Nadia ayu, seorang gadis yang bisa melihat 'mereka'
mereka yang biasa kalian sebut hantu, setan, jin, mahluk halus atau lain sebagai nya.
suara dari mereka, sentuhan bahkan hembusan nafas mereka, bisa di rasakan dengan jelas. Sejak mengalami kecelakaan itu, mengubah cara pandangannya terhadap dunia..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lukisan 2
Serial drama korea yang ku tonton dari laptop di pangkuanku hampir tamat bersama secangkir kopi dan biskuit. Aku berada di gazebo belakang rumah. Seharian ini aku hanya bermalas malasan karena kuliah sedang libur. Hujan baru saja mengguyur kotaku sejak sore
Tingg
Satu notifikasi dari Gilang masuk ke gawaiku. Dahiku mengerut ketika melihat pesannya yang meminta nomor ustad Yusuf. Belum sempat ku balas, Gilang langsung menelepon ku
"Hallo, Nad. Lo di rumah kan?" Dari nada suaranya terdengar agak panik
"Iya nih, kenapa sih" jawabku
"Oke tunggu, gue ke rumah lo sekarang" tanpa menunggu jawaban dariku, sambungan telpon terputus
Hanya selang beberapa menit mobil putih memasuki halaman depan rumahku, Gilang dan kak Joan menghampiriku yang masih berada di gazebo belakang
"Anak gadis malem malem masih di luar" ucap Gilang mencomot brownies di piringku
"Biarin" cuek ku. Ku tatap kak Joan yang muka nya pucat seperti sedang sakit
"Kakak lagi sakit?" Tanya ku penasaran.
"Lagi di gangguin setan, Nad" saut Gilang
"Setan lukisan?" Tanyaku, mereka berdua menatap ku
"Kamu tau?" Tanya kak Joan
"Ya tau lah, tuh masih ngikut di mobil" jawabku enteng. Kaca mobil kak joan memang tidak terlalu gelap di tambah sorot lampu dari depan rumah ku.
Jelas sekali terlihat sosok perempuan di lukisan itu sedang duduk di dalam mobil menatap kami. Sosok itu tentu tidak bisa masuk ke dalam area rumahku.
"Pantes sepanjang jalan merinding gue" ucap Gilang
Dia bercerita kalau semalam kak Joan datang ke rumahnya dengan ketakutan. Kedua orangtua nya sedang ke Bali mengurus salah satu bisnis disana.
Kak Joan ketakutan karena ia juga melihat sosok perempuan yang ada di lukisan itu. Saat ia tiba di rumah, sosok itu sudah menunggunya berdiri di depan pintu utama. Tanpa basa basi kak Joan langsung meninggalkan rumah dan memilih menginap di rumah gilang.
"Minta tolong ke ustad Yusuf aja" ucapku lalu menelpon beliau. Ku jelaskan padanya tentang lukisan itu, ustad Yusuf bilang akan melihatnya besok. Malam ini kak Joan menginap di rumah gilang
∆∆
Jam 8 pagi, kak joan sudah datang menjemput ku, ia sedang mengobrol dengan papah di teras rumah. Kami akan menjemput ustad Yusuf juga seperti rencana kemarin. Aku keluar melihat papah sedang tertawa
"Asik banget ngobrol nya" ucapku. Papah melihatku tersenyum
"Kalian mau langsung pergi nih? Gak mau sarapan dulu?" Tanya nya.
