NovelToon NovelToon
HIJRAH RASA

HIJRAH RASA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:621
Nilai: 5
Nama Author: Azzurry

Ketika perjodohan menjadi jalan menuju impian masing-masing, mungkinkah hati dipaksa untuk menerima?

Faradanila, mahasiswa S2 Arsitektur yang mendambakan kebebasan dan kesempatan merancang masa depan sesuai mimpinya.
Muhammad Al Azzam, seorang CEO muda yang terbiasa mengendalikan hidupnya sendiri—termasuk menolak takdir.

“Kalau Allah yang menuliskan cinta ini di akhir, apakah kamu masih akan menyerah di awal?”-Muhammad Al Azzam.


Di antara keindahan Venezia, rasa-rasa asing mulai tumbuh.
Apakah itu cinta… atau justru badai yang akan menggulung mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azzurry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hijrah Rasa - 08

Masjid pesantren Darul Al Falaq.

Akan menjadi saksi bisu dua insan akan mengikat janji di hadapan Allah. Malam ini selepas sholat isya Farah dan Azzam akan melangsungkan pernikahan di sini.

Setelah pembahasan panjang akhirnya kedua keluarga setuju menerima pernikahan dadakan ini serta memilih untuk menikahkan putra putri mereka di salah satu pondok pesantren asuhan Kyai Rahmat Sholeh yakni Paman dari Rayyan — suami Zira.

Di saf wanita yang dibatasi kain putih, Farah duduk diam. Tubuhnya terasa kaku. Di sisi kirinya, Zira menggenggam tangannya erat, sementara di sisi kanannya, Retno — ibu Azzam — sesekali menatapnya dengan lembut. Namun, Rina, ibunya, tak tampak di sana.

Gamis putih yang membalut tubuhnya senada dengan jilbab yang menutupi kepalanya.

Di depan, Azzam duduk berhadapan dengan Kiai Rahmat, yang akan menikahkan mereka. Di sebelahnya, tampak Arman dan Danial — ayah Farah — serta para saksi yang akan menyaksikan pernikahan itu. Sorot mata Azzam tetap tenang; seolah-olah ia memang telah lama menginginkan pernikahan ini.

Zira mencondongkan tubuhnya, berbisik lembut.

"Tenang, Fa."

Farah menoleh sedikit, tersenyum tipis. "Hm.. aku gugup." Suaranya lirih.

Zira tau pernikahan ini bukan sesuatu yang Farah inginkan. Jika bukan karena satu hal pernikahan ini tidak akan pernah menjadi opsi gadis itu.

Retno yang duduk di sisi kanan menggenggam tangan Farah yang sebentar lagi akan menjadi menantunya . Ia turut merasakan apa yang sedang dirasakan gadis itu.Lalu ia berucap.

"InsyaAllah, Semua akan berjalan lancar , sayang.Banyak-banyak doa sama Allah."

Farah menoleh sekilas.Lalu tersenyum. "Iya, Tante..."

Namun, pikirannya tidak ada di sana. Ia kembali ke siang tadi di mana pembicaraan bersama Azzam.

“Fa…” Panggil Azzam saat Farah sedang duduk ditaman menangis sesegukan.

Sontak panggilan itu membuat Farah menjeda tangisnya. Azzam menghampirinya dan duduk di depannya.

“Apa?” Tanya Farah ketus. “Mau Abang perjelas lagi kalau Abang nolak nikahin aku.” Ucapnya dengan nada menahan tangis.

Azzam mengangguk lalu berdehem.Netranya menatap gadis di depannya itu.

“Terus ngapain kesini?” Tanya Farah wajahnya terlihat kesal.

“Kenapa kamu tiba-tiba mau menerima perjodohan ini?” Tanya Azzam, Tatapan penuh selidik.

Farah memutar bola matanya malas. “ Apa lagi … kalau bukan, mau jadi istri kamu.”

