NovelToon NovelToon
Istri Lugu Sang Cassanova

Istri Lugu Sang Cassanova

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nelramstrong

Siapa sangka, menabrak mobil mewah bisa berujung pada pernikahan?

Zuzu, gadis lugu dengan serangkaian kartu identitas lengkap, terpaksa masuk ke dalam sandiwara gila Sean, cassanova yang ingin lolos dari desakan orangtuanya. Awalnya, itu hanya drama. Tapi dengan tingkah lucu Zuzu yang polos dan penuh semangat, orangtua Sean justru jatuh hati dan memutuskan untuk menikahkan mereka malam itu juga.

Apakah pernikahan itu hanya permainan? Atau, sebuah takdir yang telah ditulis untuk mereka?
Mampukan Zuzu beradaptasi dengan kehidupan Sean yang dikelilingi banyak wanita?

Yuk, ikuti kisah mereka dengan hal-hal random yang dilakukan Zuzu!

Happy Reading ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelramstrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keinginan Zuzu

Sean menatap istrinya dengan ekspresi terkejut, sesaat setelah wanita itu mengutarakan keinginan untuk menjadi seorang sekretaris.

"Se-sekretaris? Kamu mau jadi sekretaris?" Sean menggaruk kening, heran. Sebelah tangan berkacak pinggang. Ekspresinya menunjukkan ketidakpercayaan.

Zuzu mengangguk yakin. "Mama dan Umi, mereka pernah jadi seorang sekretaris. Mereka cantik. Apa aku gak layak jadi sekretaris? Apa aku gak cantik?" Ia menatap wajah suaminya dengan mata yang membulat, dan berbinar penuh harapan.

Sean menghela napas. "Ini bukan soal cantik gak cantik, Zuzu. Tapi menjadi sekretaris di perusahaan itu gak gampang. Kerjaannya gak sama seperti di sekolah!"

"Gak semudah itu!" lanjutnya, merasa keberatan dan ragu.

Ekspresi Zuzu nampak kecewa, namun dia tidak menyerah. Dia berjinjit, berusaha mensejajarkan tubuh dengan suaminya. "Tapi, aku mau kok belajar," jawab Zuzu, mantap.

Sean menggelengkan kepala sambil memalingkan wajah. "Aku gak setuju. Bukannya memajukan perusahaan, kamu justru bisa bikin perusahaan gulung tikar. Aku gak akan mengambil resiko itu. Aku gak akan pernah kabulkan permintaanmu soal ini!"

Zuzu menunduk sambil memainkan jari jemarinya. Nada suaranya terdengar kecewa berat, saat berucap, "Padahal aku akan belajar sungguh-sungguh."

"Gak!" tegas Sean lagi, tak menerima bantahan.

Dalam hati dia kemudian berucap, 'Kalau dia jadi sekretarisku di kantor. Aku pasti gak akan bisa bebas dengan para wanita.’

‘Gak, ini gak boleh sampai terjadi!’ Sean menggeleng-gelengkan kepala.

Zuzu mengerucutkan bibir. "Gak boleh ya?" tanyanya, merasa sedih.

Sean berdehem pelan sambil menatap wajah istrinya lagi. "Gak. Kamu cukup diam di rumah, jadi ibu rumah tangga." Ia masuk ke dalam kamar dan mulai membuka kancing kemejanya.

Zuzu menutup pintu pelan. Matanya berkaca-kaca. "Aku gak pantes kerja jadi sekretaris kamu, karena aku jelek ya, Sean?"

Sean menghela napas, dan menatap istrinya dengan datar. "Iya. Makanya jangan banyak nuntut!" tegasnya.

"Terus... terus kenapa coba kamu jadiin aku istri, kalau aku jelek? Apa karena Mama Sandrina?" tanya Zuzu, ekspresi wajahnya cemberut, namun sorot matanya penuh tuntutan.

"Kenapa gak nikah sama sekretaris kamu aja yang cantik itu? Kenapa harus aku?" desaknya, merasa dipermainkan.

