Liburan yang menyenangkan berakhir hancur tersapu ombak akibat hal kecil.
Begitu musim panas di mulai, dua wanita muda, Chai Tea dan Cherry memutuskan pergi berlibur ke pulau, menikmati pantai yang indah.
Namun bukannya mendapat liburan, keduanya malah dihujani banyak masalah yang membuat mereka berdua terjebak di pulau itu dengan cinta penuh misteri.
••••
Novel ini pernah dibikin komik dengan judul berbeda tapi gak dilanjut lagi, kalau pernah liat itu ada di akun lain.
mampir juga di "Rumah 288" dan "Amora world of battle"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
[Jangan Kurang Ajar]
Jones rela jauh-jauh dari luar negeri demi berkunjung ke pulau ini untuk membahas tentang investasi pulau seberang kepada Tuan Fath. Tapi Fath menolak untuk bekerja sama, bahkan tak mau meluangkan waktunya sedikit pun untuk menemui Jones dikarenakan tak terlalu penting.
Sebab itulah Sky sempat tak mengenali sosok pria yang menjengkelkan dihadapannya itu.
"Kebetulan sekali kita bertemu di sini, jadi langsung saja aku ingin berbicara denganmu."
Bukannya menanggapi Jones, Sky yang tak peduli memilih pergi, meninggalkannya sendirian di meja itu.
"Kamu sungguh tidak ingin mendengarkan aku?' Tanya Jones, tapi tak direspon.
"Jangan terlalu posesif kepadanya seperti anjing penjaga!"
Langkah kaki terhenti sejenak di tempatnya, Sky terdiam setelah mendengar ucapan itu. Orang yang dirinya curigai ternyata memang begitu licik, jadi Sky pun menolehkan muka dan menatap datar, namun matanya memancarkan kemarahan yang tak terkendali.
"Dia bukanlah wanita yang bisa kau permainkan, jangan coba-coba untuk mendekatinya!" Sahut Sky, berbicara pelan tapi nadanya terdengar tajam.
"Sungguh? Dia cukup friendly, kami bahkan hampir dekat." Seru Jones, tertantang.
Sky membalikan badan dan berjalan pergi, ia muak berbicara apalagi melihat senyum bejat pria itu. Daripada berdebat lebih banyak dengan orang yang kurang waras, Sky tak ingin terlalu serius atas ucapannya.
Sesudah Sky pergi, Jones tampak sangat santai dengan menyandarkan diri ke sandaran kursi. Ia sudah tahu bila Sky tidak akan pernah setuju untuk berkerja sama, tapi itu sudah bukan masalah lagi.
Dari saku ia mengeluarkan ponsel lalu menelpon seseorang.
"Bagaimana, apakah kamu suka?" Suara dari speaker ponsel.
"Nyonya Sella! Wanita yang kamu pilihkan sangat bagus, Saya menyukainya." Ucap Jones, senang hati bagai mendapatkan hadiah spesial.
"Baguslah kamu suka, jadi rebut saja dia dari Fath!"
"Itu mudah, hanya saja penjaganya sedikit berbahaya." Ucap Jones, tidak gentar.
__________
Sementara itu, 30 menit sebelumnya.
Di pulau.
Cherry terus-terusan mencari temannya yang tiba-tiba menghilang entah ke mana, ia juga sempat berkeliling menyusuri beberapa wilayah pulau selama sesaat tapi tetap tidak ketemu.
Padahal tadi pagi Cherry melihat Chai Tea sedang membantu para wanita di desa yang tengah membuat sambal, si tukang ceroboh itu disuruh untuk beristirahat karena terluka, namun sekarang keberadaannya lenyap bak ditelan bumi.
Teleponnya juga tidak aktif membuat Cherry semakin gelisah bagaikan seekor ikan kecil yang terkurung di dalam cangkir kaca. Cherry juga sadar jika akhir-akhir ini Chai Tea memang sering menghilang, seperti makhluk halus.
Dia suka pergi sendirian untuk melakukan sesuatu tanpa memberitahu Chery terlebih dahulu. Dan saat kembali, Chai Tea selalu saja membawa pulang masalah yang telah diperbuat dan membaginya kepada Cherry, walaupun menyebalkan tetapi memang begitulah sifat temannya itu.
--------
Kemudian saat ini.
"Chai... Haruskah aku mendaftarkan mu dalam lembaran orang hilang?"
"Beberapa kali aku tegaskan padanya agar izin dulu sebelum pergi, kalau begini aku tidak tahu bagaimana kabarnya."
"Si pembuat onar itu bisa saja berulah lagi." Rutuk Cherry, mengeluarkan unek-uneknya.
Memikirkannya saja memicu sakit kepala, jadi Cherry pun mampir ke sebuah kedai sepi yang ada di pesisir pantai untuk memulihkan tenaga yang hampir habis, lumayan untuk mengganjal perut dengan cemilan pedas, sebelum Kane memanggilnya untuk makan siang bersama.