“Saya rasa bukan itu alasan Sebenarnya.” Sahut Azzam. “Jika kamu jujur, mungkin saya bisa mempertimbangkanya.”

Farah menghela napas pelan. “ Mungkin karena kamu kaya. Hidupku bisa terjamin.”

Azzam tersenyum sinis,lalu menatap lekat-lekat wanita di depannya. “Saya rasa kamu bukan wanita yang memikirkan soal materi dan Om Danial tidak akan mau anaknya hidup kekurangan.”

Farah menatap balik, sembari menghapus sisa-sisa air matanya. “Sok tahu. Aku hanya …” Ucapan Farah berhenti saat manik mata pria di depannya menyorotnya begitu tajam seakan siap mengulitinya.

“Katakan … atau saya pergi sekarang.” Tegas Azzam.

Farah membisu, jarinya mengepal hingga buku-bukunya terlihat.Menahan pertentangan dari nalar dan hatinya yang saling bertolak belakang.

“Farah …” panggil Pria itu, kali ini lebih mendesak.

Farah menarik napas dalam lalu berkata. “Aku butuh kamu untuk berangkat ke Venezia.” Ucapnya. Jeda pada kalimatnya. “ Aku ingin melanjutkan S2-ku di sana … Papa mengizinkan jika kita menikah.” Imbuhnya.

Azzam tersenyum sinis.Tak ada jawaban dari pria itu.

Farah mengalihkan pandangan ke segala penjuru taman lalu kembali menatap Azzam pria itu terlihat menunggu. “Aku … menolak menikah karena aku sudah tidak percaya dengan pernikahan ….”Jeda pada kalimatnya. “Tapi mimpiku menjadi Seorang Arsitek membuat aku harus mempertimbangkan permintaan Papa.” Imbuhnya.

Senyum sinis masih menghiasi wajah Pria itu. “Lalu apa yang membuatmu yakin, menikah dengan saya?”

Farah menghela pelan. “Apalagi kalau bukan karena papa, dia terlalu yakin dengan Abang…

Dan aku percaya Abang akan mendukung mimpiku,iya kan?”

Azzam mencibir pelan. “ Kamu terlalu percaya diri Farah.”

Farah tercengang. “ Lalu?kenapa Abang menemuiku sekarang?” Tanyanya. “Kalau Abang mau memperjelas kalau menolak menikahi denganku, lebih baik pergi sekarang.”Ujarnya Lagi.

Pria itu tak berekspresi sedikit pun. Lalu berkata. “ Apa keuntungan yang bisa saya dapatkan jika kita menikah?”

Farah tergelak lalu terbahak-bahak.” Keuntungannya ya … Aku jadi istri Abang.”

Azzam mencibir. “Cih.” Lalu segaris senyum terlihat di wajahnya.

Farah mendongak ke langit lalu menarik napas dalam.Kini terlihat keseriusan di wajahnya. “Kita bisa menikah … lalu setelah S2-ku selesai Abang bisa menceraikan aku.”

Azzam terdiam. Senyum yang tadi tergaris di wajahnya seketika menghilang berganti dengan sorot mata dingin dan tajam.

Farah menunduk saat tatapan mereka saling bertaut.

Lalu Azzam berkata. “Ini seperti pernikahan kontrak?”

Farah mengangguk sekilas tanda ia membenarkan. “ Hm…Kita bisa buat kesepakatan jika Abang mau.”

“Kita menikah malam ini.” Ucap Azzam Datar.

Tepukan pelan di bahu membuyarkan

lamunan Farah.

"Fa, udah mulai."Ucap Zira.

Suara penghulu menggema di dalam masjid. Lalu, terdengar suara Azzam mengucapkan Ijab kabul.

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkuur haalan." Suara lantang Azzam mengucapkan Ijab kabul.

Suara itu membuat Farah membeku.

"Bagaimana, para saksi?"

"Sah!"

