NovelToon NovelToon
Pelacur Milik Sang CEO

Pelacur Milik Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta Terlarang / Mengubah Takdir
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Ayla, pegawai biasa yang diangkat menjadi resepsionis di perusahaan terkenal, terpaksa menjadi wanita malam demi biaya pengobatan adiknya. Di malam pertamanya, ia harus melayani pria yang tak disangka—bosnya sendiri. Berbeda penampilan, sang CEO tak mengenalinya, tapi justru terobsesi. Saat hidup Ayla mulai membaik dan ia berhenti dari pekerjaan gelapnya, sang bos justru terus mencari wanita misterius yang pernah bersamanya—tanpa tahu wanita itu ada di dekatnya setiap hari. Namun, skandal tersebut juga mengakibatkan Hana hamil anak bosnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gerutu Ayla

"Ah, saya lupa memberitahumu. Untuk acara nanti malam, kamu ikut, ya. Kamu yang akan mengurus seluruh agenda malam itu," ujar Kenzo dengan nada tegas, menatap Alya. "Saya akan mengirimkan email beserta alamat lengkapnya segera."

Baik Alya maupun Leo terkejut mendengar pernyataan itu. Terutama Alya, yang langsung merasa gugup. Ia tahu persis acara penting yang dimaksud—penghargaan award bisnis yang diadakan setiap tahun oleh perusahaan. Acara ini adalah salah satu momen paling prestisius, dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari berbagai industri.

"Kenapa harus saya, Pak?" tanya Alya dengan suara ragu, matanya sedikit membesar karena tak percaya. Ia merasa dadanya berdebar. Kenapa harus dirinya? Kenapa bukan orang lain yang lebih berpengalaman dalam menangani acara sebesar ini?

"Itu juga menjadi tugas Lia yang sekarang harus kamu gantikan," ujar Kenzo tanpa ragu.

Alya terdiam. Ucapan itu langsung membuatnya mengerti bahwa tidak ada pilihan lain. Ia harus menjalankan tugas ini, entah siap atau tidak.

Dalam perjalanan menuju mobil, Leo masih menatap Kenzo dengan penuh rasa penasaran. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya sejak tadi.

"Buat apa kau mengajaknya?" tanyanya akhirnya, memecah keheningan di antara mereka.

Kenzo hanya tersenyum tipis, seolah pertanyaan itu tidak mengejutkannya sama sekali.

"Seperti halnya tugas Lia, dia harus menggantikannya," jawabnya santai, seolah semua sudah menjadi bagian dari rencananya.

"Namun dia hanya pengganti sementara. Lagi pula, dia masih pekerja honorer. Seharusnya tidak diperbolehkan," sahut Leo dengan nada keberatan. Matanya menatap Kenzo dengan penuh tanda tanya. Ia merasa ada sesuatu yang janggal dalam keputusan sepupunya itu.

Kenzo menoleh sekilas, lalu kembali memandang ke depan dengan ekspresi santai. "Sudahlah, saat acara nanti malam, aku mungkin akan sangat sibuk. Aku tidak bisa selalu mengecek agenda secara langsung," ujarnya dengan nada tenang. "Dia yang akan melakukannya."

Leo masih belum sepenuhnya puas dengan jawaban itu. Matanya memperhatikan ekspresi Kenzo yang tampak tersenyum penuh arti. Ada sesuatu di balik keputusannya ini, sesuatu yang belum bisa Leo pahami.

Namun, ia memilih diam. Tidak ada gunanya berdebat dengan Kenzo jika pria itu sudah mengambil keputusan.

Leo menarik napas panjang dan mengalihkan pikirannya. Ia harus fokus pada persiapan acara nanti malam. Malam yang akan menentukan banyak hal. Apakah dirinya masih akan bertahan sebagai pemegang bisnis paling berpengaruh selama lima tahun berturut-turut? Apakah posisinya tetap kuat, atau ada yang akan mengguncang dominasi bisnisnya?

Jawabannya akan segera terungkap nanti malam.

Malam mulai menjelang, menyelimuti kota dengan cahaya lampu-lampu yang berkelap-kelip. Di rumah sederhana peninggalan orang tua Ayla dan Arya, suasana tampak berbeda dari biasanya.

Di dalam kamar kecilnya, Ayla terlihat sibuk. Tangannya dengan cekatan memilah-milah gaun yang ada di lemarinya yang tidak seberapa banyak. Sesekali ia mendesah kesal. "Kenapa harus aku yang menghadiri acara ini?" gerutunya sambil menarik salah satu gaun yang tersimpan di dalam lemari.

