NovelToon NovelToon
Aku Bukan Siapa-Siapa

Aku Bukan Siapa-Siapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Febbfbrynt

Ketidaksengajaan serta pengorbanan dalam sebuah kecelakaan membuat Alena langsung meninggal dan malah mengantarkan nyawa gadis itu dengan bertransmigrasi ke dalam salah satu novel favoritnya. Alena hanya menjadi adik dari salah satu teman protagonis pria—figuran. Dia hanya seorang siswi sekolah biasa, tanpa keterlibatan novel, dan tanpa peran.

Tapi, plotnya hancur karena suatu alasan, hidupnya tidak semulus yang dia bayangkan. Dia membantu masalah semua tokoh, namun di tengah itu, hidupnya tidak aman, ada orang yang selalu ingin mencelakainya.

____

"Aku memang bukan siapa-siapa di sini, tapi bukan berarti aku akan membiarkan mereka menderita seperti alurnya."—Alena.

~•~
note:
- author 'I Am A Nobody' di wp dan di sini sama

- Tokoh utama cerita ini menye-menye, lebay, dan letoy. Jadi, ga disarankan dibaca oleh org yg suka karakter kuat dan ga disarankan untuk org dewasa 20+ membacanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kakak Penyayang di Dunia yang Berbeda

Ini memang merepotkan, tapi Alena sangat bersyukur. Ia kira, mamanya itu akan mengambilnya, ternyata, Berliana malah memarahi Ravael karena tidak bisa menjaga adiknya.

Berliana mengintrogasi Ravael tentang kejadian itu yang hampir membuat masalah dengan protagonis wanita. Alena tidak tahu harus sedih atau tertawa. Ia langsung mencegah dan membela pelakunya bahwa kejadian itu tidak di sengaja.

Siang tadi, saat Berliana melihat luka di tangan putri kesayangannya, ia langsung mengajak Alena ke rumah sakit yang tentu saja Alena tolak. Jadi, Berliana hanya memanggil dokter Ferro. Dokter juga mengatakan, hanya luka ringan, dan hanya diberikan salep.

Saat ini, Alena tengah membaca buku di kamar, merupakan kebiasaannya sebelum tidur. Walaupun di sekolah belum belajar, tapi Alena harus menggali materi kelas sepuluh terlebih dahulu agar di gampangkan ke depannya. 

Di buku Alena bisa melihat, mengetahui, ilmu atau sesuatu yang baru. Selain membaca buku sekolah, Alena selalu membaca novel-novel menarik. Ya ... walaupun Alena sedang berada di dunia itu.

Gadis itu melirik jam yang menunjukan pukul 21.53. Sudah hampir dua jam ia belajar dan membaca novel. Matanya sudah memberat sedari tadi. 

Inilah salah satu alasannya membaca buku sebelum tidur, karena membaca bisa membuatnya mengantuk.

Ia menyimpan buku dan merebahkan diri di kasur sembari menatap langit-langit kamar.

Alena menghela nafas. "Semoga besok hariku akan menyenangkan, dan semoga aku bisa liat drama sesuai plot tanpa masalah."

Setelah tenang, gadis itu menutup mata perlahan. Karena rasa kantuk sudah melanda, Alena memasuki alam mimpi dalam waktu singkat.

***

Keesokan harinya, Alena bangun sendiri pada jam biasanya. Ia melakukan ritual pagi, memakai seragam.

Alena berdiri di hadapan cermin untuk melihat dirinya sendiri. Lebih tepatnya, wajah dan tubuh yang seharusnya bukan miliknya itu. Wajah yang terpampang di pantulan cermin benar-benar cantik, walaupun tanpa riasan apa pun.

Alena mengikat rambut asal. Beberapa helai rambut bagian depan tidak mencapai ikat rambut sehingga terurai di pinggir poni. Setelah puas berkaca, ia turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya.

Seperti biasa, Alena mengucapkan selamat pagi dan mencium satu-satu pipi mereka, lalu duduk memulai sarapan.

"Alena, apa tangan kamu udah gak pa-pa?" tanya Devian setelah mereka menyelesaikan sarapan. 