Suara itu bagaikan gema yang menembus dadanya. Detik itu juga, Farah tahu hidupnya sepenuhnya sudah milik orang lain.

Suara takbir memenuhi ruangan. Para hadirin berdoa, mengucap syukur.

Sementara itu, di dalam hati Farah, doa-doa itu terasa asing.

Apakah ia harus ikut bersyukur?

Langkahnya terasa berat saat ia berjalan menuju Azzam pria yang kini sudah menjadi suaminya. Ia menunduk, lalu perlahan meraih tangan pria itu. Jemarinya gemetar saat ia mencium punggung tangan suaminya.

Suaminya.Kata itu terasa aneh di hatinya.

Azzam menatapnya, lalu mengangkat tangannya, menyentuh puncak kepala Farah dengan lembut.

Lalu membacakan doa untuk Gadis yang sudah menjadi istrinya.

"Allahumma inni as'aluka min khoiriha wa khoirimaa jabaltaha 'alaih. Wa a'udzubika min syarriha wa syarrimaa jabaltaha 'alaihi."

Setelah doa yang bacakan Azzam untuknya selesai. Farah merasakan bibir Azzam mengecup keningnya. Lama.

Ia merasa ada sesuatu yang aneh di dadanya.

Rasa yang sulit ia jabarkan oleh nalarnya.

Setelah itu, mereka mendatangi orang tua masing-masing dan menyalami ketiganya.

Hanya ada tiga orang tua, karena Rina — ibu Farah — tidak dapat hadir hari ini.

Rona bahagia terpancar di wajah kedua orang tua Azzam. Terutama Retno, yang tampak sedikit terharu saat memeluk anak laki-lakinya itu, lalu berganti memeluk gadis yang baru saja menjadi menantunya.

“Kalian jaga baik-baik pernikahan kalian.” Ucap Retno.

Azzam dan Farah saling tatap lalu mengangguk bersama.

Danial menatap Azzam dengan haru, lalu menepuk pundaknya.

"Papa titip Farah sama kamu." Ucap Danial lirih.

Farah berdecak pelan. “Semoga Papa nggak nyesel nikahi Farah dengan manusia kutub ini.” Tentu saja ucapan itu hanya di hati saja.

Azzam tersenyum tipis. "InsyaAllah, Pa.

Farah memeluk Danial, membiarkan kehangatan ayahnya meredakan sedikit ketegangan.

Di belakangnya, Zira dan Rayyan mendekat.

Zira langsung memeluk Farah erat. "Barakallah, Fa. Aku doain pernikahan kalian Samawa dan selalu dalam lindungan Allah."

Farah tersenyum kecil. "Makasih, Ra.Venezia Im coming.” Bisiknya pelan.

Zira terkekeh, lalu menepuk pelan bahu Farah.” Ingat jangan main- main dengan pernikahan.” Ucapnya serius.

Lalu kemudian, Zira menatap Azzam tajam. "Jangan aneh-aneh ya.Dia tanggung jawab Abang sekarang.”

Azzam memutar bola matanya malas. “Udah tau, nggak usah di perjelas.

Setelah ijab kabul, seluruh keluarga berkumpul di ndalem untuk merayakan syukuran pernikahan Azzam dan Farah. Haris telah memesan nasi kotak untuk dibagikan kepada para santri, dan tak lupa ia juga menyiapkan catering untuk syukuran keluarga di ndalem.

Farah tampak membantu Zira menyiapkan jamuan. Sebenarnya, tidak banyak orang yang hadir hanya keluarga inti saja. Dari pihak Farah, hanya sang ayah saja. Ia memang sengaja tidak memberitahu keluarga dari pihak ibu maupun ayahnya, karena ingin pernikahan ini tetap dirahasiakan.

Di ruang tamu, Azzam dan keluarga lainnya tengah berbincang santai. Sesekali tatapannya beralih pada Farah yang sedang menata makanan di atas meja, hanya beberapa langkah dari tempatnya duduk. Gadis itu tampak sangat cantik dalam balutan gamis marun dan hijab coklat susu. Setelah kembali ke ndalem tadi, Farah sempat mengganti pakaiannya.

