NovelToon NovelToon
The Bride Of Vengeance

The Bride Of Vengeance

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:472
Nilai: 5
Nama Author: fatayaa

Calista Blair kehilangan seluruh keluarganya saat hari ulang tahunnya ke-10. Setelah keluarganya pergi, ia bergabung dengan pembunuh bayaran. Tak berhenti di situ, Calista masih menyimpan dendam pada pembantai keluarganya, Alister Valdemar. Gadis itu bertekat untuk membunuh Alister dengan tangannya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya.

Suatu saat kesempatan datang padanya, ia diadopsi oleh Marquess Everhart untuk menggantikan putrinya yang sudah meninggal menikah dengan Duke Alister Valdemar, sekaligus sebagai mata-mata musuhnya itu. Dengan identitasnya yang baru sebagai Ravenna Sanchez, ia berhasil menikah dengan Alister sekaligus untuk membalas dendam pada pria yang sudah membantai keluarganya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatayaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekacauan di Festival

Ravenna turun dari kereta kudanya, ia memandang sekeliling dengan senyuman. Pesta rakyat kali ini, tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Setiap tahun, wanita itu selalu datang ke pesta rakyat bersama rekan-rekannya yang ada di guild Mortalis. Ia paling suka menjelajah lapak makanan dan membeli beberapa makanan ringan dan juga melihat pertunjukan kembang api pada malam hari.

Sore ini, pesta rakyat terlihat ramai, mungkin karena sebentar lagi matahari akan terbenam, orang-orang ingin melihat pertunjukan kembang api. Ravenna dan Lily tengah asyik menikmati makanan ringan yang ia beli di beberapa lapak.

“Nyonya, saya tidak menyangka kalau anda akan menyukai makanan rakyat biasa ini, apa di kerajaan Emberfall anda juga sering ke pesta rakyat?” tanya Lily penasaran.

“Tentu saja, walaupun ini hanya pesta untuk rakyat biasa. Makanan mereka tidak kalah dengan makanan yang biasa dimakan para bangsawan,” bohongnya sembari menyantap jagung bakar yang baru saja ia beli.

Tidak lama kemudian orang orang berlari ke arah yang sama, membuat Lily dan Ravenna terdorong-dorong, dari yang Ravenna dengar, orang-orang ini akan pergi menonton sirkus jalanan yang ada di bagian selatan alun-alun.

“Nyonya…” seru Lily yang hampir terpisah dengan Ravenna.

“Lily, Lily dimana kau?” Ravenna berusaha mencari Lily diantara kerumunan, namun dari arah berlawanan, seseorang tidak sengaja menabraknya hingga membuat jagung bakar yang dibawanya jatuh.

“Ma-maafkan aku,” ujar seorang pria yang menabrak Ravenna.

Ravenna terbelalak, “Blake? Kenapa kau ada di sini?”

“Calista? Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau bisa ada di sini?” tanya Blake kemudian.

“Sekarang namaku bukan Calista lagi, tapi Ravenna” ujarnya sembari tersenyum, membuat Blake mengangkat alisnya.

Mereka berdua kemudian menepi di salah satu tempat di pinggir alum-alun untuk berbincang-bincang.

Ravenna tiba-tiba mengacak-ngacak rambut pria di depannya, “Blake, aku sangat merindukan mu. Padahal kita tidak bertemu beberapa bulan, tapi kau sudah sebesar ini,” ungkapnya.

“Apa yang kau katakan, berhenti menyentuh rambut ku!” ungkapnya tidak nyaman.

“Bagaimana keadaan guild Mortalis sekarang?” tanya Ravenna penasaran, ia sudah lama tidak mendengar keadaan guild itu sejak masuk ke kediaman Marquess.

“Biasa saja, tidak ada yang berubah, hanya saja…” Blake menghentikan kalimatnya.

Ravenna mengernyit, “Hanya saja apa?” tanyanya penasaran.

