Niat hati hanya ingin mengerjai Julian, namun Alexa malah terjebak dalam permainannya sendiri. Kesal karena skripsinya tak kunjung di ACC, Alexa nekat menaruh obat pencahar ke dalam minuman pria itu. Siapa sangka obat pencahar itu malah memberikan reaksi berbeda tak seperti yang Alexa harapkan. Karena ulahnya sendiri, Alexa harus terjebak dalam satu malam panas bersama Julian. Lalu bagaimanakah reaksi Alexa selanjutnya ketika sebuah lamaran datang kepadanya sebagai bentuk tanggung jawab dari Julian.
“Menikahlah denganku kalau kamu merasa dirugikan. Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku.”
“Saya lebih baik rugi daripada harus menikah dengan Bapak.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. SPG
SPG
Hari pertama yang dinanti Alexa sampai membuatnya hampir tak bisa tidur semalaman itu pun tiba. Dengan mengacak isi lemari hanya demi menemukan pakaian yang paling bagus untuk ia kenakan hari ini, Alexa nyatanya tampil mempesona meski pakaian yang melekat di tubuhnya bukan pakaian mahal. Namun paras cantiknya turut menunjang penampilannya.
Sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya, terlebih dahulu Alexa menerima arahan dari manajer. Ia pikir ia akan langsung menempati kubikel di divisi pemasaran, namun ternyata ia malah mendapatkan tugas menjadi seorang Sales Promotion Girl (SPG) untuk produk baru Royale yang akan diluncurkan ke pasaran.
Di hari pertamanya Alexa diminta terjun langsung ke lapangan mempromosikan parfum milik Royale dengan membagi-bagikan sampelnya pada setiap orang yang datang ke pusat perbelanjaan.
“Sekarang ini kami sedang butuh SPG. Kami harap kamu bisa membantu. Bekerjalah dengan baik. Kamu akan bekerja di kantor setelah tiga hari kamu bertugas di lapangan, setelah CEO yang baru menjabat. Semangat ya, berikan kami hasil yang maksimal.”
Seperti itu perkataan Bu Arini, manajer pemasaran, yang memberinya arahan beberapa saat lalu sebelum akhirnya ia berdiri di tengah-tengah pusat perbelanjaan terbesar di kota ini demi mengenalkan produk baru Royale pada konsumen.
Seperti SPG pada umumnya, dengan senyum ramah, senyum terkembang hampir memenuhi wajahnya, serta dengan tutur kata yang lembut namun terselip nada ajakan serta rayuan untuk membeli parfum yang ia promosikan, ia beraksi seorang diri dengan menyingkirkan perasaan malu.
“Royale Eau de Parfume terbaru, Bu, mari dicoba dulu. Siapa tahu wanginya cocok untuk Ibu yang cantik jelita ini. Yang ini wangi Lavender, Bu, wanginya lembut dan menyegarkan. Bu, Ibu tahu Julia Robert kan, nah, Julia Robert pakai parfum ini.” Seperti itulah Alexa mempromosikan parfum perusahannya pada setiap orang yang berlalu lalang di dalam pusat perbelanjaan tersebut.
Baru hari pertama bekerja, tetapi ia sudah diberi tugas seberat dan melelahkan sekali seperti ini. Bukan hanya tubuhnya yang lelah, mulutnya juga rasanya sudah pegal karena harus tersenyum pada semua orang. Belum lagi celotehannya yang tak pernah berhenti demi merayu konsumen agar tertarik membeli parfumnya.
“Apa gunanya aku kuliah empat tahun. Giliran dapat kerjaan, eh malah jadi sales begini. Apa bedanya aku dengan pedagang asongan coba. Udah dandan cantik begini malah jadi sales,” gerutunya dengan wajah cemberut saat beristirahat sejenak dengan mengaso pada bangku kecil sambil meneguk es jeruk peras yang dibelinya di konter di dalam mall itu.
Ngomong-ngomong tentang es jeruk peras, ia malah jadi teringat Julian, si dosen menyebalkan yang sudah diberhentikan dengan tidak hormat itu. Sedang apa dia sekarang? Apakah dia juga sedang mencari pekerjaan seperti dirinya?
Itu harus. Pria itu harus mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus dari dirinya karena ada tanggung jawab yang harus ditunaikan oleh pria itu. Jangan sampai anak dalam kandungannya ini kelak akan hidup kekurangan jika Julian tidak mendapatkan pekerjaan yang bagus. Begitu pikirnya.
“Jadi pengen makan rujak. Di mana ya kira-kira bisa beli rujak?” gumamnya kemudian setelah es jeruknya habis.
“Dengar ya. Ayahmu harus mendapatkan pekerjaan yang bagus. Aku tidak ingin kamu hidup susah nanti. Kamu harus hidup berkecukupan. Bisa sekolah di sekolah yang terbaik agar kelak kamu tidak akan jadi sales seperti ibumu ini,” ujarnya sembari mengelus perutnya.
***
Gedung utama Royal tengah gempar dengan kabar CEO baru yang akan menggantikan Kevin hari ini akan datang. Kabarnya lagi CEO yang baru ini masih muda dan tampan. Kabar yang beredar itu pun sampai membuat karyawati yang masih single berlomba-lomba mendandani diri dengan semaksimal mungkin.
Seperti kabar yang beredar, ternyata CEO baru kali ini memang masih muda dan tampan. Julian melangkah penuh percaya diri didampingi Ridwan dan petinggi Royale lainnya menuju ruang rapat dimana dewan direksi sedang menunggu.
