Masuk ke situs gelap. Cassia Amore nekat menjajakan dirinya demi bisa membiayai pengobatan ibunya. Kenekatan itu membawa Amore bertemu dengan Joel Kenneth pengusaha ternama yang namanya cukup disegani tak hanya bagi sesama pengusaha, namun juga di dunia gelap!
“Apa kau tuli, Amore?” tanya Joel ketika sudah berhadapan langsung tepat dihadapan Cassia. Tangannya lalu meraih dagu Cassia, mengangkat wajah Cassia agar bersitatap langsung dengan matanya yang kini menyorot tajam.
“Bisu!” Joel mengalihkan pandangan sejenak. Lalu sesaat kembali menatap wajah Cassia. Maniknya semakin menyorot tajam, bahkan kini tanpa segan menghentakkan salah satu tungkainya tepat di atas telapak kaki Cassia.
“Akkhhh …. aduh!” Cassia berteriak.
“Kau fikir aku membelimu hanya untuk diam, hmm? Jika aku bertanya kau wajib jawab. Apalagi sekarang seluruh ragamu adalah milikku, yang itu berarti kau harus menuruti semua perkataanku!” tekan Joel sangat arogan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fakrullah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER—8
“Cassia… dari mana saja kau?” tanya Luke dengan raut penuh kekhawatiran.
Cassia tak langsung menjawab. Ia yang terengah dan melihat keberadaan Luke di sana segera menata uraian rambutnya ke depan, yang membuat area lehernya tersamarkan dari tanda kepemilikan yang ditinggalkan Joel.
“Oh… Luke, bagaimana keadaan Ibu?” Bukannya menjawab pertanyaan Luke. Wanita itu malah menanyakan perihal kondisi ibunya.
Luke yang tidak keberatan langsung memberitahu Cassia jika saat ini sang ibu sedang diperiksa oleh dokter yang menanganinya. “Kondisi, Ibu, belum sepenuhnya stabil. Sehingga kata, Dokter, operasinya tidak bisa dilakukan sekarang.
Mendengar kalimat tersebut membuat Cassia benar-benar khawatir. Ia lantas segera masuk ke ruang rawat ibunya, lalu mendapati dokter yang sedang memeriksa keadaan ibunya.
“Dokter… apa yang terjadi pada, Ibu, saya? Apa semuanya akan baik-baik saja?” ucap Cassia dengan nada khawatir sembari mendekati sang dokter untuk memastikan kesehatan ibunya.
Dokter itu, pria berusia 36 tahun dengan wajah serius menoleh ke arah Cassia. “Ah… Nona Cassia. Saya sedang memeriksa keadaan, Ibu, anda. Kondisinya masih sangat lemah, tapi kami sedang berusaha untuk meningkatkan kekuatannya sebelum melakukan tindakan operasi,” jelas sang dokter.
Cassia mengangguk, sambil memandang sang ibu yang terbaring di tempat tidur. “Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kekuatannya, Dok?” tanyanya.
Sang dokter yang ber-name tag Leo tersebut mengambil napas dalam sebelum menjawab. “Saya tidak bisa memberikan jawaban pasti, Nona Cassia. Tapi kami akan berusaha untuk memulihkan kekuatannya secepat mungkin. Kami akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan pengobatan untuk membantu meningkatkan kekuatannya.”
Penjelasan tersebut membuat Cassia bernapas lega. Usai tadi sempat panik karena mendapatkan kabar jika sang ibu kembali drop menjelang operasinya. Padahal Cassia sudah berjuang mati-matian agar bisa mendapatkan uang untuk bisa membiayai pengobatan ibunya. Termasuk dengan menjual dirinya.
“Baik, Dok, lakukan yang terbaik untuk Ibu saya. Pastikan Ibu saya mendapatkan penanganan yang terbaik yang bisa memperpanjang hidupnya,” tukas Cassia yang langsung disambut anggukan oleh Dokter Leo.
Setelah keluar dari ruang perawatan ibunya. Luke yang sedari tadi masih menunggu di sana segera menghampiri Cassia. Ia berusaha memberi support terhadap kekasihnya, meski sebenar dalam hati ia sendiri masih bertanya-tanya tentang kemana menghilangnya Cassia tadi malam?
Sejak tadi malam saat tak mendapati keberadaan Cassia di rumah sakit. Luke mencoba menghubungi Cassia. Tapi panggilannya sama sekali tak tersambung, bahkan ketika ia berulang kali mencoba menghubunginya.
Luke khawatir. Ia mengirimi banyak pesan kepada Cassia. Namun lagi, pesan tersebut sama sekali tak terbaca karena Cassia yang dengan sengaja menonaktifkan ponselnya.
