NovelToon NovelToon
I Am Morgan Seraphine

I Am Morgan Seraphine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Sugar daddy / Ayah Darurat
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Maeee

Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Comeback Home

Decitan ban mobil membentur aspal memecah kesunyian malam di jalanan kompleks perumahan. Mobil tersebut berhenti tepat di depan rumah Felix.

Dari dalam mobil tersebut keluarlah Morgan dengan tergesa-gesa. Ia segera menekan bel rumah, berharap dengan satu kali tekanan saja Felix akan langsung keluar, sehingga Cherry tak harus terbangun dari tidurnya.

Sekali lagi, Morgan memencet bel rumah, berusaha menunggu dengan sabar meskipun hatinya begitu tak karuan. Kakinya mengetuk-ngetuk aspal, berusaha mengusir rasa tak sabar dan sepi yang mengelilingi.

Tak lama kemudian pintu pun akhirnya terbuka, menampakkan sosok Felix yang seakan baru saja bangun dari tidurnya.

Felix mengucek matanya, mencoba melihat jelas manusia sialan yang bertamu tanpa tahu waktu. Sepanjang perjalanan ia sudah bertekad jika kedatangan tamu itu hanya untuk hal tak berguna maka ia akan memukulnya, memberikan dia pelajaran karena telah mengganggu waktu tidurnya.

"Morgan?" Felix mengerjapkan matanya dan matanya tidak salah.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku harus menjemput Cherry," jawab Morgan. Ia menatap wajah Felix tanpa ekspresi. Dirinya tahu telah tidak sopan mengganggu waktu tidurnya, tapi dirinya juga tidak akan pernah bisa tenang sebelum mengambil Cherry ke sisinya.

"Shit," umpat Felix. "Apa kau tidak mendengarkan apa yang kita bicarakan sore tadi?"

Tatapan mata Morgan meredup. "Jika aku memilih menundanya maka masalah ini tak akan pernah selesai."

Felix menggaruk kepalanya frustasi. Niatnya ingin membantu kedua belah pihak, tapi sepertinya dirinya justru malah melakukan kesalahan. Ya, mungkin hal salah memberitahu tentang keberadaan Cherry pada pria keras kepala seperti Morgan.

"Aku tidak akan mengizinkan mu!" putus Felix. Merentangkan tangan dan kakinya supaya Morgan tidak bisa menerobos masuk.

"Kau tidak punya hak untuk mengatur ku!" tegas Morgan.

"Aku sedang tidak mengatur mu, aku sedang membantu Cherry. Jika aku tidak punya hak untuk membantu Cherry, maka aku punya hak untuk membantu manusia, kebetulan Cherry adalah manusia, jadi sudah kewajiban ku untuk membantu sesama manusia."

Morgan memejamkan mata dan memijat hidungnya. Ia tidak berpikir akan dipersulit oleh temannya.

"C'mon, aku sudah sangat lelah hari ini. Jangan mempersulit ku lagi. Biarkan aku membawa Cherry pulang," ujar Morgan, berbicara dengan nada sedikit memelas. Tenaganya sudah habis hari ini.

"Lebih baik kau juga istirahat saja. Aku berjanji akan merawat Cherry dengan baik. Segera setelah dia lebih baik aku akan membantunya agar mau kembali padamu," saran Felix.

Morgan menepuk pundak Felix. Felix langsung menoleh ke sampingnya lalu kembali menatap wajah Morgan.

"Aku tahu kau peduli pada kami, aku berterima kasih untuk itu. Tapi, aku akan menyelesaikan masalah ku sendiri. Tidak perlu khawatir tentang Cherry, akulah yang paling tahu tentang dia," tutur Morgan penuh penekanan, membuat Felix tak bisa membantah lagi.

Morgan menepuk berulang kali bahu Felix, kemudian dirinya melangkah masuk.

Sesampainya di kamar, Morgan terdiam bahkan menahan napas kala melihat Cherry yang sedang terbaring. Ia mengusap wajahnya kasar. Ah, rasa bersalah yang menyelimuti dadanya begitu menyesakkan.

Morgan berjalan ke samping gadis itu, berusaha supaya langkah kakinya tak terdengar. Ia mencondongkan tubuhnya, menatap wajah Cherry yang tampak begitu pucat. Jari telunjuknya membelai, menyusuri wajah gadisnya.

"Morgan!" panggil Cherry dalam tidurnya sebelum akhirnya ia terlelap kembali.

Dengan hati-hati Morgan mengangkat tubuh mungil Cherry ke dalam pangkuannya. Tubuhnya terasa jauh lebih ringan. Untungnya, Cherry masih terlelap dalam tidurnya, dia menyandarkan kepalanya dengan nyaman ke bahu Morgan.

Morgan mengecup keningnya cukup lama. "I'm sorry," lirihnya.

Felix berdiri di ambang pintu, menyaksikan adegan di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Matanya tidak salah lihat kok, ia bahkan bisa merasakan sayangnya Morgan pada Cherry yang begitu besar dan tulus.

Felix menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Mungkin inilah saat yang tepat untuk mereka berdua menyelesaikan masalah mereka. Ia pun perlahan menggeser posisinya, memberi jalan pada Morgan.

Morgan tersenyum tipis. "Bagaimana pun, terima kasih," ucapnya.

Felix balas tersenyum tipis. "Pergilah atau dia akan terbangun dan langsung meloncat dari pelukan mu."

Morgan mengangguk. Ia dengan hati-hati membawa Cherry keluar dari rumah ini. Berjalan sambil terus berdoa kalau Cherry tak akan bangun dari tidurnya sebelum sampai ke rumah.