Sean berdecak kesal sambil mengacak rambut. Kenapa semuanya jadi terasa rumit?

"Sudahlah, Zu. Gak usah sedih gitu. Biar aku tegaskan sama kamu, ya. Aku menikahi kamu, karena aku butuh seorang istri. Jadi lakukan saja tugas kamu!" sahut Sean, enteng. Tanpa peduli dengan perasaan istrinya.

Zuzu terperangah dengan jawaban tersebut. Namun, dia kini sadar posisinya. "Ya. Aku paham sekarang,” ujarnya pelan.

Zuzu dengan langkah gontai kembali ke depan cermin. Dia berusaha melepaskan roller yang masih tergantung di rambut yang berantakan. Sementara itu, Sean hanya memperhatikan istrinya sambil menggeleng-gelengkan kepala, lalu berjalan masuk ke kamar mandi.

Zuzu menoleh, memperhatikan pintu kamar mandi yang tertutup beberapa saat, lalu mendekatkan wajah ke cermin. "Pasti dia malu punya istri sepertiku. Pakai kacamata, pendek, buntet. Iya... dia pasti malu." Ia manggut-manggut meyakinkan dugaannya.

"Dia pasti malu nunjukin aku pada semua orang. Aku bisa melihatnya saat Mama sandrina mengenalkan aku pada sekretarisnya. Dia terlihat malu sekali."

Zuzu duduk di kursi lalu mengetuk-ngetuk dagu sambil berpikir. Namun, suara ketukan pintu dari luar justru mengganggu proses berpikirnya.

"Zu, Umi dan Abah kamu mau pulang. Ayo turun, temui dulu mereka!" Suara Sandrina terdengar berseru dari luar kamar.

Mata Zuzu membelalak lebar, lantas bangkit dari kursi. "Pulang?" beonya. Tanpa pikir panjang, dia melesat berlari menuju pintu.

"Apa, Ma? Umi dan Abah mau pulang? Sekarang?" tanyanya begitu membuka pintu.

Sandrina terkejut, hampir memekik keras melihat penampilan Zuzu yang berantakan. Namun, sebuah senyuman nakal tiba-tiba terlukis di wajah cantiknya yang tak luntur dimakan waktu.

"Zu, masih sore loh. Dasar pengantin baru, selalu gak sabaran," goda Sandrina, sambil mencubit pelan pipi menantunya.

Zuzu hanya diam, bingung dengan maksud ucapan mertuanya. Namun, itu tidak penting, dia lebih peduli dengan orangtuanya yang akan pulang.

"Abah dan Umi di mana, Ma?" tanya Zuzu tergesa-gesa.

Ekspresi Sandrina kembali berubah serius. "Ada di bawah. Mereka sudah siap. Sean mana?"

"Sean mungkin sedang mandi. Aku akan temui Abah dan Umi dulu," jawab Zuzu, tanpa menunggu Sandrina, dia melangkah dengan cepat menuruni tangga.

"Umi! Abah!" serunya. Zuzu berlari menghampiri, dan memeluk orang tuanya erat. "Kenapa harus pulang buru-buru? Tinggal lagi beberapa hari, ya," pinta Zuzu sambil mendongak, menatap wajah keduanya dengan tatapan penuh harap.

Jabar menjelaskan sambil mengusap rambut putrinya, "Bukannya kami tidak mau, Zu. Tapi kamu tahu sendiri, ada ternak dan sawah yang harus kami urus. Siapa yang ngasih makan mereka kalau kami di sini?"

"Tapi kenapa kalian hanya satu malam di sini? Besok saja, ya, pulangnya. Aku udah lama gak ketemu Abah dan Umi. Aku rindu!" Mata Zuzu berkaca-kaca.

"Kalau begitu, kamu saja yang pulang ke desa. Ajak juga suami kamu. Biar orang-orang di desa tahu dan percaya kalau Umi punya menantu kaya seperti suami kamu," usul Jamilah, antusias.

