Alya terpaksa menggantikan Putri yang menghilang di hari pernikahan nya dengan putra dari konglomerat keluarga besar Danayaksa. Pebisnis yang di segani di dunia bisnis. Pernikahan yang mengantarkan Alya ke dalam Lika - liku kehidupan sebenarnya. Mulai dari kesepakatan untuk bertahan dalam pernikahan mereka, wanita yang ada di masa lalu suami nya, hingga keluarga Devan yang tidak bisa menerima Alya sebagai istri Devan. Mampukah Alya melewatinya? Dengan besarnya rasa cinta dari Devan yang menguatkan Alya untuk bertahan mengarungi semua rintangan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tinggal Bersama
*****
Alya hanya menelan ludahnya. Entah itu serius atau sarkasme yang jelas membuat kepala Alya semakin penuh.
" Lama." Itu suara Mbak Tania, Kakak sulung Devan saat pria itu baru tiba di pesawat dengan Alya yang berdiri di belakangnya. Tangan mereka yang saling bertaut membuat Tania berdecak keras.
Alya menelan ludahnya, menunduk dan memberikan senyum pada mereka yang menatapnya dengan tatapan menelisik penuh berbagai macam ekspresi.
Namun Alya tahu, itu bukan ekspresi senyum senang atau ramah. Ada yang menatapnya sinis, yang memutar bola matanya jengah, yang menatapnya datar, dan ada yang menatapnya mendesak. Membuat Alya menahan nafasnya. Dia sadar jika dia tidak diterima di sana Dan pada akhirnya menunduk mengikuti kemana Devan membawanya. Bahkan Devan sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya.
Devan berhenti, Alya yang masih sibuk dengan pikirannya jadi tidak fokus sehingga dia menabrak bidang Devan yang sudah membalikkan badannya.
" Aww, sorry mas." Bisik Alya.
Devan tidak bersuara, dia mengambil tote bag Alya dan meletakkannya di kabin atas.
" Duduklah." Ucap Devan lagi meminta Alya masuk dulu.
Alya menelan ludahnya dan baru menyadari jika desain pesawat ini khusus hanya untuk kelas bisnis dengan model 22 di kanan dan kiri. Kursi yang luas dan nyaman, juga mewah.
Alya bukannya takjub karena ini kelas bisnis, dia juga biasa naik kelas bisnis jika menemani bosnya perjalanan bisnis.
Tapi mengingat Devan tadi mengatakan jika itu adalah pesawat pribadi, jadi Alya menelan ludahnya susah payah.
Keluarga pria ini benar-benar konglomerat. Alya harus mencari tahu lebih banyak tentang siapa pria yang dinikahinya.
*
*
*
Tidak lama setelah mereka duduk, ada pramugari yang menyapanya dengan ramah. Memberitahukan jika mereka akan segera take off. Alya memilih kembali memejamkan matanya. Lumayan 1 jam untuk tidur sebelum tiba di Jakarta. Tubuhnya masih terasa remuk setelah acara pernikahan itu.
Devan ingin tidur namun tidak bisa. Dia terlalu penasaran dengan wanita di sampingnya yang terlihat sudah terlelap dengan deru nafas yang teratur.
Siapa wanita ini sebenarnya? Putri tidak pernah menceritakan tentang sepupunya padahal Mereka bersaudara.
Devan masih belum bisa membaca wanita itu. Semuanya terlalu mendadak dan dia perlu waktu untuk itu.
Devan memilih membuka ponselnya, mengecek jika ada sesuatu yang ditinggalkan Putri yang tiba-tiba menghilang.
Namun semua tetap nihil, pesan-pesannya untuk wanita itu masih centang satu. Dia kembali mengingat pertemuan-pertemuan mereka dan menelaah apakah dia melakukan kesalahan yang menyakiti hati wanita itu?
Namun rasanya tidak. Hubungan mereka selama ini baik. Hubungan yang sehat dan Devan memperlakukannya begitu baik.
Nyatanya matanya yang terasa berat itu tetap tidak bisa terpejam sepanjang perjalanan. Kepalanya penuh tentang kepergian mantan calon istrinya dan wanita asing yang statusnya telah menjadi istrinya.
*
*
*
" Alya..." Panggil Devan pelan yang langsung bisa membangunkan wanita itu.
Alya mengerjap lalu duduknya langsung tegap saat mengetahui jika pesawat bahkan sudah parkir.
Kenapa pria itu tidak membangunkannya saat sudah akan landing?
" Ayo turun." Ucap Devan lagi yang sudah menurunkan koper juga tote bag milik Alya yang kini dia letakkan di atas kopernya.