"Gak usah deh pah, gampang sarapan di jalan nanti. Ustad Yusuf hari ini sibuk, cuma punya waktu sebentar" jawab ku. Papah mengangguk angguk, lalu kami berpamitan
Rumah ustad Yusuf tidak begitu jauh dari komplek rumah ku. Hanya 15 menitan kami tiba. Ku lihat ustad yusuf sudah membawa sebotol air doa di genggamannya. Tanpa basa basi kami meluncur ke rumah kak joan. Gilang dan wita akan menyusul nanti
"Lukisannya yang ini?" Tanya ustad yusuf pada kak joan
"Iya ustad, this woman" jawabnya. Kak yusuf meraba lukisan itu lalu memejamkan mata beberapa menit
"Astaghfirullah..!" Ucapnya dengan nafas tersengal
"Dari mana papah kamu beli lukisan ini, nak Joan?" Tanya ustad yusuf. Kak joan berfikir sejenak, menatap lukisan itu
Aku berjalan maju mendekat, karena penasaran ku raba perlahan. Gambaran yang kemarin ku lihat samar samar kini semakin jelas ketika aku menyentuh lukisan ini
Sosok laki laki baru baya di sebuah ruangan tengah melukis, dengan tinta merah yang berserakan di lantai. Ku pikir itu adalah cet merah pada umumnya. Namun aku salah, cet merah itu berasal dari tubuh gadis muda yang tergeletak tak bernyawa di lantai. Dengan bagian tubuh yang terpotong potong
Aku reflek melepaskan tanganku, lalu menatap ustad Yusuf. Beliau mengangguk padaku membenarkan apa yang ku lihat sama seperti yang beliau lihat
"I think in Bali, papah beli waktu ada pameran seni disana" jelas kak Joan. Gilang dan wita datang menghampiri kami
"Gimana?" Tanya wita padaku
"Telpon papah kamu sekarang, lukisan ini gak beres. Harus di musnahkan" perintah nya. Kak joan sedikit menjauh dari kami untuk menelpon kedua orang tua nya
"Gila ya, lukisan cantik begini nyeremin aslinya" ucap Gilang
"Gila sih, sadis banget sampe di mutilasi gitu" ujar wita setelah ku ceritakan apa yang ku lihat
Setelah ia menceritakan semua kejadian pada papahnya. Beliau setuju untuk menghancurkan lukisan itu.
Kami menunggu sore itu juga, gilang dan wita sudah kembali ke rumah masing masing. Hanya ada aku, kak joan dan art nya di rumah ini. Sedangkan ustad yusuf akan kembali setelah selesai dengan urusannya .
"Kamu mau makan apa, Nad? Aku gofood ya. Kita belum makan siang" tawarnya. Aku setuju, ku pesan nasi ayam bakar extra sambal
"Jangan makan pedas berlebihan. Kamu mudah sakit perut kan" ucapnya membuatku heran darimana kak Joan tau, eum..
Tepat jam 4 sore orang tua kak Joan pulang dari Bali, di ikuti kedatangan ustad Yusuf . Ustad Yusuf langsung menjelaskan apa yang ia lihat di lukisan itu dan izin membawa nya pulang bersama nya.
Sebenarnya aku juga ingin pulang tapi kak Joan menahan ku. Dia akan mengantarkan ku pulang setelah berbicara dengan papah nya
Ini kali pertama aku bertemu dengan orang tua kak Joan. Ternyata papahnya asli keturunan Belanda sedangkan mamah nya berdarah Indonesia
"Nak Nadia, ini di cicipi cemilan nya" aku tersenyum pada mamahnya kak Joan. Beliau super ramah
"Kamu satu fakultas sama Joan, nduk?" Tanyanya
"Enggak tante, Nadia fakultas bisnis ekonomi " tante mira mengangguk angguk
"Oh gitu. Makasih ya udah bantuin Joan. Tante khawatir waktu tau tentang lukisan itu, papah nya Joan itu memang pecinta seni. Tapi ya gak nyangka bisa gitu" tante mira bercerita panjang lebar, lalu tak lama kak Joan dan papahnya menghampiri kami
"Ini Nadia?" Tanya papahnya.
"Iya om" jawabku. Ia menatap ku lalu menatap kak Joan tersenyum yang duduk di sampingku
"Panggil papah aja mulai sekarang, sebentar lagi juga ada yang kecintaan tuh" celetuk om smith. Ku lirik kak Joan yang ternyata sedang menatapi ku tanpa berkedip membuat wajahku merah karena malu
"Kak.." gumamku mencubit perutnya memperingati, Papah dan mamahnya malah menertawai tingkah ku
Aku pulang setelah adzan magrib berkumandang, di antar oleh nya. Di sepanjang jalan aku dan kak Joan sama sama diam karena gugup. Sesekali dia melirik ku begitupun aku sesekali meliriknya saja sampai kami tiba di rumahku.
"Makasih ya kak" ucapku
"You're welcome. Makasih juga, udah nolongin" aku mengangguk bergegas masuk ke dalam rumah.