Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana menggugat cerai
"Cuma segitu?" tanya Laras dengan wajah datarnya.
Kedua pupil mata Hera langsung melebar, ekspresi wanita itu tampak terkejut dengan respon Laras.
"Sombong kau Laras, pantas saja Bang Hasbi muak sama kamu dan lebih merasa bahagia saat berada di sampingku." Hera nyolot, menyombongkan diri.
"Kau ingin membuat kesepakatan denganku pakai uangmu yang tak seberapa ini?" ujar Laras, pandangannya tajam, tapi terkesan meremehkan.
"LARAS!" Teriak Hera dengan nada melengking.
Laras terkekeh pelan.
"Ey! Jangan berteriak. Kalau kau berani berulah denganku, aku pastikan namamu dan Hasbi akan menjadi gosip terhangat di media sosial. Kamu pikir hal itu tidak berdampak pada karir Hasbi? Wah! Bukannya akan menyenangkan? Foto kalian akan tersebar luas. Mau lihat bagaimana seorang istri sah menghancurkan perusak rumah tangga sepertimu. Kau bangga, bukan? Atas perbuatan hinamu. Kau sampai lupa diri, kau dan Hasbi lolos karena kemurahan hatiku. Kau maupun dia bukanlah tandinganku, Coba saja usik aku," ucap Laras dengan nada begitu dingin. "sekali lagi kau menghubungi aku. Aku pastikan namamu dikenal oleh semua tetangga dan orang tuamu sebagai seorang pelakor, sanksi sosial itu menakutkan."
Hera bergetar hebat mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Laras, wanita cantik itu mengulas senyum evil. Sebelum bangkit dari posisi duduknya, melangkah meninggalkan ruangan Cafe. Meninggalkan Hera yang membeku dengan ekspresi wajah pucat, di luar sana. Laras menghembuskan napas kasar, sebelum melirik ke arah pintu kafe.
Kedua kaki jenjangnya melangkah meninggalkan pekarangan kafe, dada Laras sakit. Namun, Wajahnya semakin dingin, Melangkah dengan membawa amarah yang menggebu-gebu.
******
"Gimana? Ada kabar tentang istri mu?" Tengku, bertanya pada Hasbi yang sedang sibuk dengan laptopnya.
Tubuh Hasbi pegal, lingkaran hitam sangat jelas di bawah matanya akibat kurang tidur, selain harus bekerja Hasbi juga menjadi Ayah yang baik, Hasbi kehilangan waktu istirahatnya, karena harus mengurus kedua putrinya.
Hasbi menoleh setengah malas dari layar laptopnya, menatap Tengku yang tampak antusias duduk di ujung sofa.
"Ga ada kabar ya? Lagian sepertinya langkah yang diambil Laras sudah tepat, biarkan saja dia juga berhak bahagia, kali Bi." Alih-alih menenangkan, Tengku justru mendukung tindakan Laras.
"Kau?" Teriak Hasbi dengan wajah memerah, Hasbi berdiri, meraih kerah baju Tengku dengan kasar, tangannya terkepal kuat di samping kepala Tengku. Dia benar-benar terhina dengan perkataan Tengku, Hasbi tak mengizinkan siapapun membela tindakan Laras. "Hentikan mulut sampahmu itu!" marah Hasbi mendorong cukup keras Tubuh Tengku.
Tengku tertawa sinis. "kacang lupa dengan kulitnya! Itu kata-kata yang cocok untukmu, Hasbi. Jadi orang perlu tahu diri, kami semua tahu, apa yang kau dapatkan sekarang sebagian besar ada peran Laras di dalamnya."
"Kau bodoh, hah! Aku tidak membuang Laras, Aku hanya sedang berusaha menggapai mimpiku yang tertunda, apa yang salah dengan mewujudkan mimpi?"
Tengku menggelengkan kepalanya. Hasbi benar-benar buta membuang berlian demi baru kali seperti Hera.
"Sebagai kawan aku cuma mengingatkan, sungguh! Orang baik saat marah lebih menakutkan. Marahnya orang sabar begitu mengerikan, ku harap kamu tidak menyesal nanti." tutur Tengku melangkah menjauhi meja kerja Hasbi.
Hasbi tak bergeming, pria itu mulai merasakan arti kehadiran Laras. Satu minggu sudah istrinya pergi, belum ada tanda-tanda akan pulang, tak munafik setiap kali Naila dan Cantika rewel, Hasbi akan mengingat momen bahagia mereka saat kehadiran Laras melengkapi, tawanya, cekatan nya, semua yang ada pada perempuan itu.
Ditempat berbeda, Laras sedang menemui temannya yang seorang pengacara.
"Serius kau tak ingin menuntut gono-gini? Sedangkan rumah yang kalian tepati itu tertulis nama kalian berdua, Laras apa kau baik- baik saja? " ucap Putri hati-hati.
Laras tak mengangguk atau tidak pula menggeleng. Dusta kalau Laras bilang dia baik-baik saja. Ada terselip rasa sakit hati, Karena bagaimanapun mereka pernah menjadi pasangan suami istri. Meski belum sah bercerai, Masih pada tahap pemanggilan pertama saja. Mediasi, dari pengadilan agama. Untuk Laras dan Hasbi, sayangnya Laras tidak akan pernah datang.
"Ya-ya-ya... sebuah rumah tak ada apa-apanya bagimu, tapi tentu berbeda dengan calon mantan suamimu dan gundiknya," Putri gemes ingin membalaskan sakit hati temannya.
Laras terharu karena memiliki sahabat yang setia, mendukung Laras. " Mungkin aku akan pulang ke rumah Ayah dulu, masalah gono-gini aku akan kabari kamu setelah memikirkannya." putus Laras kemudian.
Putri terharu, "Akhirnya Tuhan mengabulkan doa Om Mario!" Seru Putri.
"Sejujurnya aku juga sangat merindukan Ayah, Put." lirih Laras, sambil memejamkan matanya.
#####
Khannn aku update lagi, karena kalian kasih semangat teman-teman.
Terima kasih sudah mampir.
Jangan lupa jejak cintanya.