NovelToon NovelToon
I Love You Abang

I Love You Abang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Whidie Arista

Salahkah jika aku menyukaimu Abang?

Kedekatan Dea dengan Abang tirinya menghadirkan sebuah perasaan yang tak seharusnya ada, sebisa mungkin dia mencoba membuangnya namun tanpa dia sadari ternyata Abangnya juga menyimpan perasaan yang sama untuknya.

Ada yang penasaran? yuk simak cerita mereka 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

“Bisa gak sih jangan panggil Abang, panggil yang lain ke, aku berasa ke tukang cilok di panggil Abang, Abang terus.” keluh Ran.

“Kalau Opa gimana?" Tanyaku sambil mengulum senyum.

“Dih enggak, Opa di indo itu Kakek-kakek.” sergah Ran, “yang normal-normal aja, ke Kakak misalnya.”

“Nggak ah, panggil Abang terasa lebih akrab.” aku terkekeh apa lagi melihat wajah frustasi Devran, “Abang sama Kakak itu sama aja kali, di biasain aja ya Bang.” aku tersenyum puas, entah mengapa menggoda Ran begini menjadi keseruan baru dalam hariku.

“Artinya emang sama, tapi kedengarannya tetep beda.” keluhnya.

Aku melirik jam yang tergantung di dinding, tak terasa waktu hampir lewat pukul sebelas, rencananya tadi aku kan mau nonton Drakor tapi malah keasikan ngobrol bareng Abang ganteng ini.

“Kamu mau kemana?” tanya Ran saat aku bangkit dari kursi.

“Cuci piring, habis itu balik ke kamar mau nontonin Ayang.” ucapku sambil tersenyum.

“Kamu udah punya pacar?!” Ran tersentak, aku menoleh dengan wajah cengo.

“Pacar real sih belum, tapi pacar halu banyak, hehe.” aku nyengir kuda, sambil membawa piring ke bak cuci piring.

“Bagus itu, kamu itu masih kecil jangan pacaran dulu, belajar yang giat jangan malah mikirin cowok.” ucap Ran.

“Kenapa Abang malah kaya Ibu sih? Pacaran saat SMA itu bukannya kenangan yang paling indah ya?”

“Siapa bilang?” sergah Ran.

“Lah buktinya Ibu sama Pak Bagas loh, mereka cinta pertama saat SMA, walau mereka pernah hidup dengan orang lain tapi cinta mereka bisa tumbuh kembali saat mereka bertemu.” ucapku so tahu.

“Ya lain orang, lain cerita lah.” dalih Ran.

“Oh jadi Abang punya cerita buruk nih soal kisah cinta masa SMA?” tebaku.

“Gak ada, aku belum pernah pacaran sampe sekarang.” ucap Ran enteng.

“Hah yang bener? Dea gak percaya, muka ke Abang ini gak punya pacar, impossible deh.” ucapku tak percaya, bagaimana tidak wajah seganteng Ran gak mungkin gak ada wanita yang suka.

“Yang suka banyak, tapi akunya aja yang gak mau.” aku membulatkan mulutku membentuk huruf O sambil mengangguk-anggukkan kepal.

“Dea naik duluan yang Bang, mau nonton.” ucapku setelah selesai membersihkan piring dan gelas bekas makan. Ran hanya mengangguk kemudian bangkit menuju bak cuci piring untuk membersihkan piring bekas makannya.

Aku menghentikan langkahku sejenak, lantas berkata, “oh ya Bang, tolong rahasiain soal Dea kerja part time ya,” ucapku penuh permohonan.

“Tergantung.” ucapnya tanpa menoleh.

“Tergantung apaan?” aku mulai merasa was-was.

“Kalau kamu nurut sama aku, rahasiamu aman!”

Aku mengangguk dengan wajah mematut, Ran melirik kearahku sambil tersenyum, dia berjalan sambil mengacak rambutku kemudian berlalu lebih dulu.

Aku melempar tatapan kesal pada punggung Ran, bener kata si Maya punya Abang itu terlalu beresiko, kadang nyenengin kadang ngeselin.

Aku merebahkan diri sambil nonton Drakor, sekitar pukul 12:30 Ran mengetuk pintu kamar.

“Ya!” panggilnya.

“Kenapa Bang?”

“Gue masuk ya?”

“Masuk aja gak di kunci ko!” sahutku, kemudian pintu pun terbuka menampakan wajah Ran yang tampan dan nampak segar karena rambutnya yang agak basah. Dia mengedarkan pandangan ke setiap penjuru kamar.

“Lagi nonton apaan?” dia melirik ponselku dalam genggaman.

“Nonton Dramanya Cha eun woo.” ucapku tanpa menoleh.

“Cha eun– siapa?”

“Cha eun woo, kalau gak suka gak usah kepo.” ucapku membuat wajah Ran mematut, dia lantas duduk di bibir ranjang, di sampingku yang tengah berbaring dengan posisi tengkurap.

“Cha eun woo itu, mereka?” tanya Ran sambil menunjuk foster BTS yang tertempel di dinding.

