NovelToon NovelToon
Manuver Cinta

Manuver Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / CEO / Dark Romance
Popularitas:572
Nilai: 5
Nama Author: _Luvv

Pernikahan tanpa Cinta?

Pernikahan hanyalah strategi, dendam menjadi alasan, cinta datang tanpa di undang. Dalam permainan yang rumit dan siapa yang sebenernya terjebak?

Cinta yang menyelinap di antara luka, apakah mereka masih bisa membedakan antara strategi, luka, dendam dan perasaan yang tulus?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Luvv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

Diandra terbaring menatap langit-langit kamar, membiarkan pikirannya dipenuhi tanda tanya. Selama ini, ia selalu mahir membaca orang hanya dari sekilas ekspresi, senyum tipis, tarikan napas, gerak mata. Semua mudah ditebak.

Tapi Lingga… pria itu seperti dinding kokoh tanpa celah. Tidak ada emosi yang bocor, tidak ada bahasa tubuh yang bisa ia pecahkan.

Keraguan mulai menggerogoti dirinya. Bisakah ia benar-benar memainkan perannya nanti? Atau justru ia akan terjebak dalam permainan yang ia ciptakan sendiri?

Lingga bukan tipe pria yang bisa diremehkan. Diandra tahu, di balik wajah datar itu, pasti tersimpan rencana yang disusun rapat-rapat, mungkin bahkan jauh lebih matang daripada yang ia bayangkan.

“Sialan!” gumamnya pelan, nada kesal bercampur frustrasi.

“Kenapa?" suara itu membuat Diandra sontak terlonjak. Jantungnya berdegup cepat sebelum matanya menangkap sosok di ambang pintu.

Di sana berdiri Marrissa, sahabatnya, membawa dua kantong plastik yang jelas berisi makanan titipannya. Begitu mengenali siapa yang datang, Diandra menghela napas lega, meski rasa resah di dadanya belum benar-benar hilang.

“Lo kenapa?” tanya Marrissa lagi, keningnya berkerut melihat wajah sahabatnya.

“Gue… kepikiran Lingga.” Suara Diandra pelan, nyaris seperti gumaman. Mustahil ia mengaku bahwa dirinya baik-baik saja. Terlalu banyak yang terjadi akhir-akhir ini untuk sekadar pura-pura tenang.

Ia tahu, setiap pilihan punya harga. Dan kali ini, pilihannya adalah… pernikahan. Sekali lagi ini pernikahan. Sebuah ikatan sakral yang tak bisa ia pastikan akan berakhir seperti apa.

“Mending mundur, Ra. Gue nggak mau lo kenapa-napa.” Marrissa menatapnya serius. Ada rasa khawatir yang kental di matanya, juga ketakutan bahwa sahabatnya hanya akan menjadi pion dalam permainan Lingga yang lebih besar.

Diandra menelan ludah, menimbang kata-katanya sebelum akhirnya berkata pelan, “Dia udah datang ke rumah… minta restu bokap gue.”

Marrissa terdiam, tubuhnya kaku. Matanya membesar, k terkejut sekaligus menyadari bahwa semua ini… sudah berjalan lebih jauh daripada yang ia bayangkan.

“Dia seserius itu, ternyata…” gumam Marrissa, berdiri mematung di ambang pintu dapur, seolah masih sulit mencerna informasi yang baru saja ia dengar.

“Gue nggak tahu, Ca… alasan dia yang sebenarnya apa.” Diandra bangkit dari ranjang, kakinya telanjang menapaki lantai dingin. Ia berjalan pelan keluar kamar, dan Marrissa, tanpa diminta, langsung mengikuti di belakangnya.

“Kalau dia udah berani nemuin bokap gue, pasti ada apa-apanya, nggak sih?” tanya Diandra sambil membuka kabinet. Tangannya mengambil piring dengan gerakan refleks, karena dalam kamus hidupnya, perut tak pernah tunduk pada kegelisahan.

Marrissa mengangkat alis. “Kenapa gue malah ngerasa Lingga beneran suka sama lo, Ra?”

Ia mendekat, lalu meletakkan kantong plastik berisi makanan di meja makan, mendorongnya sedikit ke arah Diandra.

“Jangan ngawur. Masa selera Lingga gue?” sahut Diandra cepat, menunjuk dirinya sendiri sambil tertawa hambar, seperti tak percaya ide itu bisa terlintas.

“Kenapa enggak? Lo cantik, pintar,  dokter lagi,” ujar Marrissa sambil bersandar di meja. Matanya bergerak dari ujung rambut hingga ujung kaki, meneliti penampilan Diandra.

Malam itu, Diandra benar-benar jauh dari kata elegan. Rambutnya dicepol asal, beberapa helai lepas membingkai wajahnya. Kaos oversize kebesaran jatuh longgar di bahunya, menutupi lekuk tubuh ramping yang jarang ia pedulikan. Celana hotpants memamerkan kaki jenjangnya, pucat tersapu cahaya lampu dapur.

Diandra menghela napas pelan, meletakkan piring di atas meja, lalu mulai membuka bungkusan makanan.

“Gue yakin dia tertarik sama gue karena ada maksud tersembunyi,” ucapnya mantap, seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri.