Pandangan Azzam perlahan mengabur, pikirannya melayang pada pertemuan mereka siang tadi saat gadis itu keluar dari kafetaria kantor dengan wajah yang menahan tangis.

“Susulin aja pak, sayang loh nggak jadi istri.” Bisik Haris.

Menatap Sinis pada Haris.” Sejak kapan, kamu dibayar untuk mengurus urusan pribadi saya.”

“Maaf Pak. Saya cuma mengingatkan takutnya anda menyesal. Nambah-nambahi pekerjaan saya aja nanti,” ucap Haris setengah menyindir.

“Besok, kamu istirahat saja dirumah.Sepertinya kamu kelelahan.” Ucap Azzam.

Haris nyengir kuda. “Nggak usah pak terima kasih. Saya kerja aja.”

“Diam, kalau gitu.” Sergah Azzam.

“Baik pak.” jawab haris.

Lalu azzam berdiri dari duduknya.“Saya keluar dulu..”

Tiba-tiba Sienna yang baru saja kembali setelah memesan makanan menghadang pria itu. “Mau kemana?Gue udah pesen dessert buat lo.”

“Terima kasih, kasih ke Haris saja . Saya harus pergi sekarang,” tolak Azzam.

“Zam…” ucap Sienna lembut.

“Maaf Si, saya harus pergi sekarang.’’Ucapnya lalu melanjutkan langkahnya .

Dan di taman ini lah Azzam. Menemukan Farah yang sedang menangis sesegukan. Lama disana ia hanya memperhatikan setelah melihatnya sudah tenang, akhirnya memutuskan untuk menghampiri Farah.

Tepukan Haris di punggung Azzam membuyarkan lamunan pria itu.

“Masya Allah Cantiknya istri orang… Sayang ya.. Pak dia sudah jadi Istri anda..”

“Kamu saya pecat.” Bisik Azzam.

“Eh.. Jangan Pak, nanti anda galau lagi kalau nggak ada saya.”

“Makanya diam.”

“Hmp..” tunjuk Haris pada bibirnya yang ia katup rapat.

Azzam memutar bola matanya dengan malas. Haris dan Azzam memang sudah cukup dekat; Harris telah bekerja hampir lima tahun sebagai sekretaris Azzam.

Sifat tegil Haris kerap membuat Azzam terhibur, dan itulah yang membuat kedekatan mereka semakin erat. Haris menjadi salah satu orang yang paling bisa diandalkan dan dipercayai Azzam. Ke mana pun Azzam pergi, Haris selalu setia menemaninya.

___

“Kalian nggak usah pulang dulu, nginep di hotel gih,” pinta Retno.

Ucapan itu membuat Farah dan Azzam saling pandang. Farah bergidik ngeri, sementara Azzam memutar bola matanya malas, seakan menolak dengan bahasa tubuh.

“Bener kata mami, kalian secepatnya buatkan kami cucu,” timpal Arman.

Sementara Danial hanya tersenyum, memeluk Farah. “Papa pulang dulu.” Jeda singkat pada kalimatnya.

“Nurut ya, sayang, sama suami kamu,” ucapnya sambil mengelus pelan surai putrinya.

Farah kembali bergidik ngeri, bulu kuduknya meremang mendengar kata “suami.”

“Kami pulang dulu ya… Kalian hati-hati,” ucap Retno, lalu langsung masuk ke dalam mobil, diikuti oleh yang lain.

“Aku pulang ya, Fa. Semangat malam pertamanya,” goda Zira.

Farah merotasi matanya malas. “Pulang sana.”

Setelah semua berpamitan dengan pemilik pesantren, Kyai Rahmat, seluruh keluarga pun bergegas pulang.

