Seorang pemuda berasal dari golongan menengah berharap mendapakan jodoh anak orang kaya. Dengan perjuangan yang keras akhirnya menikah juga. Menjadi menantu orang kaya, dia begitu hidup dalam kesusahan. Setelah memiliki anak, dia diusir dan akhirnya merantau. Jadilah seorang pengusaha sukses.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXV BAGAIMANA TIDAK
Begitu mendengar teriakan seseorang, ada seorang kakek datang ke tempat pak Dul, lalu kakek itu mengambil sesuatu yang ditakuti pak Dul, ternyata itu hanya sebuah bantal bayi yang lapuk dan kemungkinan dibuang karena rusak. Pak RT langsung lari menuju pak Dul.
" Ada apa pak Dul, ko sampai histeris begitu ?" tanya pak RT sambil membuang bantal itu ke rerumputan.
" Itu Te...kirain ular ternyata cuma bantal," kata pak Dul.
" Huuuuu...dasar luh bikin geger alam jagat saja, sudah lah pulang saja sana," hardik pak RT.
Akhirnya pak Dul pulang juga menurut apa perkataan pak RT, dan seterusnya pak Dul mengayuh sepedanya menuju pulang. Di jalan desa pak Dul mencari pak Samin, kata orang sekitar pak Samin berada di kebun singkong. Pak Dul terus menyusuri jalan ke kebun singkong , dan ketemu juga sama Pak Samin.
" Dicari dari tadi nyatanya di sini luh, ayo pulang Min, kita ngobrol lagi, ngapain luh di sini," kata pak Dul.
" Saya lagi menghindari istri Dul, soalnya dia lagi butuh duit buat ke salon, katanya rambut dia mau di luruskan, coba aja Dul, wajah begitu terus rambutnya lurus,....apa kata orang nanti," tutur pak Samin.
" Jadi enaknya kemana kita ngobrol," desak pak Dul.
" Ngobrol apa si Dul, kan kamu udah saya kasih saran untuk bikin pabrik krupuk," kata pak Samin.
" Bukan itu, tapi soal bagaimana supaya kita cepat kaya," jelas pak Dul.
Akhirnya pak Dul dan pak Sarmin menuju rumah pak Didi yang katanya itu punya kenalan bos meubel. Mereka akhirnya datang juga di rumah pak Didi. Begitu sampai, pak Didi sedang membereskan jaring ikan untuk menangkap ikan di sawah.
" Di...Didi....Di....dimana Di," kata pak Samin.
" Iya...saya dibelakang, siapa ya ?" tanya pak Didi.
" Saya Di, Sarmin sama Dul," jawab pak Samin.
" Ooooh...ke belakang saja pak," sahut pak Didi.
Lalu pak Sarmin sama Pak Dul menuju ke belakang, sambil berjalan, sedangkan sepedanya di taruh di bawah pohon nangka.
" Silahkan duduk pak, mau minum apa nih," kata pak Didi sambil menggeser kursi untuk duduk.
" Biasa saja Di, kopi, kalau ada ya sekalian," kata pak Samin ragu mau mengatakannya.
" Iya , beres pak tenang saja nanti dibawain ke sini," kata pak Didi sambil menyuruh asistennya.
" Ini Di, langsung saja kita bahas ya, ini ada pak Dul, mau tanya soal kemarin itu yang kamu tawarkan," jelas pak Samin.
" Iya Di, katanya itu tuh," sambung pak Dul penasaran.
" Masalah apa sih," tanya pak Didi merasa bingung.
" Itu Di, soal menjadi orang kaya," kata pak Samin.
" Ooooh ...itu toh, nanti kita ngobrol , sebentar ya Pak," kata pak Didi , sambil menaruh alat pertukangan.
Mereka akhirnya duduk santai di bawah pohon beringin yang tertata rapi.
" Begini pak, menjadi orang kaya itu gampang, utamanya itu niat, nah kalau sudah niat berarti siap modal , mental dan main dalam arti main itu bersaing dengan yang lain, juga siap magang, itu masuk nya ke niat," tutur pak Didi.
" Terus usaha apa itu pak," tanya pak Dul.
" Ringan tanpa modal, yang intinya kita butuh mental, itu syaratnya, bapak kan tahu, botol air mineral itu , dibilang sampah ya sampah, dibilang duit ya duit, artinya kalau bapak anggap itu sampah, ya sudah dibuang saja, tapi kalau dianggap duit, nah ini masalahnya itu modal," kata pak Didi.