Pada waktu yang bersamaan, ketika Cherry mendudukkan dirinya pada kursi kayu, secara mendadak ponselnya berdering dari dalam saku celana. Dikira yang menelepon Kane ternyata si makluk halus itu yang memanggilnya, Cherry pun segera mengangkat telepon.
"Darimana saja kamu, Chai?"
"Kamu tahu? Kalau dari tadi aku terus mencari mu?" T Cherry, melontarkan kekesalan.
"Maaf aku tidak bilang. Tapi... bagaimana caraku mengatakannya, ya?" Sahut Chai Tea, kebingungan, menggaruk-garuk pipinya.
"Hah? Kamu mau bilang apa?"
"Begini, aku sedang dalam perjalanan menuju kota."
"Hah, apa? Bagaimana bisa? Dengan siapa kamu pergi? Memangnya kenapa kamu tiba-tiba ingin ke kota?" Lontar Cherry, sampai tak sempat untuk bernafas.
"Aku... Aku pergi dengan teman baruku." Jawab Chai Tea, ragu.
"Teman? Maksudnya siapa? Jangan bohong! Aku barusan liat Navy di jalan. Jadi siapa teman barumu itu?"
"Maaf, Cher! Sinyalnya jelek, suaramu tidak terdengar jelas." Dalih Chai Tea, lalu mematikan telepon tanpa menjelaskan apa-apa.
"Aahhh! Shit, Selalu segini, dia mencoba kabur dari pertanyaanku." Pekik Cherry, mengepak meja.
"Ya ampun, nih orang seram banget." Gumam pelan si pria tua penjaga kedai.
Cherry menajamkan mata melihat tanda offline pada nomer Chai Tea. Tak pernah disangka jika temannya pergi ke kota tanpa sebab yang jelas, Cherry tahu bila Chai Tea selalu rewel dan penuh keluhan bagaikan bocah yang kebosanan karena terlalu lama berada di dalam mobil.
Tak mungkin Chai Tea kuat di perjalanan yang panjang tanpa merepotkan orang lain.
"Lagipula siapa teman barunya itu? Kenapa tidak bilang padaku?"
"Jangan-jangan dia ingin membalas perihal ayam waktu itu karena aku merahasiakannya." Decak Cherry, lalu memanyunkan mulut untuk menyedot minuman.
-----------
Sisi sebaliknya.
Chai Tea dibuat lega, hembusan nafas panjang sembari mengelus dada. Menahan kejujuran bukan berarti membuatnya merasa tenang malahan terasa seperti tersedak makanan. Chai Tea sengaja tak meminum air dan memilih diam seolah semuanya baik-baik saja.
"Chai!" Panggil seseorang dari belakang, Chai Tea pun menoleh.
"Sky?" Ucap Chai Tea, bingung melihat Sky menghampirinya.
"Ayo pergi dari sini!" Sky menggenggam tangan halusnya lalu menarik entah mau kemana.
"Eh? Kemana?" Tanya Chai Tea dengan bingung, mengikuti langkah cepat Sky, terbirit-birit menerobos gerombolan manusia.
_____
Di pulau, tepatnya di kedai kecil.
Cherry masih duduk di sana, tak terasa sudah memborong cemilan pedas hingga tiga toples dan juga sudah menghabiskan dua jus apel. Tampaknya ia tidak perlu lagi ikut makan siang bersama di resort. Tegukan jus yang segar mengalir deras di tenggorokan bagaikan air terjun yang tak dapat berhenti.
"Kek tua, buatkan aku jus lagi, banyakin es batunya, ya!" Titah Cherry sambil menyingkirkan cangkir kaca yang sudah kosong.
"Siap neng!" Sahutnya, mengangguk kecil.
Tak berselang lama datang seorang, lalu duduk di kursi yang ada di samping Cherry, keduanya duduk di depan meja bar mini. Si pria juga mengobrol singkat dengan abang pemilik bar, tapi Cherry kurang peduli.
Semakin acuh maka bertambah rasa penasarannya pada saat mendengar suara yang terasa familiar di telinga. Jadi Cherry menolehkan wajah, secara bersamaan mereka pun bertukar kontak mata sejenak.
"Tukang galon!" Celetuk Cherry dengan cemilan dalam mulutnya.
"Hahaha! Nama itu lagi! Apakah namaku begitu sulit untuk diingat?" Sahut Dylan, tertawa tapi kecewa, apalagi Cherry membuang muka darinya.
"Fuck! Kenapa aku malah bertemu dengannya lagi!" Gerutu Cherry, bersungut kesal.
Yang awalnya ingin duduk dan bersantai sejenak karena tempatnya senyap, namun sekarang jadi rusak. Cherry pun menaruh uang di meja lalu cepat-cepat menghabiskan minuman agar dirinya bisa segera pergi dari sini. Berusaha menghindari Dylan yang sok akrab.
nih 🌟 5 untuk mu...
😉😉😉😉