“Hanya saja, disana sekarang terasa membosankan karena tidak ada lagi orang yang bisa ku ganggu,” ungkap Blake. Ravenna memukul perut pria itu, membuatnya meringis kesakitan, ia kira ada hal yang serius.

DUARR

Terdengar suara ledakan besar menggelegar, memekikkan telinga Ravenna dan Blake. Kedua orang itu sontak mencari ke arah sumber suara. Rupanya, ledakan itu berasal dari arah pertunjukan sirkus yang ditonton oleh banyak orang. Bagaimana bisa ada ledakan besar terjadi? Terlihat beberapa orang terkapar di jalan, beberapa oran yang selamat dari ledakan itu berlarian kalang kabut, panik.

Ravenna tiba-tiba teringat Lily. Raut wajahnya panik. Saat ia hendak pergi kearah kerumunan untuk mencari Lily, Blake dengan cepat menahannya.

“Lepaskan aku, aku harus mencari Lily,” Ravenna berusaha melepaskan cengkraman tangan Blake.

“Jangan pergi! Disana berbahaya” cegah Blake.

Tidak lama setelah ledakan terjadi, muncul pasukan dengan pakaian serba hitam dan penutup wajah menyerang orang-orang. Mereka menusuk beberapa orang dan melepaskan anak panah ke arah orang-orang.

Blake segera menarik Ravenna pergi dari tempat kejadian untuk menyelamatkan diri, mereka berdua bersembunyi di salah satu gang untuk menghindari serangan. Festival rakyat yang seharusnya menjadi ajang suka cita bagi rakyat, menjadi tragedi yang memilukan. Banyak orang-orang menjadi korban di jalanan, ada juga yang berhasil selamat namun terluka.

Petugas keamanan akhirnya tiba, mereka dengan sigap melawan pasukan itu. Setelah bertarung beberapa saat, sayangnya mereka tidak berhasil menangkap perusuh karena kekuatan mereka tidak sebanding.

“Sekarang sudah aman, Pulanglah” ujar Blake.

Ravenna tak menjawab, ia berjalan keluar dari gang dengan tidak bersemangat. Sampai di depan gang, wanita itu melihat orang-orang tak berdosa menjadi korban, sebenarnya siapa yang melakukan semua ini? Wanita itu berjongkok untuk mengambil salah satu anak panah milik pasukan itu.

Kedua alisnya bertaut, di panah itu terdapat simbol yang tidak asing. Simbol kecil yang bergambar serigala di bagian atasnya. Bagaimana ia bisa lupa, ini adalah simbol yang sama dari anak panah yang menghabisi nyawa ibunya. Apakah ini semua ulah Alister? Wanita itu menggenggam anak panah itu dengan erat, membuat Blake yang ada di sampingnya kebingungan.

“Nyonya, nyonya…”

Ravenna menoleh ke sumber suara, senyumnya mengembang saat tau kalau Lily ternyata selamat dari insiden itu.

“Lily, kau selamat?” Ravenna segera memeluk Lily, merasa lega.

“Nyonya, apa anda terluka?” tanya Lily khawatir.

“Aku baik-baik saja, bagaimana dengan mu?” tanya Ravenna, ia melepaskan pelukannya.

“Saya baik-baik saja, untung saja tadi saya berhasil bersembunyi bersama beberapa orang,” ungkap nya. Lily kemudian menatap kearah Blake, “Nyonya siapa dia?” tanya Lily.

Ravenna memutar bola matanya, berusaha mencari alasan, “Dia, dia itu hanya seorang penjual keliling. Kebetulan kami bersembunyi bersama saat penyerangan terjadi. Kalau begitu, ayo kita langsung pulang,”

Blake menatap Ravenna sedikit melotot, tidak terima. Bisa-bisanya dia memperkenalkannya sebagai pedagang keliling.

“Begitu ya. Saya sangat berterima kasih anda sudah menjaga nyonya,” ucap Lily sedikit menundukkan kepalanya.

