NovelToon NovelToon
Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: FA Moghago

Langit di seluruh dunia kini hanyalah kanvas retakan. Malam tanpa bintang. Dua puluh tahun yang lalu, peradaban manusia berubah selamanya. Sebuah lubang dari retakan dimensi yang menganga seperti luka di angkasa, memuntahkan makhluk-makhluk dari mimpi buruk.

Mereka datang dari dunia lain, tanpa nama dan tanpa belas kasihan. Mereka menghancurkan gedung pencakar langit, meratakan jalan, dan menyebarkan kepanikan di mana-mana. Separuh populasi musnah, dan peradaban manusia berada di ambang kehancuran total.

Namun, di tengah-tengah keputusasaan itu, harapan muncul. Beberapa manusia, entah bagaimana, mulai bangkit dengan kekuatan luar biasa.Mereka menjadi Pemburu. Dengan kekuatan yang setara dewa, mereka berjuang, jatuh, dan bangkit kembali.

Namun, di balik layar, rumor mulai beredar. Retakan-retakan kecil yang seharusnya stabil mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Seolah-olah mereka adalah mata-mata dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang sedang menunggu di sisi lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24: Rahasia di Balik Para Dewa

Setelah mendengar penjelasan Aleena, Arka berbicara, "Selain itu, apa yang menjadi penyebab utama retakan dimensi terjadi? Kalau didengar dari penjelasan Utusan Dewi, retakan itu sengaja dibuat untuk peperangan para utusan dewa dan dewi. Tapi setelah peperangan itu, retakan dimensi masih terus terjadi."

Aleena menjawab, "Menurut wahyu dari Dewi Pedang Cahaya, peperangan antar utusan hanyalah kesempatan bagi yang serakah untuk menguasai dunia di balik kekacauan. Namun, retakan dimensi itu sendiri terjadi karena faktor lain yang sampai sekarang masih belum diketahui."

Aleena menunduk, lalu menulis sebuah kalimat di lantai dengan ujung jarinya: "Bisakah kedua sosok agung menutup dimensi ini agar pembicaraan kita tidak terdengar oleh sang Dewi Pedang Cahaya?"

Arka menoleh ke arah Amethys. Tanpa menunggu lama, Amethys mengangkat satu tangannya dan membentuk dinding dimensi dari kristal kaca yang tipis. "Aku sudah membuat dinding dimensi yang dapat menutup mata dan telinga para dewa," ucapnya.

Aleena bangkit dan berdiri kembali. "Saya mendengar dari sang dewi bahwa kedua sosok agung adalah dewa yang baru lahir. Saya akan menjelaskan informasi penting, namun sebelum itu, saya mohon kepada kedua sosok agung untuk mengabulkan satu permintaan saya."

Arka penasaran, tetapi ia merasa mendapatkan informasi lebih penting. "Baiklah, kita kesampingkan dulu permintaan Sang Utusan. Jelaskan informasi penting itu terlebih dahulu."

Aleena mengangguk. "Baik, saya akan melanjutkan. Sebenarnya saya dan para ilmuwan sihir di Aerthos telah membuat sebuah kesimpulan tentang retakan dimensi yang terjadi. Kami berpendapat retakan ini sengaja dibuat oleh para dewa dan dewi untuk menyebarkan energi sihir ke dunia lain. Dengan begitu, makhluk di dunia tersebut bisa memiliki kemampuan dari energi sihir. Kami dijadikan pion untuk permainan para dewa. Peperangan para utusan yang terjadi 100 tahun lalu membuktikan hal itu."

"Dewiku, Dewi Pedang Cahaya, memerintahkan saya untuk menguasai dunia dan bertahan dari serangan utusan lain, baik dari pihak manusia maupun monster. Kami tidak hanya bertarung melawan monster, tetapi juga melawan sesama manusia. Ini adalah bukti bahwa para utusan hanya pion para dewa, seolah mereka sedang berjudi menggunakan nyawa makhluk hidup."