" Nanti lanjut tidur di rumah." Ucap Devan lagi yang melihat Alya masih duduk, padahal wanita itu menunggu Devan beranjak dulu dan menyingkir supaya dia bisa lewat.
" Kita pulang ke rumah keluarga kamu atau apartemen kamu Mas?" Tanya Alya.
Rasanya dia belum sanggup menghadapi keluarga suaminya itu apalagi tinggal bersama.
" Apartemenku." Jawab Devan yang membuat Alya bernapas lega dan Devan bisa melihat itu.
" Devan, pulang dulu ke rumah. Setelah menikah kamu juga tinggal lah di rumah seperti kakak-kakakmu. Mama ingin semua anak-anak Mama berkumpul di rumah." Ucap Jenny yang terdengar lebih seperti ultimatum.
Devan kembali menarik tangan Alya untuk mengikutinya. Alya diam-diam menelan ludahnya dengan jantung yang berdegup mendengar ucapan wanita yang masih belum tahu namanya itu. Wanita yang secara status adalah mama mertuanya.
Kakak-kakak Devan tinggal serumah dengan keluarganya bahkan setelah menikah? Diam-diam Alya mengaduh dalam hati. Dia tidak bisa jika Devan mengikuti perintah mamanya. Tapi apa yang bisa dia lakukan?
" Tidak, ma. Aku akan tinggal di apartemen sementara sebelum mendapatkan rumah. Aku tidak ingin tinggal di rumah mama. Ini hidupku dan Rumah tanggaku. Aku tidak akan tinggal satu atap bersama rumah tangga yang lain. Maaf ya, ma. Aku mau langsung pulang ke apartemen." Devan menghampiri mamanya, mencium tangannya dan memeluknya.
Alya juga ikut mencium tangan wanita itu namun langsung mendapat tepisan kasar.
" Devan. Jahat kamu tidak menuruti permintaan mama." Ucap Jenny dengan ketus, namun Devan menatap mamanya dengan lembut.
" Maaf, ma. Aku sayang mama. Aku pulang dulu ya." Sekali lagi Devan memeluk mamanya. Dia lalu menyalami papanya.
Alya juga mengikuti apa yang dilakukan Devan.
" Kami pulang dulu Om." Ucap Alya melihat pada pria itu yang menatapnya lebih baik dari yang lainnya.
" Hati-hati kalian." Ucap Dipta mengangguk.
Devan mengganggu lalu kembali menarik lengan Alya untuk mengikutinya.
*
*
*
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan Devan dan Alya. Devan langsung membuka pintu penumpang untuk Alya.
" Ayo masuk." Ucap Devan.
Alya mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Setelah itu Alya langsung menutup pintunya. Devan menyerahkan kopernya kepada sang supir dan pria itu menuju pintu di sisi seberang dan masuk.
Alya kembali bertanya-tanya. Pria itu kenapa harus membukakan pintu untuk? Namun Devan langsung memejamkan matanya. Alya juga melakukan hal yang sama.
Setidaknya 20 sampai 30 menit bisa mereka manfaatkan untuk tidur.
*
*
*
" Unitku ada di lantai dua puluh dua." Ucap Devan saat mereka masuk ke dalam lift, Devan mengeluarkan kartu akses.
Alya membatin. Jelas ini apartemen mewah yang sangat jauh berbeda dengan apartemennya.
" Ayo." Devan memintanya keluar lebih dulu, lagi-lagi Devan menggenggam tangan Alya untuk mengikuti langkah nya.
Pintu besar terbuka setelah Devan menekan beberapa digit angka. Alya masih mengekor di belakang pria itu.
" Pin-nya 287945. Ingat ya. Ini kartu akses lift." Devan lalu menyerahkan satu kartu akses kepada Alya dan Alya menerimanya.
" 287945. Oke aku catat dulu." Alya lalu membuka ponselnya dan mengetikkan PIN itu di note agar tidak lupa.
" Sini ponselmu." Ucap Devan lalu mengambil ponselnya begitu saja.
Devan lalu mengetikkan nomornya pada ponsel Alya dan membuat panggilan itu ke nomornya sendiri hingga ponsel pria itu berdering. Setelah itu Devan mengembalikan ponselnya pada Alya.
Tatapan Alya berpendar pada apartemen yang mewah itu. Ada beberapa ruangan yang membuatnya menelan nafas lega untuk sesaat.
" Mas, malam ini bolehkah aku tidur di kamar tamu dulu? Aku pikir banyak yang perlu kita bicarakan. Tapi kita sama-sama lelah, dan lebih baik bicara besok pagi saja ya." Ucap Alya.
Devan lalu menatap wanita itu dengan sejuta makna saat mendengar ucapan Alya barusan.
belum nemu kemistrinya Thor🙏