Seri kedua Kau Curi Suamiku, Kucuri Suamimu. (Hans-Niken)
(Cerita Dewa & Fitri)
Masih ada secuil tentang Hans-Niken, ya? Juga Ratu anak kedua Hans.
Pernikahan yang tak diharapkan itu terjadi, karena sebuah kecelakaan kecil yang membuat warga di kampung Fitri salah mengartikan. Hingga membuat Fitri dan Dewa dipaksa menikah karena dituduh melakukan tindak asusila di sebuah pekarangan dekat rumah Fitri.
Fitri berusaha mati-matian supaya Dewa, suaminya bisa mencintainya. Namun sayangnya cinta Dewa sudah habis untuk Niken, yang tak lain istri dari Papanya. Dewa mengalah untuk kebahagiaan Papanya dan adik-adiknya, tapi bukan berarti dia berhenti mencintai Niken. Bagi Dewa, cinta tak harus memiliki, dan dia siap mencintai Niken sampai mati.
Sayangnya Fitri terus berusaha membuat Dewa jatuh cintai padanya, meski Dewa acuh, Fitri tidak peduli.
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, Tuan!"
"Silakan saja! Cinta tidak bisa dipaksakan, Nona! Camkan itu!"
Apakah Fitri bisa menaklukkan hati Dewa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8 - Penyesalan Dewa
Tidak menunggu lama, Dewa membawa tubuh Fitri ke kamar Fitri. Dia menggendong tubuh Fitri ke atas bahunya. Lalu sampai di kamar Dewa langsung menjatuhkan tubuh Fitri di atas kasur.
“Akh ...,” pekik Fitri.
Tak mau menunggu lama, Dewa pun melepas bajunya, dan membuangnya ke sembarang. Dia kembali menindih tubuh Fitri yang sudah terlihat beratakan, gaunnya sudah tidak berbentuk lagi. Fitri sudah kehabisan tenaganya, apalagi tadi Fitri sudah mendapat pelepasan pertama saat jari Dewa mengoyak bagian inti tubuhnya itu.
“Aku mohon, jangan lakukan ini, Dewa.”
“Kenapa? Bukannya ini yang sudah lama kamu nanti? Gak usah sok ketakutan begitu, tadi saja kamu sudah sampai basah seperti itu? Aku tidak akan menyakitimu kalau kamu tidak berontak, jadi diam!”
Fitri benar-benar tidak bisa berkutik di bawah tubuh kekar Dewa yang menindihnnya. Berontak pun Dewa pastinya jauh lebih kuat tenaganya. Dewa melepas semua pakaian Fitri, hingga tak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh mulus Fitri. Dewa pun melepaskan semua pakaiannya sampai tak tersisa di tubuhnya. Dia sudah tidak tahan ingin menghabisi Fitri malam ini dengan penuh gairah. Apalagi melihat tubuh mulus Fitri yang tanpa cela sedikit pun. Bahkan goresan luka sedikit pun tidak ada di tubuh Fitri.
“Dewa ... jangan, jangan lakukan itu, aku .... akkkhhh!!!” pekik Fitri dengan mencengkeram lengan Dewa, saat Dewa memaksa melesakkan bagian inti tubuhnya yang sudah keras dan besar itu.
“Akkhh ... sa—sakit, Dewa!” rintih Fitri.
“Sakit? Sudah nanti juga biasa. Kamu sudah menunggu lama aku menyentuhmmu, kan? Ini aku sentuh, kamu bilang sakit? Begini sakit, Fit?” Dewa menghentakkan miliknya dengan cukup keras, hingga Fitri merasakan ada robekan di dalam inti tubuhnya itu. Sakit dan perih rasanya, hingga tak terasa air mata Fitri membasahi pipi.
“Bagaimana? Sakit?” Dewa menggerakkan pinggulnya pelan, dan akhirnya semakin cepat tempo gerakannya.
“Cukup Dewa, ini sakit sekali!” pekik Fitri dengan suara serak menahan tangisnya.