Gaun itu sudah cukup lama. Warnanya masih terlihat indah, meski sudah tidak baru lagi. Ini adalah gaun yang dibelikan oleh adiknya, Arya, dulu—semasa ia masih bekerja sebelum akhirnya tak lagi bisa bekerja karena penyakit yang dideritanya.

Ayla menatap pantulan dirinya di cermin. "Bisa-bisanya aku, seorang pegawai honorer yang biasa saja, diundang ke acara yang dihadiri para pebisnis hebat malam ini," gumamnya, masih tak percaya. Ia meraih bedak dan memoles wajahnya sendiri dengan kemampuan seadanya. Ia bukan tipe yang terbiasa berdandan, tapi setidaknya ia ingin terlihat rapi malam ini.

Pikiran tentang masa lalu sejenak melintas di benaknya. Orang tua mereka telah meninggal sejak ia dan Arya masih sekolah. Sejak saat itu, mereka hanya memiliki satu sama lain. Arya, sebagai adik laki-lakinya, sempat menjadi tulang punggung keluarga sebelum akhirnya harus berhenti bekerja karena penyakitnya. Kini, hanya Ayla yang berjuang mencari nafkah untuk mereka berdua.

Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Sudahlah, Ayla. Ini hanya satu malam," bisiknya pada diri sendiri. Ia tidak tahu apa yang menantinya di acara besar itu, tapi yang pasti, ia akan pergi. Bagaimanapun juga, ini adalah perintah langsung dari Kenzo.

"Aku juga harus mengeluarkan uang untuk memesan taksi. Padahal uangnya bisa aku tabung untuk biaya rumah sakit Arya. Sialan!" gerutu Ayla dengan nada kesal, bibirnya mengerucut sementara jarinya sibuk mengetik di layar ponselnya, memesan taksi online.

Hatinya terasa berat. Setiap rupiah yang dikeluarkan rasanya begitu berarti, terutama sejak Arya jatuh sakit. Ia selalu berusaha menghemat sebisa mungkin, menekan pengeluaran agar bisa menyisihkan lebih banyak untuk pengobatan adiknya. Namun malam ini, ia tidak punya pilihan lain. Transportasi umum bukan opsi yang baik jika ia ingin tiba di acara tepat waktu, apalagi dengan gaun lamanya yang sudah tidak begitu nyaman dipakai.

Sambil menunggu taksi datang, Ayla kembali bercermin, memastikan penampilannya. Wajahnya masih tampak sederhana, hanya dipoles sedikit bedak dan lipstik tipis agar tidak terlalu pucat. Rambutnya dibiarkan tergerai, meski ia sempat mempertimbangkan untuk mengikatnya agar terlihat lebih rapi.

Sementara di mansion keluarga Leo dan Kenzo, suasana yang penuh kesibukan terus berlangsung. Para staf rumah tangga tampak bekerja cepat, memastikan segala persiapan untuk acara bisnis terbesar tahun ini berjalan lancar. Di dalam ruangan yang lebih privat, Mika, seorang wanita paruh baya yang masih memancarkan kecantikan meski usianya sudah tidak muda lagi, sibuk membantu kedua putranya bersiap.

Dengan ketelitian, Mika merapikan dasi Leo, memastikan semuanya terlihat sempurna. Matanya penuh kasih sayang, seolah tak pernah lelah mengurus putra-putranya. Kenzo, yang sejak lama ia anggap seperti anak sendiri, juga tak luput dari perhatian. Mika dengan lembut memperbaiki kerah bajunya, memastikan penampilannya setara dengan ketampanan dan kekayaan yang mereka miliki.

"Mama yakin, kalian pasti menang kembali malam ini," ujar Mika dengan senyuman manis yang selalu bisa menenangkan hati siapa saja yang melihatnya.

Dia menatap kedua putranya dengan bangga, melihat mereka tumbuh menjadi pria yang sukses dan berpengaruh. Malam ini, bukan hanya sebuah penghargaan bagi mereka, tetapi juga sebuah pengakuan atas kerja keras dan dedikasi selama ini. Mika tahu, Leo dan Kenzo adalah calon-calon pemimpin yang luar biasa, dan dia merasa bangga bisa menjadi bagian dari perjalanan mereka.

Kenzo, yang merasa kasih sayang dan perhatian dari Mika seperti seorang ibu sejati, tersenyum kecil. "Terima kasih, Mama," ujarnya.

1
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
Maisya
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!