“Cassy… kamu harus tenang,” ucap Luke sembari mendekati Cassia. “Ibumu pasti akan sembuh. Dokter sudah berusaha untuk memulihkan kekuatannya.”
Cassia mengangguk. Tapi matanya masih terlihat penuh kekhawatiran. “Aku tahu, Luke. Tapi aku tidak bisa menahan kekhawatiran ini. Aku sangat khawatir tentang kesehatan, Ibu.”
Wajah Cassia terlihat lelah. Ekspresinya juga menggambarkan kegelisahan, yang mana membuat Luke semakin khawatir terhadap kekasihnya.
Luke kemudian mengambil napas dalam-dalam, lalu meletakkan satu tangannya pada bahu Cassia. “Aku paham, Cassy. Aku juga sama khawatirnya tentang, Ibumu. Tapi kita harus memiliki kepercayaan bawah, Ibu, akan segera sembuh. Kita harus memiliki kekuatan untuk mendukungnya.”
“Kamu benar, Luke. Aku harus memiliki kepercayaan juga kekuatan untuk terus mendukung, Ibu,” timpal Cassia.
Luke tersenyum. Kemudian semakin merangkul bahu Cassia. “Dan aku akan selalu ada di sini untuk mendukungmu. Kita akan melalui semua ini bersama-sama.”
Sejenak Cassia memandang wajah Luke. Ia melihat ketulusan Luke. Hal tersebut membuat perasaan bersalah seketika berkecamuk dalam hati Cassia, karena sudah mengkhianatinya.
Beberapa bulan lalu. Tepatnya saat anniversary ke tiga hubungan mereka. Luke sempat meminta pada Cassia untuk melakukan hal tersebut, namun Cassia dengan tegas menolak.
Bagi Cassia tidak ada segx sebelum menikah—yang itu berarti ia tidak akan pernah mau melakukan hal tersebut sebelum ia dan Luke benar-benar resmi bersama dalam ikatan pernikahan.
“Nggak, Luke, sampai kapanpun aku nggak akan mau ngelakuin hal itu sampai kita berdiri di altar pelaminan. Aku akan memberikan segalanya, saat nanti kita berdua telah resmi menjadi pasangan suami istri,” lontar Cassia kala itu.
Luke kecewa. Ia merasa Cassia seperti tidak benar-benar mencintainya. Ia merasa apa yang dilakukannya sudah lebih dari seorang kekasih. Tapi kenapa Cassia seperti tidak melihatnya?
“Tapi hubungan kita sudah berjalan tiga tahun, Cassy… apalagi yang kau ragukan dariku? Aku bahkan juga sudah siap untuk menikahimu, tapi kau malah—”
“Kau tahu gimana kondisi, Ibu, saat ini ‘kan, Luke? Aku nggak mau setelah menikah nantinya malah semakin membebani mu. Juga tentang hal itu… apapun alasannya aku tetap nggak bisa ngelakuinnya karena menurutku itu sakral.”
Semua ini bukan hanya perkara cinta. Tapi Cassia memiliki trauma tersendiri tentang hal tersebut. Ia tak ingin kenangan buruk sang ibu kembali terulang padanya. Harus melahirkan seorang anak tanpa ayah, karena sudah terlebih dahulu menyerahkan kesuciannya padahal keduanya belum resmi terikat dalam pernikahan.
Ayah Cassia meninggalkan ibunya, perkara tak mendapatkan restu orang tua. Padahal saat itu ayah Cassia mengetahui jika ibunya sedang mengandung benih cinta mereka, yaitu dirinya.
Cassia menatap wajah Luke dengan perasaan bersalah. “Maafkan aku, Luke,” ucapnya dengan suara bergetar.
Namun, Luke yang tidak mengetahui apa maksud dari permintaan maaf Cassia segera menimpalinya. “Cassy, apa yang kau bicarakan? Aku sama sekali nggak merasa direpotkan. Aku membantumu juga ibumu karena aku mau. Jadi kau tidak perlu merasa bersalah sampai harus minta maaf seperti ini.”
Ucapan Luke membuat Cassia semakin merasa bersalah. Ia sudah benar-benar menjadi penghianat karena telah menyerahkan hal yang seharusnya kelak menjadi milik Luke pada pria lain.
Cassia sudah benar-benar kotor. Ia merasa tak pantas lagi berada disisi Luke. Tapi untuk membeberkan semua hal tersebut sekarang, Cassia tak bisa melakukannya. Ia memilih menyimpan semuanya, dengan memikirkan waktu yang tepat untuk bisa bercerita.
Bersambung.
