Terbit setiap senin & jumaat.
Bima seorang detektif swasta yang macho dan keren. Yang dulunya adalah seorang polisi hebat. Dapat job untuk mencari dimana kepala mafia berada. Namun disatu sisi, dia pun harus melindungi seorang wanita. Yang merupakan tokoh kunci dalam sebuah kasus. Namun juga, dicurigai terlibat dalam kasus tersebut. Seharusnya dia profesional dalam menjalani pekerjaannya. Bukankah sudah hal biasa dia menghadapi wanita dengan segala macam bentuknya. Namun entah mengapa, kali ini beda. Diam-diam ternyata dia jatuh hati. Sekarang yang jadi bahan pertanyaan, beranikah dia mengakui perasaannya sedangkan dia lagi menjalani tugas penyamaran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonelondo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tugas Semakin Berat
"Boss!"
"Boss!"
"Boss!"
Semua anak buah Putra sekarang makin hormat padanya sejak kejadian sektor 5. Pokoknya, mereka jadi semakin menundukkan kepala tiap ketemu dengannya.
Kenapa? Karena rupanya apa yang dikatakan Iwan itu adalah nyata. Sejak kematian Iwan yang dianggap geng adalah Putra yang membunuhnya. Nama Putra jadi tersohor, dan digadang-gadang akan menjadi kepala area baru. Karena telah dianggap pahlawan telah membunuh dalang dari kematian Kepala Area Jakarta Pusat.
Sejatinya Putra tidak percaya hal itu begitu saja. Sebab selama belum ada keputusan yang sah dari Ketua. Jadi dia menganggap itu hanya gosip. Namun biar begitu, dia senang saja jadi dihormati begitu.
Selepas kerja, Putra keluar dari kasino dan berjalan ke tempat massage. Sejak atasannya mati sekarang pekerjaannya jadi bertambah. Akibatnya rasa lelah jadi menggerogotinya.
Ah, sebenarnya itu hanya alasannya saja. Karena sebenarnya dia mau mencari tempat biar bisa kamuflase. Karena hari ini dia ada rapat dengan timnya.
Sepanjang melangkah, dia merasa seperti ada orang baru yang mengikutinya. Jadi sejak dia keluar dari hotel tempat di mana Saras tinggal, orang-orang yang waktu itu mengejarnya dengan Saras terus mengikutinya. Cuman dia selalu berhasil keluar dari pemburuan mereka. Sekarang yang jadi bahan pertanyaannya, kenapa jadi 2 kubu? Dan kubu yang sekarang ini adalah anak geng. Ada apa ya? Kenapa mata-mata geng mengikutinya?
Jelas kalau begini, tugas penyamarannya jadi makin berat. Atas ini juga, dia jadi kesulitan untuk ber-kamuflase. Karena biasanya, dia akan mencari tempat yang punya pintu belakang atau jendela. Biar dia keluar dengan penampilan yang beda, dan bisa melenggang bebas menemui timnya. Jadi sebenarnya gak mesti tempat pijat. Yang penting tempat itu bisa membuatnya begitu. Kebetulan tempat yang mau dikunjunginya ini. Tempat kemarin yang aman dia merubah penampilan.
Sebenarnya juga, gak mesti tempat begitu. Terkadang tempat yang memungkinkan sosoknya nanti gak dikenali anak geng. Ya, bisa saja. Contoh seperti toilet umum, dan di lingkungan situ tidak banyak anak geng. Jadi dia tinggal pakai topi dan masker. Lalu keluar dari kamar mandi.
Putra berhenti melangkah. Kemudian menyalakan rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Dengan mata diam-diam terus mencermati. Karena menurutnya agak aneh tingkah kubu yang pertama Tiap mau mendekatinya, dan tempat itu sepi. Namun pas mata-mata geng muncul. Mereka langsung mundur.
Untuk memastikan apa benar yang dirasanya, lekas dia melempar rokoknya dan menginjaknya. Lalu dia pergi ke rumah bordil di seberang jalan. Sekaligus untuk dijadikannya tempat biar bisa kabur dari cengkraman mereka.
