NovelToon NovelToon
Bukan Kamu, Bukan Dia

Bukan Kamu, Bukan Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Oksy_K

Luka Vania belum tuntas dari cinta pertama yang tak terbalas, lalu datang Rayhan—sang primadona kampus, dengan pernyataan yang mengejutkan dan dengan sadar memberi kehangatan yang dulu sempat dia rasakan. Namun, semua itu penuh kepalsuan. Untuk kedua kalinya, Vania mendapatkan lara di atas luka yang masih bernanah.

Apakah lukanya akan sembuh atau justru mati rasa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oksy_K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelipur Lara

Lampu gantung temaram menggantung rendah, siluet Vania terpantul samar di kaca jendela yang berembun. Di luar, jalanan mulai lenggang, hanya ada beberapa motor yang lalu lalang. Jauh dari hiruk pikuk kota, suasana damai yang selalu Vania cari.

“Gimana? Udah tenang sekarang?” tanya Okta, melihat Vania yang lahap memakan browniesnya.

Vania mengangguk seperti anak kecil, mulutnya masih penuh dengan brownies.

“Cuma lo yang paling ngerti gue, Ta.” Pujinya sembari mengangkat kedua jempolnya.

“Puas-puasin lo makan malem ini, gue gak akan kasih tau Tante Sekar deh.”

“Serius?” tanya Vania dengan nada riang. Pasalnya, Sekar selalu membatasi porsi dessert Vania. Jika tidak, bisa jadi acara mukbang. Karena hanya makanan manis, obat pelipur lara untuknya. Dapat meningkatkan mood hariannya.

“Iya ... nih punya gue habisin juga. Nanti kalau kurang bilang aja. Gue traktir.” Ujar Okta penuh yakin. Malam ini adalah penghiburan untuk sahabatnya yang katanya tertimpa kesialan.

“Kok bisa sih lo diikutin sama Rayhan? Langka lo itu, biasanya dia yang dikejar-kejar cewek, sekarang malah ngejar lo.” Ujar Okta, memulai sesi curhatnya.

“Gue juga gak tau, pokoknya nyebelin banget.” Balas Vania yang kembali kesal jika mengingat kejadian tadi siang.

“Tapi lo gak papa kan?” tanya Okta dengan khawatir.

Vania tersenyum, mungkin pertanyaan itu terdengar biasa saja. Namun bagi Vania, itu salah satu pertanyaan yang cukup menenangkannya. Karena nyatanya, masih ada seseorang yang menghawatirkannya. Mengingat dulu ia pernah mengalami kejadian yang hampir sama.

Di mana saat Vania masih duduk di bangku SMA, seorang pria dewasa mengikutinya selama tiga bulan lamanya. Jalu adalah orang pertama yang menyadari hal itu saat mengantar Vania pulang. Ia pun menghampiri lalu menangkap pria itu, walau sempat terjadi kejar-kejaran dan baku hantam.

Kejadian itu juga yang membuat Vania selalu merasa waspada jika di dekat orang asing.

“Gak papa kok, itu udah berlalu, gue cuma syok bentar aja.” Jawab Vania dengan senyum yang terpancar.

“Kalo aja gue di sana, gue gampar tuh muka Rayhan yang sok kegantengan!” Ungkap Okta sambil mengayunkan tangannya ke udara.

“Nanti gantian lo yang di serbu para betinanya Rayhan.” Ledek Vania sambil terkekeh.

“Kan ada Pandu, si gapura kabupaten. Gak takut gue.” Balas Okta dengan percaya diri.

“Curang, beraninya di belakang pacar.”

“Makanya punya pacar, cepet-cepet move on dari kak Jalu. Biar punya tameng kaya gue.” Sindir Okta dengan entengnya.

Seketika mata Vania membelalak, melihat sosok di belakang Okta yang tersenyum menatapnya. Ia melepar bekas tisu ke arah Okta, mengisyaratkan untuk berhenti berbicara.

“Vania, lo di sini juga,” Sapa pria yang tak lain adalah Jalu, “Okta juga.” Imbuhnya saat melihat Okta yang ikut terkejut melihat keberadaannya.

