Tolong berhentilah menebar pesona hanya mata terpejam bisa kurasakan, jangan biarkan cahayamu membutakan banyak hati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angguni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Datang
"Desi masuk dulu ya.... belum sholat Isya".Aku berbohong! Tadi sebelum pulang, kak Dhika membawaku mampir ke masjid untuk sholat Isya. Maafkan aku, ya Rabb, menjadikan sholat sebagai alasan. Aku hanya tidak ingin lebih lama di sini.
Desi mengunci pintu kamar, menumpahkan semua sesak yang sejak tadi di tahannya. Dia berusaha menutup Indra pendengarannya. Dia tidak ingin mendengar apa pun dari luar sana yang akan membuatnya semakin hancur. Aku harus kuat.
Tok... tok.... tok...
"Kak, mau sampai kapan di dalam terus? keluar buruan! kakak di panggil ayah".
Suara itu begitu keras hingga masuk ke lubang telinga yang di sumpal Desi. Sangat jelas suara Robby. Dia ikut juga? Desi bergegas membuka pintu. Benar saja, adik menyebalkan sudah ada di depan pintu. Tanpa basa basi, Desi memeluk sang adik.
Aaaaah, ayah, gak tahu apa anak imutnya lagi patah hati?
Desi berjalan gontai ke ruang keluarga. Wajah mereka terlihat sangat serius. Jangan bilang dengan bodohnya laki-laki itu memberi tahu semua orang tentang kegilaan Desi yang mencintainya. Sungguh Desi tidak ingin menghancurkan hati Wulan seperti hatinya sekarang ini. dirinya tak sanggup melihat wajah Wulan sekarang.
"Sini, nak. Duduk di sebelah ayah! " Desi tetap menunduk mengambil tempat di sebelah ayahnya.
"Bobby tidak ingin bertunangan malah ini. Dia ingin langsung menikah besok setelah zuhur. Bagaimana? Desi tidak keberatan, kan? "
Sekujur tubuh Desi memegang. Apa Bobby benar-benar tidak punya hati? Ya Allah, aku harus jawab apa?
"Kenapa tanya ke Desi, yah? "
"Bobby mau semua ini atas persetujuanmu, nak. Dia mau kamu menerima semua ini dengan ikhlas".
Mendengar kalimat sang ayah, Desi ingin menangis sekenceng kencengnya, tapi tidak mungkin.
Aku harus kuat, ya rabb? aku harus kuat jika besok Bobby menjadi adil ipar. Adik ipar!
Bismillahirrahmanirrahim
"Iya, yah, Desi ikhlas. Desi Rida kalau memang ini sudah jalannya ".Desi tertunduk semakin dalam. Semoga kali ini air mata bisa sedikit tahu diri.
" Ya, terus apa hubungannya denganku mba, kalau rias pengantin datang? Kan yang mau nikah itu mba.... Kenapa aku yang harus buru-buru? "
Aku mencoba memejamkan mata, tapi malah wajah bahagia Bobby yang terlintas. Setelah ku pikir, mungkin kami memang tak berjodoh, lalu aku bisa apa? tapi, apa ya yang ada di pikiran Bobby sampai sampai ingin menikah muda?
Sehebat itukah pesona Wulan? Aku yang mengejarnya mati matian, di abaikan begitu saja. Aku semakin tak mengerti, Bobby spesies laki-laki macam apa.
Dan Wulan? bocah seperti itu? aku tidak habis pikir, dia sudah memikirkan untuk menikah. Aku kira dia lebih suka shopping, nonton, healing atau apa saja kegiatan yang lebih seru, di bandingkan dengan mengurus suami, masak, mengurus rumah dan oh my.... mengurus babby?
Tok.... tok.... tok...
"Dek, kak Dhea? ke sini juga bawa babby Zahra yang baru enam belas bulan. Keluargaku kompak sekali membuat hatiku hancur. Kalau sudah begini, mana mungkin aku bisa pulang besok? Aku harus menghadiri acara pernikahan Bobby? Untuk yang satu ini, aku tidak akan kuat.
"iya, kak, masuk aja".
kak Dhea duduk di tepi ranjang.
" Dek, kamu yakin dengan semua ini? "
"Hah, kak Dhea, pertanyaan macam apa itu? "
"Ya.... yakin, kak. Aku yakin kok".
" Kamu benar-benar udah siap dengan semua resikonya? "
"Iya, aku siap, kak".
" Ini gak main main, dek. Kamu gak boleh nyesal nantinya. Kamu harus kuat. Kakak sayang banget sama kamu. Kakak gak mau nantinya kamu sedih dengan keputusan ini'.
Kata kata kak Dhea sukses membuat air mata yang kutahan meluncur bebas.
"Kak.... " Kupeluk kak Dhea, ku tumpahkan segala sesak yang memenuhi dadaku. "Insya Allah aku kuat, kak. Ini semua sudah jalanku? apapun resikonya, nanti akan kuhadapi, kak. Allah selalu bersamaku, ksn kak? "
Aku melepaskan pelukan dan menatap kak Dhea. Sudah, hapus air matamu! jangan sampai besok malah membengkak ".
Kak Dhea mencoba mengusap pipiku dey lembut.
" Besok kamu harus terlihat cantik dan bahagia. jangan biarkan orang lain melihatmu lemah? Kakak sudah siapkan baju untukmu agar kamu terlihat lebih cantik ".
" Terima kasih, kak".Kembali ke peluk kak Dhea, mencoba merasakan kehangatan kasih sayangnya untukku.
"Sudah, Des. Kamu tidur, jangan terlalu banyak pikiran".Aku mengangguk, segera berbaring dan memejamkan mata. Ini harus ku terima dengan ikhlas, tidak boleh ada lagi penyesalan.