Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 08
" Aaah Baginda, eughhh."
"Kenapa, sekarang kamu mau menyerah juga hmmm?"
Jenna tidak habis pikir. Cara pria ini bercinta sangat buruk. Jika terus seperti ini sungguh tubuhnya bisa saja hancur dan terluka.
"Baginda, bisakah saya melakukan sesuatu?"
Stefan mengerutkan alisnya. Tapi dia penasaran juga apa yang akan dilakukan wanita ini.
Bruuk
Stefan di dorong pelan oleh Jenna. Wanita itu kemudian naik ke atas tubuh Stefan. Dia meraih tangan Stefan lalu menempatkan di dadanya. Jenna membantu Stefan untuk menggerakkan tangan.
"Nah, lakukan seperti ini Baginda. Sebelum kita menuju hal utama, ada hal lain yang harus kita lakukan lebih dulu. Saya juga akan melakukan sesuatu kepada Anda."
Jenna turun dari atas tubuh Stefan. Dia mengulurkan tangannya dan menyentuh bagian paling sensitif milik Stefan.Dengan lembut Jenna menggerakkan tangannya. Stefan nampak menikmati itu. Dia bahkan sampai memejamkan matanya karena rasa nikmat yang dia terima.
Stefan ingat, saat bersama Esme, dia juga merasakan hal yang sama. Esme juga membimbingnya demikian. Namun dia selau tidak sabar dan langsung saja melakukannya tanpa sentuhan-sentuhan seperti ini.
Bukan hanya sekali Esme melakukan dan meminta hal semacam ini padanya. Tapi dia selaku berdalih bahwa hubungan suami istri itu tidak perlu bertele-tele karena akhirnya hanya akan sama.
Semenjak itu Esme tidak lagi melakukannya dan memilih untuk menerima saja apa yang Stefan lakukan.
"Bagaimana Baginda, lebih menyenangkan bukan? Dan tangan Anda juga bisa bermain di sini, gerakkan dengan lembut, ughhh."
Jenna menggelinjang saat jari-jari Stefan bermain di sana. Tentu saja atas petunjuk tangannya.
Hasrat Stefan memuncak. Dia menjatuhkan Jenna dan kemudian melakukan hal utama. Kini Jenna sudah bisa menerima. Meskipun rasanya masih sedikit sakit, tapi setidaknya tidak seperti sebelumnya. Miliknya tadi sudah cukup siap untuk menerima milik Stefan.
Namun sepetinya Stefan memang tipe kasar dalam bermain. Ketika mendorong tubuhnya, Stefan seperti terburu-buru dan juga begitu keras. Ini cukup membuat Jenna kewalahan.
"Ughhh Baginda."
"Tahan, tahan sebentar lagi. Ughhh, haaaah."
Benih berhasil disemburkan, Stefan menarik tubuhnya lalu ambruk di sisi Jenna."
"Apa wanita memang suka begitu?"
"Ya? Ah benar Baginda. Wanita ingin diperlakukan dengan lembut dan tidak terburu-buru."
Stefan bangkit dari ranjang. Dia meraih jubahnya dan pergi keluar. Jenna membuang nafasnya kasar. Lagi-lagi dia ditinggalkan sepeti ini setelah berhubungan.
"Baiklah tidak masalah, yang penting posisi Ratu itu akan jadi milikku. Ughhh, sialan ini sangat sakit."
Jenna memejamkan matanya sejenak. Dia bahkan membuka kakinya dengan lebar agar terkena udara. Itu cukup membuat rasa nyeri yang dirasakan sedikit berkurang.
Sedangkan Stefan, rupanya kakinya membawa dia menuju ke paviliun. Esme sudah tidak berada di istana ratu dan kini berada di paviliun. Sudah dua hari ini wanita itu di sana.
"Besok, besok adalah hari terakhir kamu ada di sini, Esme," ucap Stefan lirih. Dia ingin mendatangi Esme namun urung. Egonya yang tinggi membuatnya enggan mengakui bahwa dia sebenarnya merindukan wanita yang sudah lama dia nikahi itu.
Tapi besok semuanya sudah berubah, mereka sudah tidaka memiliki status apapun. Ya, mereka akan menjadi orang asing.
"Baginda, apa Anda kemari ingin bertemu dengan Lady Esme?"
"Tidak Paul, aku hanya berjalan-jalan saja. Paul, apa kau tidak bisa tetap di sini saja menjadi ajudan ku?"
