Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 8
Faza bergegas mandi, hari ini dia sudah janji pada Alena untuk mengajak gadis itu ke taman bermain, sesuai rencana yang sempat tertunda.
Meskipun pagi tadi sempat di kejutkan dengan sikap Aric yang tiba tiba berubah hangat, namun Faza tak mau langsung membuka hati. Bisa saja Aric berbuat begitu karena terpojok oleh sikap keras dari mama Dian. Karena tak mungkin orang bisa berbuah hanya dalam semalam.
Selesai mandi dan berpakaian, Faza langsung turun ke lantai bawah..
"Selamat Pagi.." Sapa Faza pada Alena yang duduk di ruang keluarga bersama Papa Surya. Mereka sedang menonton Tv bersama..
"Tante..." Alena langsung berlari dan memeluk Faza. Selalu seperti itu, Alena selalu ceria jika sudah bersama Faza..
"Oma mana, sayang ? Katanya mau ikut kita ke taman bermain.." Tanya Faza sambil mengajak Alena duduk kembali di sofa
"Oma belum pulang, kata Opa, oma kalau udah ketemu sama temen temenya suka lupa pulang, tante. Oma suka Ngegosip.."
Ucapan Alena membuat Faza melongo, bisa bisa nya Papa Surya mengatakan hal yang terkesan tidak baik..
"Emang ngegosip itu apa, sih, tante ?"
Faza mencoba untuk tetap tenang. "Coba tanyakan sama Opa, kan Opa Surya yang mengatakan itu.." Kata Faza sambil melihat ke arah Papa Surya. Sementara yang di lihat nya seperti tidak merasa bersalah. Papa Surya terlihat santai saja sambil memakan camilan di toples kaca..
"Opa, ngegosip itu apa ?"
"Ngegosip itu artinya ngomongin orang. Yang di omongin bisa baik bisa juga buruk. Tapi kebanyakan sih buruk.. Hahaha.." Tawa Papa Surya membuat Faza geleng geleng kepala.
"Sudah, sudah.. Jangan di teruskan, pah.." Wajah Faza terlihat BeTe..
"Kamu sudah siap, sayang ? Ayo kita berangkat sambil cari Oma di komplek, siapa tau Oma ada di sekitar sini.."
Alena turun dari sofa, lalu mengambil tas gendong nya di atas meja.
"Pamit dulu sama Opa.." Titah Faza
Alena pun mencium tangan Papa Surya dan pamit bersama Faza..
Faza meminjam salah satu mobil yang ada di garasi rumah, dan dia mengendarai sendiri kendaraan tersebut..
"Tante, itu Oma.." Tunjuk Alena saat mereka melewati taman bunga komplek elit itu..
"Oh, iya.." Faza segera menepikan kendaraan nya di sana..
"Kamu tunggu sebentar, ya, Tante panggil oma dulu.." Kata Faza seraya membuat Seatbelt..
Alena mengangguk, gadis itu memang anak penurut, dan tentu hanya sama Faza..
"Permisi.." Faza langsung menyapa, kebetulan Mama Dian berdiri nya membelakangi, jadi tidak menyadari kehadirian Faza disana..
Mama Dian menoleh, di ikuti oleh ibu ibu yang lain..
"Faza, kok bisa kamu kesini ? Sama siapa ?" tanya Mama Dian terkejut sambil celingak celinguk ke kiri dan kanan..
"Faza sama Alena, dia menunggu di mobil, mah.." Jawab Alena
"Wah, jeng.. Ini menantu nya, ya ?! Cantik banget loh, jeng. Ya Ampun.." ucap Salah seorang ibu ibu berpakaian super ketat yang memperlihatkan bentuk tubuh nya.
Faza tersenyum ramah, kemudian ada lagi suara ibu ibu lain mulai menimpali..
"Ih, jeng.. Beruntung sekali sih, si Aric, dapetin Faza yang masih single, cantik, perawan ting ting pula lagi.."
"Ngomong ngomong, sudah hamil belum ? Sudah setahun ya kalau nggak salah usia pernikahan kalian.."
Kata kata terakhir itu membuat senyum Faza jadi getir. Ah, memang ya kalau sudah bertemu ibu ibu begini siapapun pasti Keki jika sudah mendengar omongan mereka yang tanpa Filter.
Faza kira jika tinggal di Kawasan Elit dia tidak akan pernah menemukan circle ibu ibu yang macam begini. Ternyata sama saja.
"Aduh, Jeng.. Kalian ini! Paling bisa deh membuat orang nggak nyaman. Sudah yuk, Faza. Bisa bisa jika kamu terus disini Mama berantem sama Ibu ibu ini.." Mama Dian sebenarnya kesal juga, tapi mau bagaimana, jika di dengar pasti akan terjadi keributan..
"Eh, Jeng mau kemana ? Kita belum kocok Arisan nya, nih.."
"Kocok sajalah, minggu depan Saya Absen!!" Ucap Mama Dian tanpa menoleh kebelakang. Namun terdengar ibu ibu Sosialita itu saling berbisik dan menyalahkan..