Rumah bordil yang mau dikunjungi pria itu. Bentuk gedungnya tengahnya atapnya terbuka, dan di tengah itu ada panggung. Fungsinya sebagai tempat primadona di sana untuk pentas lalu disawer. Siapa yang memberi saweran tertinggi, dia lah pemilik wanita itu. Sedangkan di lantai atas tersedia kamar-kamar untuk orang membuang lendir.
(Gambar hanya ilustrasi)
Rumah bordil itu bukan milik Mister James. Jadi gara-gara kepala mafia itu buka usaha judi, prostitusi, obat-obatan terlarang, dan segala macam yang berbau haram. Banyak di tiap sudut-sudut kota membuka usaha serupa. Kepala mafia itu tidak marah. Malah menurutnya bagus jadi meramaikan. Asal bisnis mereka kecil alias tidak berkembang besar.
"Hallo, Tuan..."
"Selamat datang, Tuan..."
"Duh, Tuan sangat tampan."
Beberapa pel*cur menggoda Putra ketika dia melangkah masuk. Kemudian seorang muc*kari alias mami di tempat itu mencegatnya.
"Hallo, Tuan... Ayo, silahkan masuk... Tuan mau duduk di mana? Di hall, atau mau ke ruang pemilihan saja?"
Ruang pemilihan adalah ruangan berbentuk kaca yang berisi wanita-wanita sexy. Nanti tamu-tamu di sana akan memilih wanita sesuai seleranya dari luar kaca.
Tapi belum sempat Putra menjawab, ada seorang wanita cantik datang menghampirinya. Berbicara dengan gaya menggoda.
"Tuan, Sasa ingin dicium sama, Tuan..."
Wanita bernama Sasa itu langsung mendekatkan tubuhnya ke pria incarannya, dan menyodorkan bibirnya. Putra segera menarik pinggangnya agar semakin dekat, dan mengambulkan permintaannya.
Setelah dia memberi kecupan, dia beralih berbicara ke mami itu.
"Ini, sudah sesuai selera saya."
"Baiklah, Tuan." Mami itu membalas, kemudian pergi.
"Berapa tarifmu semalam?" Putra bertanya ke wanita itu.
"Sasa biasa xxx, Tuan..."
"Saya suka permainan liar. Apa kamu bisa melakukannya?"
Putra berbicara sambil meraba bokong di depannya, dan meremasnya. Lalu dia menarik tubuh wanita itu, dan membawanya ke tempat yang remang. Sambil matanya melirik-lirik tipis ke sekeliling.
Dilihatnya 2 kubu itu masih mengikutinya, dan benar dugaannya kubu yang pertama tidak menghampirinya. Padahal tempat yang dipijaknya itu sepi. Tapi sebenarnya apapun itu, sepertinya dia memang tidak akan diburu oleh kubu itu selama ada mata-mata geng. Jadi sebaiknya dia fokus keluar dari tempat ini saja!
"Ah, Tuan... Tuan mau melakukan apa saja ke Sasa. Sasa pasti suka." Sasa membalas sambil membuka kancing kemeja satu-persatu, dan meraba dada bidang di depannya.
"Sepertinya kamu sudah tidak sabaran."
"Mm." Sasa menjawab dengan mimik polos, namun tersirat memang sudah sangat menginginkannya.
Putra langsung mencium bibir wanita itu dengan ganas. Sambil mengangkat tubuhnya dari depan, dan di bawanya ke atas. Pas di anak tangga, dia berhenti sejenak demi berbicara dengan mami itu. Dan dia sengaja mengeluarkan suara besar. Demi terdengar oleh orang-orang yang mengikutinya.
"Saya akan bercumbu dengannya semalam."
"Baiklah, Tuan," balas mami itu.
Kemudian di dalam kamar. Putra mencumbui wanita itu tanpa ampun. Dia pun memberi permainan liar seperti yang dikatakannya tadi. Hingga jadi menimbukan kegaduhan di kamar itu.
Sebenarnya dia sengaja agar kuping orang-orang yang pada mengikutinya. Yang pastinya, berada di luar kamar jadi pada panas. Akhirnya gak tahan dengan suara lengkingan mereka.