Setelah kepergian mereka, Azzam mengajak Farah menuju salah satu hotel yang dekat dari pesantren. Mau tidak mau, mereka harus menginap di sana beberapa hari.

Azzam dan Farah duduk di belakang, sementara Haris yang menyetir mobil.

“Kamu sudah reservasi, Ris?” tanya Azzam saat mereka sudah di jalan.

“Sudah, Pak,” jawab Haris dari balik kemudi.

“Tolong kamu kerjakan yang saya minta. Besok pagi, kamu bawa ke kamar saya sebelum ke kantor,” pinta Azzam.

“Loh, saya besok ke kantor, Pak? Bukannya saya harus ikut honeymoon sama Bapak?” tanya Haris.

Azzam memicing tajam ke arah Haris. “Ya sudah, kamu libur saja besok.”

Haris tersenyum senang. “Terima kasih, Pak.”

“Hm, sama-sama. Sekalian tolong cari orang yang bisa menggantikan kamu,” ujar Azzam sambil membuka iPad yang baru saja diambil dari kursi depan.

Farah tergelak mendengar ucapan Azzam.

Sementara Haris menghela napas pasrah. “Tidak perlu, Pak. Anda nikmati saja honeymoon-nya, Pak. Biar saya yang urus kantor.”

Farah terbahak. “Mas-mas, betah banget sih punya bos seperti dia,” liriknya sinis pada pria di sampingnya.

Haris tergelak. “Mau bagaimana lagi, Bu? Saya harus hidup.”

Farah kembali tergelak, sementara Azzam hanya sibuk dengan layar iPad-nya. Mobil yang dikendarai Haris kini memasuki pelataran hotel.

____

Plak!

Suara map coklat menghantam meja dengan kasar, memantul sedikit sebelum akhirnya tergeletak di permukaan kayu.

Farah yang baru saja duduk di sofa terkejut seketika mendongkak pada sang suami.

"Apa ini...?" tanyanya, suaranya masih serak oleh kantuk yang belum sepenuhnya pergi.

Azzam berdiri di dekat meja, dengan tangan menyilang di dada menatapnya tajam ke arahnya.

“Baca,” ucap Azzam dingin.

Dengan alis berkerut, Farah meraih map itu, jari-jarinya terasa dingin saat membuka isinya. Sementara itu, Azzam hanya menuangkan air ke dalam gelas dengan gerakan tenang.

Dahi Farah mengerut.Mungkin bingung atau otak belum sepenuhnya berfungsi dengan baik. “Perjanjian?” Tanyanya penuh selidik.

Tanpa menoleh, Azzam berkata dengan nada datar, "Kamu bisa baca, kan? Yaudah, baca."

Farah menggigit bibirnya. Matanya berlari menyusuri isi dokumen itu—dan dalam hitungan detik, dunia seolah berhenti.

Semua yang dilakukan istri harus dalam izin suami.

Harus menuruti semua yang dikatakan suami. Jika membantah, maka suami berhak memberikan hukuman, termasuk mengucapkan talak kapanpun sebelum waktu yang ditentukan.

Jika melanggar, maka kembali ke pasal 2.

Farah membelalak.Jemarinya mencengkram kertas itu erat, seolah ingin meremasnya hingga hancur. Pandangannya langsung terangkat, menatap Azzam yang kini sudah duduk di tepi ranjang dengan ekspresi tak terbaca.

Atmosfer di ruangan seketika sesak. Seakan semua oksigen tiba-tiba hilang disana.

Farah berdiri menghampiri Suaminya lalu berkata.

"Perjanjian macam apa ini?" suaranya melengking. "Sebelumnya nggak ada perjanjian kayak gini." Sambungnya lagi.

Azzam akhirnya menoleh. Tidak ada senyum di bibirnya, tidak ada emosi di matanya.

"Semua terserah kamu." katanya, hampir seperti mengejek. "Mau lanjut atau tidak itu urusan kamu. Kalau kamu tanda tangan, mimpi kamu udah pasti terwujud. Tapi kalau nolak..."

