Kehidupan seorang gadis cantik bernama Calista Angela berubah setelah kepergian Ibunya dia tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan.
Ayahnya menikah dengan Ibu dari sahabatnya, dan semenjak itu, Calista selalu hidup menderita dan sang Ayah tidak lagi menyayanginya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Leonel Harits
Abian menoleh karena Calista belum juga kembali dari toilet padahal sudah sekitar 10 menit. Dia khawatir terjadi sesuatu dengannya. Sedangkan Talita yang berada disampingnya menatap heran.
"Bi, Lo cari siapa?"
Abian menolah "Calista kok belum balik." Ucapnya membuat Bela mendongak.
"Oya, kok belum balik. Gue susul dia deh."
Bela baru saja akan beranjak namun Calista terlihat berjalan.
"Ca, Lo gapapa?" Ucap Abian saat Calista duduk kembali di kursinya.
"Gue gapapa Bi, kenapa memangnya."
"Abian khawatir sama Lo Ca karena Lo gak balik-balik dari toilet."
"Astaga, tadi tuh gue gak sengaja nabrak orang di toilet. Tapi gapapa kok."
"Serius Lo gapapa Ca."
"Iya Bi.."
"Syukurlah Ca."
"Ciye Abian, sebegitu khawatirnya sama Calista. Udah pacaran aja kenapa sih cocok juga kalian." Goda Bela membuat Talita semakin kesal.
"Udah- udah kita lanjut ngerjain tugas aja keburu sore."Cegah Calista.
Abian tersenyum dan sesekali mencuri pandang ke arah Calista. Talita bisa melihat itu semua dan dia tidak akan membiarkan mereka pacaran. Dia sudah lama menyukai Abian dan dia tidak mau kembali kalah dari Calista.
Sedangkan dimeja lain, lebih tepatnya dimeja pojok seseorang dengan setelan jas berwarna hitam tampak menatap ke arah meja tempat Calista duduk bersama teman-temannya.
Leonal Harits laki-laki tampan sejuta pesona dengan wajah yang begitu sempurna masih betah duduk di sana hanya untuk mengawasi seorang gadis kecil yang sudah lama menjadi incarannya.
"Permisi Tuan." Ucap seorang laki-laki yang juga tak kalah tampan.
"Hem.."
"Anda masih ada janji untuk bertemu dengan salah satu Klien dari Swiss."
"Jam berapa."
"Jam 12 siang ini Tuan."
Leon menatap jam ditangannya. Masih ada satu jam untuk bertemu.
"Kita ke sana sekarang."Ucapnya beranjak bangun dan diikuti oleh Zidan asisten Pribadinya.
Mereka berjalan keluar dan masuk kedalam mobil meninggalkan Cafetaria.
"Cari tau semua tentang gadis itu tanpa terkecuali."Ucap Leon menatap ponselnya.
"Baik Tuan."
Leon terdiam dengan masih menatap layar ponselnya yang masih sama. Wallpaper seorang gadis kecil yang begitu cantik dan menggemaskan.
Kita bertemu kembali Little Girls. Sekarang kamu tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Leon menyimpan ponselnya dan beralih menatap jalanan kota yang sedikit padat.
*********
Hari sudah senja, Calista menatap ponselnya dan membaca pesan jika dia harus segera pulang untuk menyiapkan makan malam dirumahnya.
"Ck, selalu saja." lirihnya membuat Abian menoleh.
"Ada apa.?"
Calista menoleh dan menggeleng. "Gapapa kok Bi."
Talita yang baru saja kembali dari toilet langsung menghampiri Abian seraya tersenyum.
"Bi, gue boleh nebeng Lo gak?" Ucapnya membuat Abian mengangkat alisnya.
"Bukannya Lo bareng Calista, terus kalian kan satu rumah."
"Em, tadi Mama telpon minta gue balik cepet. Calista bilang dia mau ke supermarket dulu. Iya kan Ca?"
"Kapan gue bilang."
"Lo bilang pas kita mau jalan Ca, Mama juga nitip sesuatu udah chat ke Lo."
Calista mengambil ponselnya dan benar, di sana Mama tirinya memintanya untuk membeli beberapa bahan makanan.
"Iya kan Mama chat Lo"
Calista mengangguk, Abian menatap Calista.
"Ya udah kita bareng aja, sekalian ada yang mau gue beli juga." Ucap Abian namun Talita menggeleng.
"Tapi Bi, gue buru-buru. Ayo anterin gue pulang."
Talita menarik tangan Abian keluar. Sedangkan Bela membulatkan matanya.