Arka terkejut. Di Bumi, ia belum pernah mendengar tentang adanya utusan dewa, bahkan dari para Pemburu terkuat sekalipun. Ia mengerutkan keningnya, menyadari bahwa manusia hanya dijadikan mainan oleh para dewa dan dewi. Meskipun hal ini belum terjadi di Bumi, Arka merasa harus melakukan sesuatu untuk mencegahnya.

Setelah mendengar penjelasan Aleena, Arka bertanya, "Jadi tidak ada cara untuk menutup retakan dimensi itu? Dan apa permintaan Utusan Dewi dari kami berdua sebagai imbalan atas informasi tersebut?"

"Benar," jawab Aleena. "Tidak ada cara untuk menutup retakan dimensi itu. Hanya dewa dan dewi yang menciptakannya yang bisa menutupnya. Kami sebagai manusia hanya bisa bertahan." Aleena melanjutkan, "Permintaan saya hanya satu, sebelum kalian berdua pergi dari dunia ini, saya ingin meminjam kekuatan kalian untuk bertarung bersama kami di benua timur untuk mengambil benih dunia Aerthos."

Penasaran, Arka bertanya, "Untuk apa benih itu?"

"Dunia juga adalah entitas yang hidup. Karena retakan dimensi, dunia Aerthos menjadi sekarat," jelas Aleena. "Selama seratus tahun ini, Aerthos menciptakan duplikasi benih dunia untuk menghalau retakan dimensi. Jika ada benih tersebut, setidaknya retakan dimensi bisa ditahan agar tidak terjadi di wilayah yang dijangkau cahaya benih. Artinya, retakan dimensi akan terjadi di luar kota, yang dapat meminimalisir kekacauan."

Arka bergumam dalam hati, "Ini menjadi lebih gila. Tidak hanya melawan monster, tapi ke depannya para dewa adalah dalang di balik semua ini. Dan sekarang ada benih dunia."

"Kapan kita akan melakukan penyerbuan?" tanya Arka.

"Kita akan menyerbu dalam waktu satu bulan, setelah persiapan selesai," jawab Aleena.

"Baiklah," kata Arka. "Dalam waktu itu, aku akan menunggu di kota Agheis."

"Baik, terima kasih atas kebaikan kedua sosok agung," ucap Aleena.

Setelah itu, dinding dimensi yang dibuat Amethys ditarik kembali. "Kalau begitu, kami kembali ke kota Agheis," kata Arka.

Aleena memimpin mereka keluar aula. Elias dan keenam Pemburu lainnya terkejut melihat Aleena mengantar mereka.

"Elias," panggil Aleena. Elias mendekat dan menunduk. "Saya Elias menghadap Sang Utusan Dewi," ucapnya.

Dengan senyum lembut, Aleena berkata, "Mulai sekarang, tolong percaya kepada kedua orang itu dan perlakukan mereka dengan baik."

Elias terdiam sejenak, penasaran dengan apa yang terjadi di dalam aula. "Baik, saya akan melaksanakan perintah Sang Utusan Dewi," jawabnya.

Aleena tersenyum, lalu kembali ke aulanya. Arka, Amethys, dan keenam Pemburu kembali ke kota Agheis.

Tak lama kemudian, mereka tiba kembali di kota Agheis dan langsung menuju kediaman Arka. Di ruang tamu, Arka, Amethys, dan keenam Pemburu terkuat duduk bersama sambil minum dan makan camilan. Semua mata tertuju pada Arka dan Amethys, dipenuhi rasa penasaran.

"Hei Arka," Livia memulai pembicaraan. "Apa yang kalian bicarakan dengan Sang Utusan Dewi di aula? Sampai-sampai dia memerintahkan kami untuk percaya padamu?"