“Tapi… apa yang dia dapat dari pernikahan itu nantinya?” tanya Marrissa, nada suaranya penuh rasa ingin tahu.

Diandra terdiam sejenak. “Bahkan gue udah mikir keras soal itu… tapi tetep nggak nemu jawabannya.”

“Emangnya lo sempet nanya?” Marrissa memiringkan kepala.

“Dia bilang… emang tertarik sama gue.” Diandra berhenti memindahkan makanan ke piring, lalu menatap sahabatnya itu lurus-lurus.

“Tapi kalau gue menikah sama dia, bukankah jaringan rekan bisnisnya bisa makin luas?” imbuhnya.

Marrissa mengangguk kecil. “Bisa jadi.”

“Tapi… dia janji nggak akan publikasikan status pernikahan kita, apalagi identitas gue sebagai anaknya Harris Aditama. Jadi kemungkinan itu kayaknya nggak masuk akal,” lanjut Diandra, pikirannya jelas masih penuh pertimbangan.

“Emang lo yakin dia bakal rahasiain?” tanya Marrissa dengan nada ragu.

“Yakin. Kita bakal bikin surat perjanjian soal itu,” jawab Diandra tenang, meski matanya menyiratkan kekhawatiran yang ia simpan rapat-rapat.

Marrissa membelalakkan mata, nyaris tak percaya. “Fix sih ini… dia suka sama lo,” ucapnya mantap.

Diandra menyipitkan mata. “Kenapa lo bisa seyakin itu kalau Lingga suka sama gue?” tanyanya, nada suaranya penuh rasa ingin tahu tapi juga ragu.

“Lo pikir deh, Ra,” Marrissa mulai merinci sambil mengangkat satu jarinya. “Pertama, Lingga awalnya dijodohin sama gue. Kedua, dia sendiri yang bilang ke gue kalau dia tertarik sama lo. Ketiga, dia sampai datang ke rumah lo buat minta restu bokap lo. Dan terakhir…” Marrissa menatap Diandra serius, “Pria yang kita kira punya rencana tersembunyi itu justru mau bikin surat perjanjian yang bisa merugikan dirinya sendiri. Kalau itu bukan suka, terus apa?”

Diandra terdiam. Semua yang Marrissa bilang masuk akal… tapi sulit dipercaya. Masa iya, seorang Lingga Aditya Wijaya benar-benar tertarik pada Diandra Elene Maris?

Seorang perempuan yang, secara logika, tidak bisa memberinya keuntungan apa pun, bahkan mungkin hanya akan jadi beban di hidupnya. Terlebih lagi… Diandra adalah anak dari musuh orang tuanya.

“Gak bisa jawab kan lo,” sindir Marrissa sambil menyilangkan tangan di dada.

“Tapi gue masih nggak bisa percaya, Ca—”

“Kalau bukan suka, apa? Coba kasih gue satu alasan kuat yang bisa mematahkan asumsi gue,” tantang Marrissa, tatapannya menusuk, seolah menunggu Diandra terbata-bata mencari jawaban.

“Tapi… masa iya?” Diandra bertanya ragu, alisnya sedikit berkerut.

Marrissa memutar bola mata dengan dramatis. “Sejelas itu lo masih ragu juga?” nada suaranya setengah kesal, setengah tak habis pikir.

“Ca, gue sama dia nggak kenal,” balas Diandra, mencoba memberi logika. “Dunia gue sama dia aja nggak bersinggungan. Gue kuliah di luar kota, baru balik dua tahun ini. Kapan dia lihat gue, coba? Hidup gue cuma muter di apartemen sama rumah sakit." nada suaranya terdengar seperti ingin mematahkan semua asumsi yang mungkin terjadi.

Ia mengerutkan kening, mencoba mengingat. “Dan pertama kali kita ketemu itu… beberapa minggu lalu, pas gue nyelonong masuk ke kantornya—”

“Nah itu!” potong Marrissa cepat, matanya berbinar penuh kemenangan. “Cinta pada pandangan pertama.”

Diandra hanya mendengus kecil, tak langsung membantah. Separuh dirinya ingin tertawa karena ucapan Marrissa terdengar terlalu mengada-ada… tapi separuh lainnya tak bisa menepis rasa penasaran yang diam-diam mulai mengusik pikirannya.

“Dan gue malah yakin…” Marrissa mencondongkan tubuh, suaranya sedikit menurun, “dia udah kenal lo jauh sebelum pertemuan itu.”

Diandra mengerutkan kening. “Kenapa lo ngomong gitu?”

“Soalnya, di pertemuan pertama kalian, Lingga nyebut nama lengkap lo… tanpa lo pernah ngenalin diri. Lo pikir itu kebetulan?” nada yakin Marrissa membuat kepala Diandra terasa semakin berat. Logika dan perasaannya mulai saling bertabrakan, meninggalkan tanda tanya besar yang tak mau hilang.

1
Erika Solis
Duh, sakit banget hatiku. Terharu banget sama author!
Isolde
🙌 Suka banget sama buku ini, kayaknya bakal aku baca lagi deh.
Madison UwU
Gak sabar lanjut baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!