Alena menduga, sepertinya papahnya itu sudah tahu permasalahannya dari Berliana.

"Tentu baik, Pah. Ini cuma luka ringan kok," jawab Alena seraya menunjukan tangannya yang memang sudah sangat baik walaupun dalam semalam. 

"Tapi tetep aja, Alena. Mamah heran kenapa kamu selalu luka kalo berada di sekolah. Kamu ingatkan kejadian yang buat kamu amnesia? Padahal baru hari ke dua kamu ke sekolah. Dan kemarin hari pertama kamu mamah lihat kamu luka lagi," gerutu Berliana panjang lebar dengan nada sedikit kesal. Lalu, dia menatap Ravael tajam. "Ravael."

"Hah?" sahutnya terlihat linglung.

"Pokoknya, mamah gak mau tau! Alena jangan sampai luka lagi! Alena di sekolah jadi tanggung jawab kamu. Jadi, kalo ada apa-apa, kamu yang akan mamah salahin!" tambahnya penuh penekanan.

Ravael menghela nafas. "Iya, Mah. Ravael akan berusaha buat jagain Alena walaupun di luar jangkauan Ravael. Kemarin, kejadiannya terlalu ngedadak, jadi Ravael agak lengah," jawabnya tulus membuat hati Alena hangat.

Alena dan Devian hanya mendengarkan percakapan mereka tanpa berniat ikut campur, karena sepertinya mood Berliana sedang buruk. Wajahnya sedikit galak.

Berliana mengangguk puas. "Bagus. Kamu sebagai cowok harus nepatin janji kamu."

"Iya, iya, Mah," jawab Ravael terlihat sudah jengah.

"Alena."

"E-h, iyah, Mah?" jawabnya refleks karena Berliana memanggilnya tiba-tiba.

"Kamu jangan sampai mamah lihat luka lagi."

"Iya ...," balasnya tidak pasti, karena Alena juga tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, kan?

Setelah mendapatkan jawaban putrinya, tanpa berkata apa pun lagi Berliana pergi diikuti Devian yang tersenyum kepada kami terlebih dahulu. Sepertinya, mood Berliana benar-benar buruk. Alena sedikit bergidik melihat wajah mamahnya yang suram. 

Tapi, sudah jelas, sebenarnya dia sangat menyayanginya, karena Alena teringat bagaimana Berliana menangis terus-menerus setelah mendengar bahwa dirinya amnesia saat hari pertamanya di sini.

"Dek, kamu mau berangkat bareng kakak lagi gak?" 

Pertanyaan Ravael mengalihkan pandangan Alena yang awalnya melihat pintu di mana mamah dan papahnya yang sudah menghilang.

Alena menggaruk rambutku yang tidak gatal. "Mm ... sebenernya aku mau, tapi aku malu jadi pusat perhatian kayak kemaren. Jadi ... kakak duluan, deh. Aku di anterin sama sopir aja."

"Yakin, nih?"

Alena mengangguk.

Ravael mengusap rambutnya. "Ya udah, kakak duluan. Kalo ada yang gangguin kamu di sekolah, bilang aja oke?"

Alena mengangguk lagi. Lalu, Ravael berbalik melangkah pergi. Tetapi yang Alena perhatikan dia terlihat ragu?

Ravael berbalik kembali menatap adiknya. "Kalo kamu butuh sesuatu, ke kelas kakak aja, di XI IPA II.”

Alena tersenyum manis. "Iya, Kak. Makasih."

"Oke, sama-sama. Kakak duluan, ya."

Alena melambaikan tangan semangat. Ravael membalas lambaiannya dan pergi keluar. Sembari menatap kepergiannya. Alena termenung. 

Alena merasa sangat beruntung mempunyai kakak seperti Ravael yang tidak jauh berbeda dengan kakaknya dulu—Alodie. Hanya saja, dia kakak perempuan, dan sekarang Alena merasakan kasih sayang dari kakak laki-laki.

1
Fitri Apriyani
bagus banget kk cuma ap nya kuma satu bab jadi aku lama nunguin nya mana dah ngak sabar lagi aku harap jangan gantung ya ceritanya harus sampai tamat oke kk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!