"Aneh banget dia."
"Ya udahlah, gue mesti ke supermarket Bel."
"Ca tunggu."
Bela menatap sahabatnya, dia menggenggam kedua tangan Calista.
"Lo yang sabar ya Ca, Sorry gue gak bisa bantu Lo."
"Lo ngomong apa sih Bel, gue gapapa. Nyokap Talita minta gue buat cepet karena harus menyiapkan makan malam."
"Astaga Ca, rumah Lo besar dan banyak pelayan kenapa Lo malah yang harus siapin makan malam."
Calista tersenyum dan mengusap bahu Bela. Sahabatnya yang selalu ada dan menemaninya.
"Gue udah biasa Bel, Lo tenang saja Oke."
"Gue gak tau kenapa bisa Lo sampai sesabar ini Ca, bahkan bokap Lo sudah percaya sama mereka."
"Gue yakin pelangi akan datang Bel, dan gue harus kuat demi Nyokap gue."
"Gue ada buat Lo Ca. Kapanpun Lo butuh gue ada disini."
"Thanks Bel." Ucap Calista memeluknya.
Tanpa mereka tau, seseorang terus menatapnya dari dalam mobil. Leon berada didalam mobil dengan terus menatap mereka. Setelah 5 tahun dia mencari keberadaan gadis kecil yang sudah masuk kedalam hatinya kini dia telah menemukannya. Dan dia pastikan jika tidak ada lagi yang bisa memisahkan mereka.
"Awasi dan Lindungi dia. Laporkan semua yang terjadi dengannya."
"Baik Tuan."
Leon masih menatapnya, hingga Calista masuk kedalam mobil dan melaju pergi dari parkir Cafetaria.
********
Talita sudah berada dirumahnya bersama Silvia. Mereka duduk di ruang tengah dengan Talita yang menangis dalam pelukannya.
"Tenang sayang, jangan nangis lagi ya." Ucap Silvia mengusap bahu putrinya.
"Ada apa ini, kenapa Talita menangis."
Talita melepaskan pelukannya dan menatap Bagas.
"Pa, Kak Calista minta aku pulang sendiri." Adunya membuat Bagas terdiam.
"Dia bilang kalau aku berisik di sana dan minta aku buat pulang. padahal aku cuma tanya apa yang aku gak paham Pa."
Bagas menghela napasnya dan memeluknya. Silvia tersenyum melihat bagaimana putrinya sangat pintar.
Tidak lama terdengar suara mobil, dan itu sudah pasti Calista kembali. Pintu terbuka dan terlihat Calista masuk dengan membawa kantung belanjaan.
"Calista, Papa mau bicara." Ucap Bagas membuat Calista menatap Talita yang menangis di dalam pelukan Silvia.
"Drama apa lagi sih. Aku capek Pa mau mandi."
"Calista.!" Bentak Bagas membuat Calista memejamkan matanya.
Bil Iyem datang dan mengambil kantung plastik dari Calista.
"Tolong bawa ke dapur ya Bik." Ucapnya dan berjalan menghampiri Bagas.
"Apa yang kamu lakukan sama adik kamu."
"Aku gak pernah punya Adik."
"Calista.!"
"Memang benar kan Pa, Anak Papa Mama cuma aku dan gak ada yang lain."
"Talita itu sekarang adik kamu, Kamu apakan dia kenapa dia menangis."
"Aku gak tau."
"Papa sudah bilang, jaga adik kamu kenapa kamu malah suruh dia pulang sendiri."
"Pulang sendiri? Pa, dia pulang sama temen aku."
"Itu karena Kakak gak mau pulang bareng aku jadi aku diantar temen Kaka Calista."Bela Talita membuat Calista menatapnya tajam.
"Itu bohong Pa, Dia sendiri yang minta pulang bareng temen aku."
"Kak, apa karena aku ikut jadi kakak terganggu gak bisa dekat sama temen cowok kakak."
"Lo ngomong apa sih Ta. Dia bohong Pa aku berani sumpah."
"Sejak kapan kamu berani bohong, kamu bilang keluar untuk belajar terus siapa temen cowok kamu itu."
"Dia temen satu kelompok aku Pa, dan kita beneran belajar."
"Terus kenapa kakak minta aku pulang dulu Kak, padahal kita berangkat bareng."
"Lo gak usah bohong Talita."
"Calista.! Masuk kamar kamu sekarang."
"Pa.!"
"Masuk Papa bilang."
Calista memejamkan matanya dan langsung berlari menuju kamarnya.
karya ka encha emang best bgd