Pertanyaan penting sekarang, apakah jalu mendengar perkataan Okta atau tidak? Reaksi Jalu yang biasa saja menghisyaratkan bahwa ia mungkin tidak mendengarnya. Itu yang Vania harapkan.

“Hai kak Jalu.” Sapa Vania kikuk. Sedangkan Okta masih menutup mulutnya, masih terkejut.

“Gue duduk sini boleh gak? Gue dateng sendiri nih, kalau ramai kan seru.” Ucap Jalu dengan senyum khasnya. Senyum yang dulu selalu membuat hatinya menggelitik.

Vania menatap Okta yang menggelengkan kepalanya pelan seolah menolak.

“Boleh kak, duduk aja.” Jawab Vania mengizinkan, membuat Okta memejamkan mata, menahan untuk tidak mengumpati Vania.

“Thanks ya.” Balas Jalu sembari duduk di samping Vania.

“Ini brownis buat lo, sebagai bayarannya. Lo masih suka kue ini kan?” imbuhnya, dan meletakkan sepotong kue brownies di hadapan Vania.

“Masih kok, sama kak Jalu juga masih.” Tanpa sadar perkataan itu lolos dari mulut mungilnya.

“Apa?” tanya Jalu yang tidak jelas mendengar suara Vania yang lirih.

“Masih suka inget kak Jalu yang super supel ini maksudnya, gitu ...” ralat Okta dengan cepat.

Jalu tertawa mengganggap lucu sikap kedua adik kelasnya itu. “Gue juga kangen main sama kalian, boleh lah kita main bareng lagi.”

“Emangnya pacar kak Jalu gak marah, masa main sama kita.” Jawab Okta mengingat Jalu mempunyai kekasih sejak ia masih SMA.

Senyum Jalu luntur, digantikan raut murung.

“Tenang aja, gue udah putus.”

“Serius kak? Kenapa?” Okta berubah jadi mode kepo, sesekali melirik Vania yang terlihat lebih penasaran darinya.

“Gue diselingkuhin, sakit banget ternyata rasanya ya, makanya hibur gue dong!” ujar Jalu, senyumnya terukir, namun di baliknya, Vania yakin Jalu merasakan sakit yang teramat.

“Okeh, kalo gitu, gimana kalo kita nonton aja bertiga kaya dulu lagi?” tanya Okta antusias, matanya menatap Vania yang sedari tadi terdiam, meminta persetujuannya.

Vania tersenyum, “Iya kak, kita nonton Merah Putih yang lagi viral itu.”

Senyum Jalu merakah kembali, menyetujui ajakan itu dengan rasa syukur. Ia sama sekalintidak menyesal datang ke kafe, apalagi saat tak sengaja bertemu Vania serta Okta.

“Deal ya, bentar, gue ke toilet dulu.” Setelah Okta pergi, Vania danJalu ditinggalkan berdua. Suasana canggung menyelimuti mereka. Vania terdiam, Jalu pura-pura sibuk dengan ponselnya. Hanya alunan musik akustik dan riuh rendah obrolan pelangganlain yang mengisi keheningan di antara mereka.

Melihat kue brownies darinya belum tersentuh, Jalu bertanya, “Kenyang?”

Seakan sebuah perintah, Vania mengambil potongan yang cukup besar dan buru-buru memasukkan ke mulut.

“Iya kak, ini gue makan. Enak banget.” Ujarnya susah payah, suaranya tercekat karena mulutnya penuh.

Jalu tertawa melihat tingkah Vania yang tergesa-gesa, membuat mulutnya belepotan seperti anak kecil.

“Pelan-pelan, Van. Gak ada yang minta juga.” Katanya sambil mengusap bibir mungil Vania yang terdapat remahan brownies dengan ibu jarinya.

Saat jemari hangat Jalu berhasil menyentuh bibirnya, seketika napas Vania tercekat, perutnya menggelitik. Ia terkejut dengan sentuhan Jalu yang membuat jantungnya berdegup tak karuan.