Arka menghentikan makannya, lalu tersenyum. "Aku hanya berbicara ringan, saling bertukar informasi dasar tentang retakan dari dunia asalku, Bumi, dan Aerthos."

Titus, pemburu yang memegang kapak, menyela. "Hanya itu saja?"

"Aku juga diundang untuk bergabung dengan penyerangan ke benua timur dalam waktu satu bulan," lanjut Arka.

"Penyerangan ke benua timur sudah diketahui oleh seluruh penduduk dunia," kata Elias, wajahnya menunjukkan keseriusan. "Tapi aku tidak menyangka Sang Utusan berniat melakukannya dalam waktu dekat."

"Sepertinya semua Pemburu dari seluruh dunia akan bertarung bersama kembali," Livia menyahut.

Elias melamun, tatapan matanya menjadi dingin. Lyra, pemburu yang memegang tongkat sihir, bertanya, "Ada apa, Elias?"

Elias tersadar dari lamunannya. "Tidak apa-apa," jawabnya ragu. "Hanya saja, peperangan di benua timur nanti akan menjadi kacau seperti peperangan 100 tahun lalu, karena monster-monster kuat di sana."

"Sepertinya akan banyak korban juga," Livia menambahkan, nadanya muram.

"Kita hanya perlu bertarung bersama dan saling melindungi, seperti sebelumnya," Lyra menjawab dengan nada tenang dan lembut. "Dan kembali bersama."

Mendengar kata-kata itu, senyum terukir di wajah semua orang, termasuk Arka. Ia terkesima melihat persahabatan di antara para Pemburu terkuat itu. Di Bumi, yang ia lihat hanya kepentingan pribadi, dan Pemburu terkuat hanya berjumlah delapan orang. Sungguh berbeda dengan Aerthos, di mana setiap kota memiliki setidaknya tiga hingga enam Pemburu yang kekuatannya setara dengan kualifikasi SSS.

Ucapan Sang Utusan Dewi tampaknya memiliki pengaruh besar. Hanya karena satu kalimatnya, keenam pemburu terkuat yang tadinya waspada kini sepenuhnya percaya pada Arka dan memperlakukannya sebagai teman.

"Aku butuh senjata untuk ikut peperangan nanti," ucap Arka.

"Senjata seperti apa?" tanya Titus.

"Apa saja yang tajam," jawab Arka, "mungkin jika ada, aku butuh pedang yang tahan dengan api sepanas matahari."

Titus tertawa mendengar itu. "Mana ada senjata besi yang tahan dengan panas matahari? Kita saja belum pernah menyentuhnya."

"Kenapa kita tidak melihat saja ke toko senjata Pemburu?" usul Livia.

Elias mengangguk setuju. "Livia, kamu antar Arka dan Amethys untuk mencari senjata yang cocok."

Livia menjawab dengan penuh semangat, "Baiklah, Elias! Aku akan mengantar mereka."

"Aku sarankan untuk pergi ke toko senjata Pemburu di ujung selatan kota," Titus menimpali. "Tokonya memang kecil, tapi banyak senjata berkualitas tinggi di sana."

"Baiklah!" jawab Livia. "Ayo kita ke sana setelah makan."

1
MHuman
Baru baca di noveltoon liat ini penasaran, bagus juga, biasa ada dimashwa korea alus kek gini.
jangan dikasih kendor thor😁🔥
Yusi Yustiani
Baru baca, kebanyakan tema pemburu sama monster dari alam lain itu latar tempatnya dari negara luar. ini keren authornya ngambil dari Indonesia. aplikasi pertarunganya juga enak dibaca, semangat Thor🔥🔥🔥
Yusi Yustiani
Next Thor dipercepat 👌
Nafa Nafila
Keren nih latarnya dari Indonesia.Tentang retakan dimensi sama pemburu monster, nama nama organisasi pemburu nya juga khas banget👏🔥
Nafa Nafila
Ditunggu updatenya Thor 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!