"Maafin mereka, ya, Faza.. Mama jadi nggak enak sama kamu." Kata Mama Dian saat mereka sudah masuk ke dalam mobil..
"Nggak apa apa, Mah.." Faza tersenyum tipis, lalau memakai kaca mata hitamnya lagi dan mulai melajukan kendaraan mereka perlahan, tak lupa Faza membunyikan Klakson pada ibu ibu itu..
"Sebenarnya dulu mereka nggak kaya gitu, kok, sekarang-sekarang aja nih mereka jadi terbawa sama Bu Laila, dia itu OKB. Itu, tuh.. Orang nya yang tadi nanya kamu udah hamil apa belum.. Hih, Mama jadi Sebel.." Mama Dian jadi menggerutu,
"Sudah, mah, Faza nggak apa apa, kok."
"Emang ada apa sih, Oma, kok oma marah marah ?" tanya Alena yang baru bersuara saat Faza dan Oma nya berhenti bicara..
"Nggak apa apa, sayang.. Oma cuma kesel aja.."
"Oh, Oma habis Ngegosip ya ?" Tanya Alena tiba tiba..
Sama seperti Faza, Mama Dian pun melongo mendengar ucapan Alena..
Faza mengangkat kedua bahu nya ketika Mama Dian melihat ke arahnya seolah meminta penjelasan..
"Kata Opa, Oma ngegosip ya sama temen temen Oma yang tadi.."
Belum sempat Mama Dian bertanya pada Alena, gadis itu sudah lebih dulu menyebut nama tersangka..
Mama Dian reflek memejam dan menarik nafas panjang..
"Papa, awas kamu pah!!" Ucap Mama Dian dengan suara pelan..
Faza menahan tawa nya. Faza baru tau ternyata Papa Surya lebih parah dari Mama Dian.
Setahun ini Faza mengenal Mama Dian itu memiliki sifat yang emosian, pengendalian emosinya buruk menurut Faza, namun di balik kekurangan itu, Mama Dian memiliki sifat yang hangat. Sementara Papa Surya, memanglah lelaki tua itu tidak suka marah marah, tapi kata kata yang keluar dari mulut nya terkadang memberikan efek kegelisahan di hati. Kata kata nya tak tertebak. Bagi Faza itu jauh lebih horor..
Perjalanan mereka memakan waktu kurang lebih 30 menit karena jalanan tidak terlalu padat hari ini..
Setelah membeli tiket, Faza, Alena dan Mama Dian pun masuk ke dalam taman bermain itu.
Saat masuk ke dalam, terlihat sekali Alena sangat senang..
"Kita main yang mana dulu, ya, tante ?"
"Kalau yang itu, gimana ?" tunjuk Faza ke wahana Bianglala yang konon katanya memiliki ketinggian 33meter di atas permukaan laut.
Karena mereka membeli tiket fast track, jadi mereka tak perlu antri dengan yang lain..
Sementara Faza dan Alena sibuk mengobrol di dalam wahana Bianglala, Mama Dian justru begitu sibuk dengan ponselnya, entah dengan siapa mama Dian berkirim pesan..
Setelah naik Bianglala, kini Alena memilih sendiri wahana selanjutnya..
"Kalian aja deh yang naik, Oma tunggu disini, ya. Oma capek.." Kata Mama Dian sambil duduk di dekat Wahana Gajah Bledug..
"Mau Faza belikan minum, mah ?"
Mama Dian langsung menolak secara halus, "Nggak usah, nanti Mama aja yang beli sekalian beli buat kalian.."
Dan Faza pun menuntun Alena ke Wahana Gajah Bledug..
"Loh, kok oma nggak ada.." Tanya Alena saat mereka turun dan kembali ke tempat Mama Dian menunggu..
Faza menoleh ke kiri dan kanan, "Mungkin Oma lagi ke toilet." Faza mengeluarkan ponsel nya, "Sebentar, Tante coba hubungi Oma, ya.." Faza meminta Alena untuk duduk,
"Halo, mah.. Mama dimana ?" tanya Alena ketika sambungan sudah terhubung..
"Faza, maaf mama lupa, mama ada urusan.."
"Loh, Mama pulang ?" tanya Faza terkejut
"Iya, ini mama sudah di parkiran.."
"Mama kok ke parkiran ? Kan kunci mobilnya ada di Faza.." Faza merasa ada yang janggal dengan sikap Mama Dian..
"Sudah kamu jangan pikirkan itu, kamu nikmati saja liburan kalian bertiga. Semoga ada kabar baik setelah ini, ya.. Mama sayang kamu, Faza.."
Faza menggigit bibirnya, ada rasa kesal karena Mama Dian pergi begitu saja tanpa pamit, tapi mau bagaimana, Faza tak mungkin memarahi mertuanya juga kan..
Tapi tunggu dulu, apa maksud ucapan Mama Dian barusan ? Kalian bertiga ?! Padahal jelas jelas Faza dan Alena hanya berdua..
"Papa..."
Deg!
Faza mematung bersama dengan terputusnya sambungan telepon dengan Mama Dian..