Sudah susah payah Vania bersikap biasa, tetapi Jalu malah menariknya kembali ke titik awal. Perasaan suka yang dulu ia kubur dalam-dalam, kini perlahan timbul lagi.

“Van, You okey? Kenapa diem?” tanya Jalu heran.

“Oh, sorry kak, gue ngelamun bentar tadi.” Jawab Vania dengan cepat. Ia menggenggam erat garpu di tangannya, berusaha menetralkan jantung yang bergemuruh.

“Kirain gue buat salah sama lo.” Ucap Jalu.

Tak lama Okta datang, membuat Vania bisa bernapas lega. Memang seharusnya ia tidak berduaan dengan Jalu, tidak aman untuk jantungnya.

“Yuk, jalan sekarang. Keburu tambah malam.” Ajak Okta sembari meraih lengan Vania.

“Kenapa lo?” tanya Okta saat mengandeng tangan Vania yang berkeringat dingin.

“Gue gugup, jangan tinggalin gue berduaan lagi.” Bisik Vania, ia menggenggam erat tangan Okta, seolah ia bisa jatuh kapan saja.

Mendengar itu Okta hanya tertawa dan takjub dengan perasaan Vania yang sepertinya masih menyukai Jalu.

Mereka keluar dari Kafe. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedari tadi terus memperhatikan dari kejauhan. Wajahnya datar, sorot matanya berubah tajam. Sosok yang sempat membuat Vania merasa kesal.

“Siapa yang bilang kalau dia gak bisa di deketin cowok mana pun? Tadi aja senyam-senyum di depan cowok. Pake acara usap bibir segala!” celetuk Rayhan kesal. Ternyata ia sudah berada di kafe itu, bahkan sebelum Vania dan Okta datang. Ia duduk di pojok ruangan yang tertutup tanaman hias, hingga mereka tak menyadari keberadaannya.

“Siapa pun cowok itu. Gue harus cari tahu.”

.

.

.

1
Royati II
iya bang iya
Royati II
apa sih nih org ganggu mulu/Panic/
Oksy_K: Cassie: Aku kn calon pacarnya kak Ray/CoolGuy/
total 1 replies
Royati II
jangan galak-galak om
Royati II
ayo van, jangan lari di tempat Mulu, kejar balik
Oksy_K: /Determined//Determined//Determined//Determined/
total 1 replies
Royati II
lah malah tanya 😂
Oksy_K: emang gtu, denial mulu
total 1 replies
Oksy_K
/Heart//Heart//Heart/
Via Aeviii
Hai aku mampir kk ...🤗
Bagus k, saya suka yg temanya sekolahan gini. jadi kangen masa” skolah 😄
Oksy_K: ayo nostalgia bersama~~
total 1 replies
Jemiiima__
masa kalah sma bocil, ga dongg
Oksy_K: harus dilawan/Determined/
total 1 replies
Jemiiima__
cakep bgt kan ray /Facepalm/
Oksy_K: beutipuuuuullllll
total 1 replies
Jemiiima__
gada yg ga pantes semuanya perlu waktu, cuma waktumu dipercepat saja 😅
Jemiiima__
anjay dibahas wkwkw
Oksy_K
/Panic//Panic/
Oksy_K
padahal udh mau lupa/Grievance/
Oksy_K
/Applaud//Applaud//Applaud/
Jemiiima__
diateh bukannya msh bocil gak sih /Facepalm/
Jemiiima__
pake diingetin lg wkkw
Jemiiima__
oo tidak bisa, disaat seperti hari bergerak lebih cepat dr otak wkwkkw
Jemiiima__
yah gajadiii udh nunggu tdnya eh hahaha
Oksy_K: eaaakkk kena prank wkwk
total 1 replies
Royati II
inget ya, jangan berdua nanti ketiganya setan. nah, si Ali ini setannya/Curse//Curse/
Oksy_K: wkwk iya juga
total 1 replies
Jemiiima__
BOLEH BOLEH SOK LAH!
aww gemes ih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!