"Tuan, Sasa gak tahan kalau dijilati begitu..."
Area sensitif wanita itu dibuat pria itu bagaikan bunga mau mekar tapi kembang kempis. Sebenarnya itu hal biasa yang sering dilakukan pria ke wanita saat bercumbu. Tapi pasalnya, Putra punya cara tersendiri hingga membuat wanita jadi menggeliat gak karuan.
"Ahhh.... Tuan... Sasa nggak kuat..."
"Ah, Tuan... Sasa minta ampun..."
"Ahhh... Tuan... Ahhh..."
Desahan demi desahan terus lolos dari pemilik bibir merah delima itu, dan bersama wajah ketidakberdayaannya. Karena sentuhan itu membuatnya jadi mau di ujung puncak.
"Terus lah mendesah kuat. Saya sangat menyukainya."
Lalu Putra mempercepat gerakannya sampai wanita itu tiba di puncak kenikmatan. Benar saja, Sasa jadi terbata-bata karena klimaks-nya mau datang.
"Ahhh... Tuan... Sa, Sa, Sa... Ahhh..."
Tepat saja! Disuguhkan hal itu terus menerus. Lama-lama orang-orang yang pada mengikuti pria itu jadi gak tahan. Lalu mereka segera menyingkir dari situ. Namun mereka tidak keluar. Alias masih berada di dalam lingkup rumah bordil.
Pergerakan mereka yang pada menghilang dapat dirasakan oleh Putra. Sekarang urusannya hanya tinggal satu. Ya, siapa lagi kalau bukan wanita itu.
Padahal permainan mereka bukan sekali, dua kali, tapi berkali-kali. Tapi wanita itu rupanya cukup kuat tidak kelelahan. Sepertinya Putra harus ekstra kerja keras.
Sejatinya ini terbalik. Karena harusnya wanita itu yang melayani tamunya. Ini, malah Putra yang jadi pelepas dahaga nafsu birahinya. Tapi sebenarnya wanita itu tidak mau berhenti. Karena kapan lagi dipuaskan tamu modelan begini. Sudah sangat lihai di ranjang. Tubuhnya pun atletis dengan otot-otot kekar dan berurat. Bonusnya lagi, sangat tampan. Sebenarnya juga, kenapa Putra yang jadi melayaninya. Ya! Karena memang dia membutuhkan suara desahan wanita itu. Makin besar makin baik.
"Kamu berpegangan lah ke kepala ranjang. Karena saya akan mendorong kuat-kuat."
Kemudian Putra menekan berulang-ulang ke goa berbulu wanita itu. Hingga akibatnya mengeluarkan suara kebrisikan. Karena ranjang itu jadi tergesek-gesek dan bergetar. Lalu dia memutar cepat tubuh di bawahnya agar di atasnya, dan ke dua tangannya membantu tubuh itu naik turun dengan gerakan sangat cepat juga.
Benar saja, pas mereka sudah dipuncak kenikmatan. Wanita itu jatuh tertidur di atas dadanya. Ya! Akhirnya wanita itu lelah. Karena apapun ceritanya, sebelumnya sudah banyak mengeluarkan energi, dan ini ibaratnya final-nya. Karena kali ini Putra menguras sisa energinya.
Sejatinya Putra gak perlu menyewa wanita itu semalam. Tadi itu dia jaga-jaga takutnya orang-orang yang pada mengikutinya. Tetap masih betah di luar kamar. Istilahnya mau gak mau dia jadi makin memperpanjang durasi permainan mereka.
Kemudian Putra menyingkirkan tubuh di atasnya, dan kembali memakai bajunya. Lalu dia meninggalkan beberapa lembar uang di nakas.
Sebelum keluar, dia memastikan dulu apa benar-benar orang-orang itu sudah pergi.
Setelah mengintip, dia memakai topi dan maskernya. Kemudian keluar dari sana.
Pas setibanya di bawah. Kebetulan lagi ramai karena primadona di tempat itu lagi tampil. Untunglah, dia jadi bisa menyelinap di antara mereka. Akhirnya benar-benar bisa lolos dari cengkraman orang-orang itu.