"Maaf beribu maaf, Baginda. Saya sudah berjanji kepada Lady Esme untuk mengikuti beliau. Mungkin saya akan mulai dari bawah lagi tapi saya sungguh tidak bisa meninggalkan beliau. Terimakasih untuk tawaran Anda, Baginda."
Stefan menganggukkan kepalanya, dia lalu pergi begitu saja tanpa bicara lagi. Orang-orang yang berada di sisi Esme adalah orang yang begitu setia. Mereka akan ikut kemanapun Esme pergi, dan Stefan sudah tahu akan hal itu.
Malam bergulir dengan cepat. Dan benar saja utusan kerajaan yang dikirim ke Kuil Agung sudah kembali. Dia membawa sebuah surat yang berisi persetujuan perceraian dari Stefan dan Esme.
"Mula hari ini Ratu Esme Coventina Vasilica bukan lagi Ratu di kerajaan ini. Dan dia kembai menjadi Lady Esme Coventina putri dari Count Alber Coventina."
Dug dug dug
Palu diketuk. Sebuah keputusan sudah ditetapkan. Wajah-wajah sedih tertampak, dan wajah-wajah senang pun juga terlihat. Esme berjalan dengan tegap dan penuh percaya diri. Dia mendatangi Stefan dan mengucapkan selamat tingga.
"Semoga Anda bahagia, Baginda. Saya dengan tulus mendoakan kebahagiaan Anda."
"Pun dengan mu, Esme aku sungguh berharap kau juga bahagia. Sepeti yang aku bilang, jika kau berubah pikiran maka datanglah kepadaku. Aku akan kembali menerimamu."
"Terimakasih Baginda, saya rasa saya lebih cocok hidup tidak dengan Anda. Selamat menempuh kehidupan yang tidak ada saya di dalamnya. Saya Esme Coventina memberi hormat dan salam kepada matahari Vasilica. Semoga Anda selalu bahagia dan terus dilimpahkan kejayaan."
Esme langung pergi setelah memberi salam kepada Stefan. Di luar sebuah kereta kuda sudah menunggu. Disana ada Count Alber, Apul dan juga Daria yang sudah menyambut. Mereka masuk ke dalam dan pergi. Isak tangis mewarnai kepergian dari ratu yang begitu dicintai.
"Negara ini kehilangan ibu yang hebat."
"Betul, rasanya sungguh tidak percaya akan ada perpisahan begini. Ratu, bahkan baru sesaat kami sudah begitu merindukan Anda."
"Cih, siapa yang kalian panggil Ratu hah! Dia sekarang hanyalah putri seorang Count. Bahkan kedudukannya tidak lebih tinggi dari ku yang putri seorang Marquis. Lebih baik kalian bekerja, bereskan semua barang milik wanita itu dari istana ratu. Sebentar lagi akan ada ratu yang baru, dan tentunya aku tidak suka memakai barang bekas orang lain."
Doeeenggg
Semua orang yang mendengar ucapan Jenna membuka mulutnya lebar-lebar. Mereka begitu heran, bagaimana seorang selir bisa sangat percaya diri akan naik posisinya menjadi Ratu.
"Agaknya selir Jenna ini masih tidur ya. Bangun Selir Jenna, ini sudah hampir siang," ucap salah seorang dayang istana.
"Apa kau berkata bahwa aku sedang bermimpi? Lihatlah, jiak aku mengandung nanti, jika aku melahirkan pewaris, maka aku akan jadi ratu. Dan jika aku jadi ratu, maka orang yang akan aku usir untuk pertama kali adalah kalian yang sudah menghinaku."
Tap tap tap
Sambil mengangkat roknya, Jenna pergi dengan kesal. Sebenarnya mereka pun tahu kalau kemungkinan Jenna jadi ratu itu sangat besar. Tapi mereka tetap merasa tidak senang akan hal itu.
"Aku merasa ingin mengundurkan diri dari pekerjaan ini."
"Iya aku pun. Belum melayaninya saja sudah kesal setengah mati. Apalagi jika benar-benar jadi pelayannya. Haah, aku akan memberikan surat pengunduran diriku besok. Orang yang aku layani sudah pergi, jadi lebih baik aku pun kembali ke keluargaku"
Ternyata beberapa dayang dan pelayan juga ingin ikut Esme pergi. Mereka sudah merasa tidak nyaman berada di istana tanpa adanya Esme disana.
TBC
ditunggu kelanjutan dan keseruan kisah cinta dari janda mantan ratu dengan kaisar loyd /Drool/
semangat dan tetap sehat kak 🙏
daku padamu kaisar..sat set /Kiss/