bawah, suara langkah datang dari arah depan. Dua orang muncul, menutup jalannya.

“Lewat sini, Cantik.” Senyum mereka kotor.

Kayla berbalik, mencoba naik lagi, tapi dari atas sudah ada dua bayangan besar menuruni tangga. Nafasnya tercekik. Mereka… mengurung semua jalannya.

Panik, ia lari menembus lorong lain. Kakinya nyaris terpeleset di genangan air hujan. Lorong itu buntu. Sebuah pintu besi besar terkunci rapat.

“Dapet! Dia di sini!”

Kayla menoleh. Empat orang masuk bersamaan, menutup semua celah. Mereka bergerak lambat, menikmati momen, seolah seekor kucing yang bermain-main dengan tikus sebelum memakannya.

“Pegang dia!” salah satu memerintah.

Tangan-tangan kasar meraih lengannya. Kayla meronta, menendang, memukul, tapi mereka tertawa. Seorang mencengkeram rambutnya, menyeretnya ke tengah ruangan buntu itu.

Jantung Kayla seperti mau pecah. Napasnya terengah-engah, pikirannya dihantam ketakutan paling liar: wajah-wajah mabuk ini, tangan-tangan kotor ini, dan tidak ada satu pun jalan keluar.

Satu dari mereka mulai menarik resleting jaketnya. Yang lain menahan kedua tangannya di belakang. Kayla menjerit, berusaha menggigit, tapi pukulan mendarat di pipinya. Pandangannya berkunang.

.

.

Bersambung...

1
Dedet Pratama
luar biasa
Alyanceyoumee
mantap euy si Revan
Kutipan Halu: hahah abis di kasih tutor soalnya kak 😄😄
total 1 replies
Bulanbintang
Iri? bilang boss/Joyful/
Kutipan Halu: kasih paham kakak😄😄
total 1 replies
CumaHalu
Suami setan begini malah awet sih biasanya 😤
Kutipan Halu: awett benerrr malahan kak😄
total 1 replies
iqueena
Kasar bngt si Leo
iqueena: sharelok sharelok
Kutipan Halu: kasih tendangan maut ajaa kak, pukulin ajaa kayla ikhlas kok🤣
total 2 replies
Pandandut
kay kamu mantan anak marketing ya kok pinter banget negonga
Kutipan Halu: kaylanya sering belanja di pasar senin kak🤣
total 1 replies
Dewi Ink
laahh, pinter nego si Kayla 😅
Kutipan Halu: biasa kakk valon emak2 pinter nego cabe di pasar😄😄
total 1 replies
Alyanceyoumee
nah gini baru perempuan tangguh. 😠
Kutipan Halu: iyaa kak greget jugaa kalau lemah muluuu, org kek leo emng hrs di kasih paham😄😄
total 1 replies
Yoona
😫😫
CumaHalu
Kapok!!
Makanya jadi suami yang normal-normal aja😂
Kutipan Halu: diaa memilih abnormal kak☺☺
total 1 replies
Pandandut
mending ngaku aja sih
Kutipan Halu: emng bisaa ya kak, kan udh terlanjut bohong gituu org2 udah juga pada percaya, klu aku jadi keira sih juga pasti ngambil jln dia juga😭😭
total 1 replies
Pandandut
pinter juga si revan/Slight/
iqueena
pintar juga Revan
Dewi Ink
mending ngaku duluan si dari pada ketahuan
Yoona
leo juga harus ngerasain
Alyanceyoumee
mantap...👍
CumaHalu
Wah, hati-hati Kayla.😬
Kutipan Halu: waspada selalu kak☺
total 1 replies
CumaHalu
Astaga😂😂😂
Bulanbintang
dua kali lebih lama, 😩😒
Bulanbintang
kompak bener😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!