“Sudahlah, Lily ayo pulang,” Ravenna menarik Lily untuk kembali ke kediaman.

***

Leonard berjalan menuju taman setelah mengetahui istrinya sedang ada disana. Terlihat Annelise tengah berjalan-jalan sembari memetik beberapa bunga untuk dirangkai. Pria itu kemudian mendekat, ia mengalungkan sebuah syal di leher istrinya dari belakang untuk menghangatkan tubuhnya.

Annelise membalikkan badannya kearah Leonard kemudian menatap kearah syal bulu rubah yang sudah terkalung di lehernya, tubuhnya terasa lebih hangat.

“Apa ini dari bulu rubah?” tanya Annelise menatap Leonard.

“Benar, aku yang menangkapnya sendiri saat perburuan. Kau harus lebih menjaga kesehatan mu, diluar cukup dingin,” ucap Leonard.

“Aku hanya bosan di dalam istana, aku kesini untuk melihat-lihat beberapa bunga,” ungkapnya sembari memetik beberapa tangkai bunga.

Pria itu menatap dalam kearah istrinya, Entah mengapa ia merasa, kalau akhir-akhir ini Annelise lebih banyak murung setelah mengetahui kehamilannya, “Apa ada sesuatu yang kau inginkan?” tanya Leonard berusaha menghiburnya.

“Tidak ada, lagi pula selama ini kau sudah banyak memberiku hadiah,” timpalnya tanpa menatap lawan bicaranya.

“Akhir-akhir ini, kau terlihat murung, apa ada yang mengganggumu?” tanya Leonard ingin memastikan.

Annelise seketika menghentikan kegiatannya memetik bunga, ia menatap Leonard yang menatapnya dengan raut khawatir.

Wanita itu menyunggingkan senyum tipis, “Aku baik-baik saja, hanya saja aku jadi mudah lelah setelah mengandung,” bohongnya.

“Kalau begitu, aku akan meminta ayah untuk mengurangi jadwal mu,” ujar Leonard.

“Yang mulia putra mahkota, tuan Duke Valdemar sudah datang, ia menunggu anda di ruang tamu,” ujar pria muda bersurai pirang, ajudan pribadi Leonard.

Setelah mengantar Annelise untuk kembali ke istana, Leonard pergi menuju ruang tamu untuk menemui Alister. Mereka berdua membahas tentang penyerangan di alun-alun beberapa waktu yang lalu.

“Mereka tidak hanya mengincar rakyat biasa, target utamanya adalah para bangsawan, terutama mereka yang mendukung anda,” ujar Alister setelah beberapa orang bangsawan pendukung putra mahkota meninggal dengan cara yang tidak wajar.

“Kalau mereka mengincar bangsawan, kenapa mereka membuat kekacauan dan melibatkan rakyat biasa?” tanya Leonard penasaran.

“Mungkin saja mereka ingin membuat rakyat ketakutan dan membuat pihak kekaisaran mendapat tekanan yang besar. Apa anda sudah menduga siapa kira-kira dalang di balik semua ini?” tanya Alister.

“Aku masih menyelidikinya, namun kemungkinan besar semua ini adalah ulah Grand Duke,” duga Leonard.

“Saya juga menduga dia adalah dalang dibalik semua ini. Kita harus tetap berhati-hati, tidak boleh membiarkan penyerangan ini berlanjut,” ucap Alister.

“Kau benar, aku tidak bisa membiarkan mereka bertindak lebih jauh. Dua hari yang lalu, Count Padleton dan Viscount Carnegie tewas dengan cara yang mengenaskan, aku yakin semua itu ulah mereka. Aku sudah menyelidiki beberapa tempat mencurigakan yang diduga tempat persembunyian mereka. Malam ini, cobalah untuk menyelidikinya,” perintah Leonard.

“Baik, yang mulia,” timpal Alister menyanggupi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!