Ia berhenti sejenak menatap Farah yang sudah geram.

Sengaja. Jangan di tanya lagi.

Membiarkan kalimatnya menggantung, membuat udara di antara mereka semakin mencekam

Farah menahan napas. Rahangnya mengeras. kemarahan, kekecewaan, atau mungkin sesuatu yang bahkan tidak bisa ia definisikan.

Tanpa berpikir panjang, Ia semakin memangkas jarak diantara mereka, tangannya mencengkeram map itu erat.

Tanpa ragu, ia mengangkat dokumen itu tinggi-tinggi, bersiap merobeknya di depan mata Azzam.

Namun, sebelum ia lakukan—

Tangan Azzam lebih dulu mencengkeram map itu, menariknya dengan kekuatan yang cukup membuat tubuh Farah ikut tertarik ke depan.

Bruk!

Farah kehilangan keseimbangan.

Tubuhnya terjatuh ke atas Azzam, napasnya tercekat.Tatapan mereka saling bertaut. Seolah sedang beradu argumen lewat sorot matanya.

Aroma Azzam memenuhi hidungnya, hangat dan maskulin, membuat Farah membeku di tempatnya.

Sialnya Pria itu mengunci tubuhnya membuatnya tidak bisa bangkit. Dengan gerakan cepat tanpa usaha berlebihan, Azzam membalikkan posisi mereka.

Kini, Farah yang berada di bawah.

Jantungnya berdegup kencang hingga ia yakin Azzam bisa mendengarnya.

Pria itu menatapnya dari atas, sorot mata tajam tadi seketika berubah teduh .

Farah benar-benar menyaksikan perubahan sorot mata itu.Tak ada suara yang ada hanya deru napas yang saling bersahutan

Perlahan Azzam memangkas jarak di antara mereka,hingga Farah merasakan sapuan napas Pria itu di pipinya. Jantungnya semakin tak karuan.

“M-mau ngapain? Jangan Macam-macam, ya.” Ancam Farah.

Azzam tersenyum perlahan semakin mendekatkan wajahnya seketika tatapan mereka bertaut.Hingga Farah merasakan sesuatu yang lembab, kenyal dan untuk pertama kalinya ia merasakan sentuhan indra pengecap orang lain. Tanganya langsung mengepal keras karena ketidaksiapan menerima rasa baru itu.

Farah berusaha menghentikan pria itu dengan mendorong tubuhnya, tetapi tenaganya kalah oleh Azzam. Farah membeku.

Azzam memberi jeda.Hingga kembali mengecup lembut bibir gadis itu. pungutan demi pungutan ia berikan jauh lebih dalam dan menuntut.

Awalnya Farah diam tidak tahu harus berbuat apa, nalurinya bangkit perlahan Farah menikmati dan mulai membalas Azzam, ia memejamkan matanya menikmati setiap yang diberikan oleh pria itu.Cukup lama mereka melakukannya.

Baru saja menikmati Azzam menarik diri dan mengusap bibir Farah yang basah. Seketika gadis itu malu dan mengutuk diri karena sudah larut dalam kenikmatan itu.

Degup jantungnya semakin tak karuan saat Azzam menatapnya sayu. Seolah Pria itu sedang menuntut hak.

Lalu pria itu kembali mendekatkan wajahnya , Farah kembali memejamkan matanya ia kembali merasakan deruan napas suaminya kian mendekat hingga perlahan ia bisa merasakan sapuan napas itu di tengkuknya.

Lalu Azzam berbisik pelan.

“Jangan melibatkan hati terlalu jauh.Ini hanya pernikahan kontrak.”

“H-Hah?”

***

Hola.. Jangan lupa Like,komen dan Subscribe ya.

Follow juga Authornya

Kamsahammida.

1
Wilana aira
keren ceritanya, bisa belajar sejarah Islam di Italia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!