“Tenang, Fit. Nanti juga kamu merasakan enak, jangan nangis, kamu juga sudah pengin, kan? Tiga tahun lho menunggu aku mau menyentuh kamu? Disentuh malah mau berhenti?” ucap Dewa dengan terus menggerakan tubuhnya di atas tubuh Fitri.
Dewa tidak peduli racauan dan rintihan Fitri yang kesakitan. Dia terus menjalankan aksinya itu tanpa perasaan. Hingga Dewa melakukan pelepasan di dalam rahim Fitri, dibarengi dengan Fitri yang kembali mecapai pelepasan.
Dewa terkulai lemas di samping Fitri. Fitri meringkuk membelakangi Dewa sambil menangis. Tubuhnya sampai bergetar merasakan sakitnya perlakuan Dewa saat tadi. Dewa mendengar isakan Fitri, sedikit terasa perih hatinya mendengar Fitri menangis. Dia pun tidak tahu kenapa sampai seperti itu dengan Fitri. Kemarahan tadi saat melihat Papanya bersama Mama sambungnya membuat Dewa melampiaskan semua itu pada Fitri.
Dewa mendekati tubuh Fitri. Lalu menyentuh lengan Fitri dan mengusapnya lembut. Namun, Fitri menepis tangan Dewa pelan. Tangis Fitri kembali pecah, mengingat semua tadi, saat Dewa dengan kejam menyentuhnya.
“Fit, aku minta maaf,” ucap Dewa dengan perasaan yang sedikit pedih mendengar Fitri menangis.
“Aku minta maaf.” Dewa memeluk Fitri dari belakang, menenangkan Fitri yang masih menangis. Ada perasaan nyeri di hati Dewa saat ini.
“Bersihkan tubuhmu, Fit, lalu kamu istirahat. Sekali lagi maafkan aku.”
Fitri bergeming, ia tidak peduli Dewa bicara apa. Fitri malah menarik selimutnya supaya menutupi tubuhnya yang masih polos itu.
Dewa akhirnya keluar dari kamar Fitri, lalu pergi ke kamar mandi lebih dulu. Dia menyalakan shower, lalu membiarkan badannya terguyur air dari shower. Dewa kembali membayangkan tadi saat dia melakukan itu pada Fitri, terlihat jelas bayangan Fitri yang kesakitan dan menangis saat Dewa melakukannya tadi. Dewa meremas kepalanya. Dia benar-benar menyesal. Harusnya ia pertama kali memberikan itu pad Fitri harus dengan kelembutan, bukan kasar seperti tadi. Dewa benar-benar menyesali perbuatannya tadi.
“Arrgghh!!!” dewa mengeram lalu tangannya memukuli dinding kamar mandi.
“Maafkan aku, Fit,” ucapnya parau.
Dewa masih terbayang-bayang wajah Fitri tadi, saat menangis kesakitan. Bayangan itu makn terasa jelas sekali, membuatnya terus merutuki dirinya sendiri.
Setelah selesai membersihkan diri, Dewa kembali ke kamar Fitri. Masih dalam posisi yang sama. Fitri masih bergelung dengan selimutnya, dan masih terdengar tangisan kecil Fitri. Hati Dewa sakit melihatnya. Semua karena ulah dirinya sendir yang seperti itu.
Dewa memberanikan diri menghampiri Fitri. Dia berjongkok di depan Fitri yang masih menangis, memangdani wajah Fitri yang pucat, mata sembab, dan merah. Benar-benar kacau sekali keadaan Fitri kali saat ini.
“Fit, bersihkan tubuhmu, yuk? Aku antar ke kamar mandi,” ucap Dewa dengan mengusap kepala Fitri.
Fitri menepis tangan Dewa. Dia membalikkan tubuhnya, membelakangi Dewa. Rasanya benci sekali melihat wajah Dewa kali ini.
“Fit, maafkan aku. Aku mohon, maafkan aku,” ucap Dewa dengan suara parau.
“Keluar dari kamarku,” ucap Fitri lirih.
“Iya aku akan keluar, tapi kamu bersihkan dulu badannya, ya? Aku bantu ya, Fit?”
“Keluar dari kamarku, Dewa!” ucap Fitri dengan suara cukup tinggi.