Zuzu menggembungkan pipi, sebelum menjawab, "Aku mau, tapi Sean... aku akan bicara pada dia nanti."

Jabar mengangguk, sementara Jamila memperhatikan penampilan putrinya dari atas hingga bawah. "Kamu pakai apa itu di rambut? Terus wajah kamu kenapa merah-merah begini? Hidung kamu juga. Kamu flu?" tanya Jamilah heran, saat melihat ujung hidung Zuzu yang memerah karena dipoles blush on.

Zuzu tertawa kecil sambil mengusap hidungnya. "Ini... aku dandan, Umi. Bukan flu!"

"Oh, dandan. Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Jamilah lagi. Ekspresi wajahnya tampak serius.

Zuzu menggeleng cepat. "Hanya ingin belajar saja," alibinya. Dia merasa malu mengatakan jika dia insecure di depan Sean dengan penampilan sebelumnya.

"Mungkin Zuzu mau dinas malam, Umi. Makanya dandan seperti itu." Sandrina menimpali sambil berjalan menuruni tangga.

"Jadi, kamu masih kerja di tempat makan itu, Zulaikha?" tanya Jamilah, menatap putrinya sambil mengerutkan kening.

Zuzu menggeleng pelan. Netranya tertuju pada Sandrina yang berjalan menghampiri.

"Maksudnya, Zuzu dandan untuk Sean, Umi. Mereka 'kan pengantin baru. Jadi, pasti ingin memberikan yang terbaik untuk pasangan di atas ranjang." Sandrina tersenyum ramah sambil menyentuh pundak Zuzu.

Jamilah tersenyum lebar, hampir saja dia salah mengartikan ucapan besannya. "Wah, luar biasa kamu, Zu. Umi dulu boro-boro dandan, lampu saja masih pakai lampu minyak tanah."

Dia kemudian mengacungkan kedua ibu jari ke depan wajah Zuzu. Dan dengan penuh semangat berucap, "Umi mendukung pokoknya. Kamu dan Sen harus selalu rukun. Jangan berantem ya. Kamu juga harus patuh jadi istri. Belajar banyak dari Bu Sandrina. Dia istri yang sempurna."

Sandrina tersenyum lebar mendapatkan pujian tersebut. "Umi juga wanita hebat, bisa melahirkan seorang anak seperti Zuzu," balas sandrina tulus.

"Sudah-sudah, kalau kalian terus mengobrol seperti ini, nanti Abah dan Umi mungkin akan sampai tahun depan," kata David, menginterupsi dengan nada setengah bercanda.

Jamilah tersenyum lebar dan menganggukkan kepala. "Kalau begitu, kami pulang dulu, ya, besan. Titip Zuzu. Kalau dia nakal, cubit aja pipinya," ujar Jamilah.

Sandrina tertawa kecil, dan mengantar besannya hingga ke depan pintu. "Hati-hati ya, Umi, Abah. Kalau sudah sampai, kabari Zuzu."

Jabar mengangguk. Dia menatap Zuzu dengan tatapan penuh kasih sambil tersenyum tulus. "Jaga diri baik-baik, ya. Kalau ada waktu, pulang dan ajak juga suami dan keluarga baru kamu. Abah akan selalu menunggu," ucap Jabar. Mata pria itu berkaca-kaca, dia merasa berat meninggalkan putri kesayangannya.

Zuzu melambaikan tangan, mengantar kepergian mobil yang membawa orangtuanya. Begitu mobil menghilang, tubuh Zuzu bergetar, dia menangis tersedu-sedu.

Melihat hal tersebut, Sandrina panik. "Zu, ada apa?" Dia menyentuh wajah Zuzu, hatinya diliputi perasaan khawatir.

"Jangan buat orang tua kamu makin berat meninggalkan kamu. Kamu gak perlu khawatir, Mama di sini akan memperlakukanmu dengan baik. Kamu jangan takut," kata Sandrina sambil mengusap air mata di pipi menantunya.

"Aku gak nangis karena Umi dan Abah, Ma," jawab Zuzu, suaranya serak.