“Bukan lah, Abang gak liat di foster udah ada nama-nama tiap member.” aku enggan menoleh, apa lagi menanggapi pertanyaan remeh Ran.

“Males bacanya.” dia malah berbaring dengan posisi terlentang di sampingku namun beda arah.

“Dih, kalau mau tidur di kamar Abang aja kali, ngapain datang kesini.” aku merasa risih tentu saja, Aku dan Ran baru saja akrab walau pun kami ini Adik dan Kakak tapi kami tak punya hubungan darah sama sekali.

“Ya makan siang di luar yuk?” Ran tak menggubris ucapanku barusan.

“Lah itu Bi Sumi udah masak banyak gitu, kalau gak di makan mubadjir Bang. Lagian sayang juga uangnya, sekali makan bisa cukup buat berhari-hari.” Aku tak habis pikir dengan orang kaya, padahal nih ya, makanan di rumahnya aja rasanya gak kalah sama masakan restoran.

“Ya elah pelit amat, gue yang traktir. Udah buruan ganti baju.” desaknya sembari bangkit, “Gue tunggu di luar.” Dia pun lantas pergi sambil menutup pintu.

“Dih pemaksaan banget.” mau tak mau aku pun bangun dan mandi sebentar kemudian berganti pakaian.

Ran udah duduk stay di motornya, jenis motor gede dengan warna hitam serta helm senada.

“Pake jaket yang tebel, kita mau naek motor bukan taksi.” keluhnya sambil melirik pakaian yang aku kenakan, yakni celana jeans dan sweater Hoodie.

“Lah mau setebal apa sih Bang, ini Jakarta loh bukan Korea. Lagian ini siang hari cuaca lagi panas-panasnya, ia kali Dea pake jaket tebel bisa-bisa sampe di resto jadi tape nanti.” Ran tergelak, dia mengacak rambutku gemas.

Aku mematutkan wajahku karena sebal, entah kenapa Ran jadi doyan ngacak-ngacak rambut gak bisa gitu liat rambut gue rapi.

“Nih pake helmnya.” Ran menyerahkan sebuah helm berwarna putih padaku, yang langsung aku kenakan tanpa protes.

Aku dan Ran pergi ke cafe anak muda yang berada di kawasan Jakarta Selatan, cafe cukup ramai karena ini hari Minggu, banyak yang pergi dating bareng pasangan, cuma aku aja yang datang bareng Abang tiri, tapi kalau di lihat sekilas kami mirip pasangan juga ternyata. Aku melihat pantulan diri di tiang yang di lapisi kaca berwarna hitam, Ran tampak tengah bermain ponsel sambil menunggu pesanan datang.

Jika di pikirkan, ini baru pertama kali aku datang ke cafe bareng cowok, tapi sayangnya bukan sama pacar. Pelayan yang datang sukses membuat lamunanku buyar, aku dan Ran menyantap makanan terlebih dahulu mumpung masih hangat.

“Udah berapa lama kamu kerja di cafe?” tanya Ran.

“Udah sekitar lima bulanan.”

“Dan selama itu Ibu kamu gak tahu kamu kerja part time?” aku mengangguk mengiyakan.

“Bisa banget ya kamu boongnya.” cibir Ran.

“Ya kalau sekarang ada yang bantuin,” kekehku pelan.

“Kan Gue bilang tergantung.” aku mencebikkan bibir mendengar perkataan Ran.

“Abang ngerasa aneh gak sih kita tiba-tiba akrab gini?”

“Gak tuh biasa aja.” jawab Ran enteng, aku menunggu reaksi Ibu dan Pak Bagas saat pulang nanti melihat kami yang tiba-tiba jadi akrab begini, jujur aku merasa aneh dengan sikap Ran yang berubah 180° sekarang, entah apa yang terjadi aku pun tidak mengerti.

“Masih laper gak? Kalau masih laper nambah lagi aja, itung-itung traktiran buat ngerayain rukunnya hubungan kita.” ucap Ran.

“Nggak ah Bang, Dea udah kenyang.” tolaku.

“Setelah ini kita mau kemana?”

“Pulang kan, kemana lagi?”

“Gak lah, gak seru banget diem di rumah, kita nonton dulu, terus lanjut jalan lagi, pokonya sesuai janji kalau rahasia kamu pengen tetep aman, harus nurut apa yang gue bilang.” aku menganggap sambil menghela napas berat.

Pada akhirnya aku nurut mau Ran bawa kemana pun, pergi nonton, ke taman hiburan, jajan ke pasar malem, belanja sem*vak di mall, walau kaki ini terasa berat untuk melangkah, niat hati ngambil libur buat istirahat dan rebahan di rumah sambil ngedrakor, eh tahunya malah jadi begini.

“Dea!” suara bariton seseorang membuat aku sontak menoleh.

“Si Davi, ngapain dia disini?” aku pura-pura tak mendengar sapaan Davi barusan.

“Ya.” Davi tersenyum cerah sambil menghampiriku.

“Datang sama siapa?” tanya Davi, dia melihat sekitar mencari teman yang aku ajak datang ke pasar malam ini.