Kedatangan Julian ini menyita banyak perhatian karyawati. Dalam sekejap Julian telah menjadi topik hangat di kalangan wanita single. Kabar tentang Julian yang belum memiliki pendamping pun beredar cepat di seantero Royale.
“Selamat datang di Royale. Saya Mike Ganendra, asisten Pak Julian.” Mike memperkenalkan diri sembari sedikit membungkukkan badannya ketika menghadap Julian di ruangannya selepas rapat direksi.
“Terima kasih, Mike. Aku harap kamu bisa bekerjasama dengan baik.”
“Kalau Pak Julian membutuhkan sesuatu, Pak Julian hubungi saya langsung. Saya selalu siap membantu dan mendampingi Pak Julian.” Mike mengeluarkan kartu namanya dan menyodorkannya dengan sopan pada Julian. Di dalam kartu nama itu tertera nomor ponselnya, yang diterima Julian dengan senang hati.
“Berhubung sekretaris lama sedang cuti melahirkan, saya mohon pamit sebentar ke bagian HRD untuk mengecek perkembangan seleksi calon sekretaris baru yang akan menggantikan sekretaris lama,” kata Mike, pria bertubuh jangkung dan berparas tampan tak kalah dari atasannya.
“Silahkan.”
Mike pun bergegas pergi. Meninggalkan Julian dengan beberapa berkas yang harus dipelajari dan diperiksanya ulang di hari pertama ia bekerja.
Selama ayahnya sakit rupanya Royale masih berjalan dengan baik berkat orang-orang kepercayaan ayahnya. Sehingga ia tidak perlu melakukan banyak evaluasi kinerja karyawan.
***
“Silahkan, Pak.” Mike membuka pintu mobil begitu Julian tiba di depan pintu lobi.
Julian kemudian masuk ke mobil. Sejurus kemudian mobil itu pun mulai bergerak meninggalkan pelataran Royale.
Hari pertama bekerja lumayan berjalan lancar. Tidak terdapat banyak kendala yang ia temui saat menggantikan ayahnya. Hanya saja jadwalnya belum tersusun rapi, sebab belum adanya sekretaris pribadi untuk membantu memudahkan pekerjaannya. Walaupun ada Mike, ia tetap membutuhkan seorang sekretaris yang akan mengatur semua jadwalnya.
“Pak Julian mau langsung pulang, atau masih ingin ke suatu tempat dulu?” tanya Mike sembari sesekali melirik spion di atas dashboard.
Pada jok tengah, tuannya itu tengah memandang ke luar jendela. Dari wajahnya, Julian terlihat seperti sedang melamun.
“Pak Julian ingin ke suatu tempat dulu atau kita langsung pulang saja, Pak?” Mike mengulang pertanyaan yang sama karena tidak ada tanggapan dari Julian.
“Kita langsung pulang saja.”
Terbiasa menyetir sendiri ke mana-mana, Julian merasa kurang nyaman singgah ke tempat lain dahulu. Maka ia memilih langsung pulang saja.
“Baik, Pak.”
Sebetulnya Julian ingin pergi menemui Alexa. Ia ingin tahu kabar gadis itu. Entah sedang apa gadis itu sekarang.
“Mike, apa kamu pernah melamar seorang gadis?” tanya Julian tiba-tiba.
Mike yang mendapat pertanyaan seperti itu sedikit kaget. Ia menoleh lagi pada kaca spion.
“Belum pernah, Pak. Tapi kalau melihat orang lain melamar kekasihnya, lumayan sering,” jawab Mike tersenyum kecil. Dari pertanyaan itu, ia bisa menebak kalau tuannya itu mungkin ingin melamar kekasihnya.
“Kalau memberi hadiah, pernah?”
“Belum juga, Pak. Saya belum punya seseorang untuk diberikan hadiah. Tapi jika Pak Julian butuh saran, saya mungkin bisa membantu.”
“Kira-kira hadiah apa yang disukai seorang gadis?”
“Banyak sebenarnya, Pak. Tergantung apa yang paling disukai oleh kekasih Pak Julian.”
Julian menghela napas panjang. “Yang paling dia sukai? Makan dan ngomel,” gumamnya lirih seraya tersenyum tipis saat bayangan Alexa yang sedang mengomel muncul dalam ingatannya.
Namun senyum itu surut saat matanya menangkap sosok familiar sedang berdiri tak jauh dari pusat perbelanjaan sambil mendekap kardus kecil yang entah apa isinya.
Mata Julian mengikuti sosok seorang gadis yang tengah menawarkan barang yang dibawanya pada setiap orang yang dijumpainya dengan wajah tersenyum. Meski mobilnya menjauh, ia masih bisa mengenali wajah gadis itu.
“Mike, bisa berhenti sebentar?” pinta Julian.
“Bisa, Pak.” Mike mencari tempat yang aman untuk menepikan mobil sebentar.
“Tunggu di sini sebentar.” Julian pun lantas turun dari mobil itu ingin menghampiri gadis yang dikenalnya sebagai Alexa. Gadis itu dilihatnya sedang menawar-nawarkan barang pada segerombolan gadis-gadis muda lainnya di sekitar tempat itu.
“Alexa,” panggilnya sembari menarik lengan gadis itu begitu menghampiri.
To Be Continued ...
ayooo berjuangg.. rebut Al dari robin/Determined/
kurang gercep
jadi gemeuss sama Alexa
saat sama pak Julian nyerocos gak bisa diem
giliran sama Robin kalah telak
heduuh
sabar sabaar. semoga dadamu Makin lebar pak Julian