"Terus?" Sebelah alis Sandrina terangkat, sorot matanya penuh tanya.

Zuzu melepas kacamatanya sesaat, dan mengusap air mata dengan punggung tangan. "Aku... Sean... Sebenarnya, menurut Mama apa aku cantik?" tanyanya di sela isak tangis.

Alis Sandrina bertaut, penasaran. "Memangnya ada apa?"

Zuzu mengusap hidungnya yang berair, sambil menundukkan kepala dia bergumam lirih, "Ma, Sean... dia bilang aku gak pantes jadi sekretarisnya. Aku yakin, pasti sebenarnya dia malu punya istri sepertiku."

"Ya ampun, Zu. Apa benar Sean bilang seperti itu?" tanya Sandrina, yang diangguki Zuzu.

"Keterlaluan dia," gumam Sandrina. Dia memeluk tubuh Zuzu, berusaha menenangkan. "Kamu itu cantik. Mata Sean mungkin buta, makanya gak bisa lihat kebenaran itu."

"Kamu tenang saja, Mama akan tegur dia," kata Sandrina, mulai terpancing emosi.

"Aku, aku hanya meminta ingin jadi sekretarisnya, Ma. Mungkin memang gak pantas," ucap Zuzu lagi. Suaranya bergetar.

Sandrina menggelengkan kepala cepat. "Gak, Zu. Bukan kamu gak pantas. Dia melakukan ini semua, pasti supaya waktunya dengan wanita-wanita di kantor itu nggak terganggu."

"Mama justru setuju kalau kamu mau jadi sekretaris Sean. Meskipun bukan sekretaris perusahaan. Kamu bisa jadi sekretaris pribadinya, untuk mengawasi dia," tutur Sandrina, penuh dukungan.

"Jadi, Mama setuju?" Zuzu melepaskan pelukannya dan menatap wajah Sandrina dengan senyuman yang mengembang.

Sandrina mengangguk. "Tentu saja. Apapun demi mengubah kebiasaan Sean... kamu juga harus cerdik, Zu. Kamu harus bisa menjauhkan setiap wanita yang berani mendekati suamimu."

Zuzu mengangguk mantap. "Aku gak akan biarkan pelakor itu merebut Sean, Ma. Aku akan jaga Sean, bila perlu dengan seluruh jiwaku," kata Zuzu dengan penuh semangat yang membara.

Sandrina tersenyum puas melihat antusiasme menantunya. Dia merasa telah memilih seorang istri yang tepat untuk Sean.

"Tapi, Ma... aku merasa gak percaya diri dengan penampilanku," ungkap Zuzu, bibirnya kembali maju.

"Itu gampang, Zu. Besok, kita akan buat Sean pangling melihat penampilan kamu," ujar Sandrina, memberi penghiburan. Sorot matanya memancarkan tekad yang kuat.

Bersambung...

1
EndHa
masih kurang kak bacany.. kek.ny bab ini pendek bgt yaa .. 🤭
Nelramstrong: bab 19 bisa dibaca ulang, ya. aku baru revisi dan tambahkan beberapa part 😁😁
total 1 replies
EndHa
menanti sean bucin dg zuzu..
Nelramstrong: sabar, ya 😁
total 1 replies
EndHa
siapa yg berani nolak perintah tuan david.. 🤣
Nelramstrong: 😅😅😅😅😅😅😅
total 1 replies
EndHa
semangat zuzu,, qm si polos yg cerdik.. tebas semua ciwi² penggoda suami.mu..
Nelramstrong: Semoga bukan dia yang tumbang 😅
total 1 replies
EndHa
oalah zu,, ikan bakar lebih menggoda yaa 🤭
Nelramstrong: Zuzu tahu aja author nya juga lagi pengen ikan bakar 😂
total 1 replies
EndHa
Haii kakak... aq ikuti kisah zuzu,, baru baca noveltoon nih,, masih bingung.. hehe
Nelramstrong: Makasih, kak 🥰
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!