“Dateng sama Kakak, dia lagi ke toilet.”

“Oh, kirain sendiri tadinya mau aku ajak bareng.” aku hanya membalas kata-kata Davi dengan senyum canggung.

“Mau es krim?” dia menyodorkan satu buah eskrim rasa strawberry yang di bawanya.

Mau aku tolak tapi gak enak, akhirnya aku terpaksa menerimanya, “Makasih.”

“Di makan, atau mau aku bukain?” tawarnya yang melihat aku hanya memegangi eskrim pemberiannya, karena sebelah tanganku menjinjing paper bag belanjaan Ran.

“Gak papa aku bisa sendiri ko.” tolakku halus.

“Kakak! Hanny cariin kemana-mana juga, tahunya disini!” teriak seorang anak perempuan kisaran usia sebelas tahunan.

“Adik kamu?” tanyaku.

“Bukan, dia sepupu jauhku, dia maksa aku dateng kesini.” lirih Davi, aku tahu dia merasa terpaksa datang kemari dengan sepupunya itu.

“Siapa dia Kak?” sinisnya, dia memandangku seperti orang yang hina.

“Dia temen Kakak, kamu udah mainnya?” tanya Davi, dari nada suaranya Davi aku tahu Hanny ini bukan orang biasa.

“Aku masih pengen main itu, pergi kesana yuk!” dia melingkarkan tangannya dengan manja di lengan Davi.

“Kamu main sendiri aja lah Han, Kakak tunggu disini.”

“Gak mau, aku pengennya sama Kakak.” dia enggan melepas tangannya dari lengan Davi. Hanny begitu posesif, seakan mendeklarasikan bahwa Davi itu miliknya.

“Pergi aja Dav, kasian Adeknya, entar nangis loh.” Hanny mendelik kearahku, ini anak pasti nganggap aku saingannya.

Walau enggan Davi tetap menurut dan ikut pergi dengan Hanny.

“Siapa mereka?” tanya Ran yang baru saja datang.

“Oh, itu Davi temen sekelas aku, dan gadis kecil itu Hanny dia sepupunya.” ucapaku memperkenalkan punggung Davi dan Hanny yang kian menjauh.

“Dapet eskrim dari mana?”

“Davi yang ngasih.” jawabku sambil mengigit eskrim itu sedikit.

“Buang!” tegas Ran.

“Hah, kenapa di buang? Sayang kali Bang.” aku tak habis pikir dengan pemikiran Ran, kenapa eskrim enak dan gratisan gini harus di buang.

“Gue beliin yang baru, buang itu.”

“Dea habisin aja ya, setelah itu Dea makan yang Abang kasih.” aku mencoba tawar menawar dengan Ran.

“Kalau lu gak buang itu, gue gak beliin. Buang gak! Atau mau gue laporin ke Ibu sama Papah soal elu kerja part time di cafe?!” Ran menyeringai Devil.

1
Susi Akbarini
sita ngerasa gak enak...


maknya menjauh...

❤❤❤❤😀😀😀😀
Susi Akbarini
lqnjutttt...

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
maunya Ran ciuman secara gak langsyng..
rapi teenyata Dea masih malu2...
😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
lanjutttt...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
pinter kga bersandiwara..
awal bertemu di rumah Ran ..
dia kan musuhin Dea..
apa.karena gak yeeima papanya nikah lagi...
😀😀❤❤😘😍😍😙
Susi Akbarini
kok bisa dari SMA...apa pernah satu sekolah..
tapi Dea gak tau...
pantesan Ean betah jomblo..
laahhh...
wmang nungguin Dea...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
jafi oenasaran..
apa masalah flo dimas dan Ran..

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
coba dea jujur ama Ean klo dah putus dari davi..
pasti Ran jujur jga klao suka ma Dea..

😀😀😀❤❤❤😍😙😗
partini
dari SMA ?
ko bisa flashback Thor
Whidie Arista 🦋: Ada nanti, tapi masih beberapa bab lagi keknya, ada di pov nya Ran🤭
total 1 replies
partini
ohhh akit 💔
Susi Akbarini
lanjuttt..
❤❤❤❤
Susi Akbarini
akakah Ran tertarik ama Flo..
😀😀❤❤❤
Susi Akbarini
waahhh..
akankah dea cemburu kalo tau flora sekampus ama Ran?
❤❤❤❤
Susi Akbarini
bolehhhh .

bolrh banget malahhh..
halal kok..
😀😀😀❤❤❤❤
Arumsari
bagus
Whidie Arista 🦋: Terimakasih Kakak ❤️
total 1 replies
Susi Akbarini
iya jujur saja...
biar gak terlambat...
😀😀😀❤❤❤
Susi Akbarini
masalah Ean..
bingung mau ngaku syka ama Dea...
😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
lanjutttttt...


❤❤❤❤❤❤❤😍😙😙😙
Susi Akbarini
cie3..
yg ketahuan jadian....

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
semangat..

mkasi udah up banayakkkk...


❤❤❤❤❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!