“Oke aku akan keluar. Tapi kamu bersihkan badanmu dulu ya, Fit?” ucap Dewa.
Dewa menuruti ucapan Fitri. Dia keluar dari kamar Fitri, membiarkan Fitri sendiri dulu. Wajar saat ini Fitri marah padanya, itu semua karena dirinya yang begitu kasar padanya tadi.
Fitri mencoba mendudukkan dirinya di tempat tidur. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit sekali. Apalagi di bagian inti tubuhnya. Begitu nyeri sekali. Ingin rasanya ke kamar mandi membersihkan tubuhnya, tapi Fitri yakin dia tidak bisa berjalan sampai kamar mandi. Sangat sakit sekali rasanya.
“Kenapa semua orang yang aku sayangi tidak ada yang menginginkanku? Ibu pergi saat aku masih bayi, Bapak sama sekali tidak menganggapku, sekarang suamiku? Dia melakukan semua ini juga dengan kejam dan kasar. Untuk apa aku dilahirkan ke dunia ini kalau semuanya tidak menginginkan aku, Bu?” ucap Fitri dengan terisak.
Dewa sebetulnya masih berada di dalam kamar Fitri. Dia sembunyi di sudut kamar yang dekat dengan pintu. Memang di situ ada celah sedikit. Dewa tidak bisa menahan lagi rasa sesak di dadanya.
Perlahan Fitri mencoba untuk turun dari tempat tidurnya. Ia pelan-pelan menapakkan kakinya di lantai, dan perlahan ia pun berdiri.
“Aww ... sakit sekali,” rintihnya.
Fitri mencoba berjalan perlahan, ia harus ke kamar mandi karena tubuhnya sangat lengket sekali, terlebih di area intinya itu.
“Akh!!!” pekik Fitri.
“Fitri!” Dewa langsung menangkap tubuh Fitri yang akan jatuh.
“Lepaskan!”
“Kamu jalan saja sulit, bagaimana aku bisa melepaskan?! Sudah aku antar ke kamar mandi!”
Dewa langsung menggendong tubuh Fitri, dan membawanya ke kamar mandi. Dewa mendudukkan Fitri di closet, lalu dia menyiapkan air hangat di bathup untuk berendam Fitri, supaya tubuhnya sedikit rileks, dan menghilangkan rasa sakit di area intinya.
“Sebentar aku siapkan air hangat, ya? Kamu tunggu di sini,” ucap Dewa.
Fitri bergeming, ia melihat Dewa menyiapkan air hangat untuknya. Lalu setelah itu dia mengambilkan bathrobe milik Fitri.
“Ayo itu airnya sudah siap. Kamu berendam dulu, ya? Biar tubuh kamu sedikit rileks, dan bisa meredakan sakit di area inti kamu.” Dewa memapah Fitri menuju ke bathup setelah Fitri beredam, Dewa pun keluar dari kamar mandi.
“Fit, ini handuk sama bathrobe nya, ya? Aku tinggal, kalau butuh apa-apa panggil aku, aku tunggu di kamar kamu,” ucap Dewa. Meski tidak ada jawaban dari Fitri, Dewa tak mengapa. Dewa tahu setelah ini pasti Fitri akan terus marah padanya, dan mungkin Fitri akan membenci dirinya seumur hidupnya.
Dewa keluar dari kamar mandi. Dia melihat tempat tidur Fitri yang berantakan. Dewa segera membereskan semuanya, mengganti sprey dan selimutnya. Dewa melihat ada noda merah di sprey. Hatinya tercubit melihat noda merah itu. Dewa marah pada dirinya sendiri, kenapa harus melakukan sekasar itu pada Fitri.
Setelah rapi, Dewa mengambilkan baju untuk Fitri, lengkap dengan dalamannya. Lalu ia membawa sprey dan selimut yang kotor keluar dari kamar.
Gak sabar lihat respon papa dewa dan mama niken 😂
1 nya berusaha mencintai 1 nya lagi mlh berusaha meminta restu 🤣🤣🤣
kann tau to rasane coba aja klo bener2 di diemin ma fitri apa g kebakaran jengot