" Terus gimana tuh, maksudnya suruh beli air meneral ya," kata pak Dul.
" Bukan pak, nanti bapak kumpulin botol bekas air mineral, terus dicuci yang bersih dan lebel juga dilepas, setelah itu kita belah jadi 4 atau 6 atau 8, baru digiling, hasil gilingan itu kita jual ke produksi botol bekas," kata pak Didi.
" Lama dong bisa puluhan tahun itu Di," tutur pak Dul.
" Tidak pak, paling 1 atau 2 tahun itu hasilnya okey lah," kata pak Didi.
" Oooooh....gitu, nanti saya obrolin dulu Di, terutama sama keluarga, ya kan Dul," kata pak Samin sambil bertanya ke pak Dul.
" Iya, anu Di, usaha yang lain ada tidak," tanya pak Dul.
" Ada, nanti saya ambil kertasnya terus dibaca, ada 3 cara di situ, nanti dipilih saja yang cocok," kata pak Didi, sambil masuk mengambil brosur.
" Tuh....nanti kita diajak ke kota ikut pelatihan, kita bisa sukses, kita bisa jaya, jadi orang kaya sekampung kita Dul," kata pak Samin.
" Iya Min, nanti kalau kita kaya, bisa beli sawah lagi, bisa pelihara ayam yang banyak ya Min," ujar pak Dul.
Selagi pak Dul dan pak Samin berbincang, pak Didi muncul membawa kertas, lalu ia duduk sambil menjelaskannya.
" Ini pak, kertas ini ada petunjuk dan syaratnya, tinggal bapak isi datanya saja , nanti saya akan setorkan ke kantor Kecamatan, semoga berhasil pak," kata pak Didi.
" Di isinya sekarang Di," tanya ak Dul.
" Nanti saja pak, rundingan dulu sama keluarga, jadi nanti di rumah saja," ujar pak Didi.
Akhirnya mereka pulang, pak Samin dan pak Dul mengayuh sepedanya untuk pulang.
Setelah sampai di rumah, pak Dul kemudian duduk di teras, lalu memanggil istrinya untuk dibuatkan kopi dan disediakan makanan kecil buat cemilan.
Pak Dul membuka kertas lembaran itu, sekitar ada 7 lembar, dan di bacalah tulisan di kertas itu dengan suara lantang.
"Cara menuju sukses, 1. Mengolah limbah, di dalam mengolah limbah yang dibutuhkan.......", ujar pak Dul yang terus membaca.
Tetangga pak Dul yang mendengar suara itu, akhirnya pada keluar dan di antara mereka ada juga yang saling ngobrol lalu menuju ke rumah pak Dul.
" Eh, itu ada pengumuman dari pak Dul, ayo kita ke sana," ajak seseorang kepada yang lain.
Akhirnya, tetangga pak Dul yang penasaran semua berkumpul di rumah pak Dul. Sementara pak Dul, karena asyik membaca tulisan itu yang di dalam hatinya tertanam rasa ingin kaya, tidak mengetahui bahwa sudah banyak orang yang mendengarkan, ada yang sambil duduk, ada yang berdiri, ada yang sambil menggendong anak , ada juga yang baru pulang dari sawah masih membawa cangkul, pokoknya rumah pak Dul ramai mendadak.
Istrinya pak Dul kaget melihat banyak orang datang, tapi setelah tahu gara-gara suaminya, ia hanya diam sambil ketawa kecil melihat suaminya membaca sambil menggerakan tangannya. Bahkan pak Dul, saking asyiknya membaca, tidak sadar, dirinya melangkah, sehingga posisinya sudah berada di bawah pohon pisang.
Di pohon itu pak Dul menyandarkan tubuhnya, dan pada akhirnya pak Dul terjungkal , bagaimana tidak, pohon pisang itu ternyata sudah layu dan batangnya rapuh. Pak Dul terjerembab, tubuhnya jungkir balik hingga terkapar di situ, semua orang tertawa melihat kejadian itu.
" Liaaaaaaa.....tolooooong..." teriak pak Dul yang tersungkur.
Ibu Lia menghampirinya dan meminta bantuan untuk membangunkan pak Dul. Sedangkan pak Dul, begitu bangun, melihat banyak orang , pak Dul bertanya.