...----------------...

Cahaya pagi mulai merembes melalui celah jendela, diikuti oleh angin pagi yang menyegarkan, membangunkan Cherry dari tidurnya.

Cherry terdiam, tubuhnya terasa berat seakan ada beban yang menindihnya. Dengan mata yang masih terpejam ia merasakan kehangatan yang menyelimuti tubuhnya, tangannya pun secara spontan memeluk seseorang yang ada di sampingnya. Pelukannya terasa nyaman seperti pelukan Morgan, tapi dirinya ingat saat ini sedang tidur di rumah Felix.

Maka kemungkinan besarnya yang ia peluk saat ini pun adalah Felix. Cherry membuka matanya perlahan, pandangannya masih kabur. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyilaukan.

Namun, entah kenapa dirinya merasa tidak asing dengan ruangan ini. Bahkan, aroma wewangian di kamar ini justru terasa seperti di kamarnya. Perasaan semalam kamar Felix tak terasa seperti ini.

Saat pandangannya mulai jelas, Cherry langsung melihat pria yang tidur di sampingnya saat ini. Lelaki itu tampak tenang dengan wajah tampan yang terpahat sempurna dalam tidurnya.

Sekilas ia justru melihat dia adalah Morgan. Mata Cherry seketika terbuka lebar, kembali menatap wajah pria di sampingnya.

"Morgan?" gumamnya. Tidak salah lagi. Pria di sampingnya adalah Morgan, bukan Felix. Tanpa pikir panjang Cherry langsung menendang pria itu menjauh darinya.

"Kenapa aku ada di sini?" Cherry berusaha bangun sambil menahan tangisnya.

Morgan membuka mata, melihat Cherry hendak pergi, tangannya langsung terulur memeluk tubuh gadis itu dan menarik ke arahnya.

"Jangan pergi!" mohon Morgan, masih setengah sadar.

"Lepaskan aku!" pekik Cherry, mencoba melepaskan tangan Morgan yang melingkar di perutnya.

"Kenapa aku ada di sini? Aku tidak salah ingat semalam aku tidur di kamar Felix." Cherry masih berusaha keras untuk melepaskan tangan Morgan darinya meski logikanya sudah tahu bahwa usahanya akan sia-sia. Kekuatannya tak sebanding dengan pria itu.

"Maafkan aku!" lirih Morgan, memeluk Cherry semakin erat. "Aku salah, aku mengakui itu. Tolong maafkan aku!"

Cherry berhenti memberontak. Dua pergelangan tangannya bergerak menghapus air mata yang hampir jatuh. Ia diam, sinar matahari seakan menyoroti air mata yang membasahi pipinya.

Morgan berusaha untuk bangun tanpa melepaskan tangannya dari Cherry. Ia duduk di belakang gadis itu, pundaknya lebar sehingga bisa memeluk seluruh tubuh Cherry.

Ia membenamkan wajahnya ke rambut Cherry. Dalam keheningan pagi ini baik Cherry maupun Morgan larut dalam perasaan yang sulit dijelaskan.

"Maaf!" lirih Morgan.

"Kamu tidak salah. Kenapa harus minta maaf?" ucap Cherry berusaha tegar. "Kita tidak melakukan kesalahan. Aku hanya sadar diri."

"Bukankah sudah seharusnya aku pergi dari rumah ini setelah kamu memiliki wanita yang benar-benar kamu cintai dan akan kamu ajak hidup selamanya?"

"Kamu salah paham, Cherry," ucap Morgan, pembawaannya lebih santai.

"Dia bukan kekasih ku."

"Lalu? Apakah dia temanmu? Teman macam apa yang akan melakukan hubungan intim? Bukankah itu hanya dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai dan saling menginginkan?" Cherry tak bisa menahan tangisnya.

"Menjijikan," ketus Cherry. Ia menekan dua matanya agar tidak menangis.

"Ya, aku memang menjijikan. Tapi aku menyayangimu Cherry, jadi aku mohon jangan pernah pergi lagi dari hidupku."

"Kamu boleh menghinaku, memukul ku, lakukan apapun yang kamu mau padaku untuk melampiaskan amarah mu itu, tapi aku mohon jangan tinggalkan aku!"

"Aku tidak mau," jawab Cherry cepat. "Aku tahu, setelah kamu memiliki wanita yang kamu sayangi maka kamu tidak akan menyayangi ku lagi. Aku tidak ingin merasakan rasanya kasih yang bertepuk sebelah tangan karena itu menyakitkan."

Morgan menghela napasnya pelan. Sepertinya ia benar-benar harus mengatakan semuanya pada gadis itu.

"Dengar Cherry, dia bukanlah kekasih maupun temanku, dia hanya kupu-kupu malam yang aku beli," ungkap Morgan.

Cherry menahan napasnya, tapi tak lama kemudian tatapannya meredup kembali.

"Tapi tetap saja, kalian berhubungan intim," gumam Cherry. "Kalian melakukannya bahkan di kasur yang biasa kita gunakan untuk tidur bersama."

"Sebagai gadis yang sudah dewasa mungkin kamu pun paham kebutuhan seperti apa yang pria dewasa butuhkan." Morgan perlahan melepaskan pelukannya dan duduk di samping Cherry.

"Aku bernasib sial dalam percintaan ku, aku tidak pernah menemukan wanita yang mau aku ajak hidup bersama selamanya, tapi hasrat tetaplah hasrat yang tak bisa dipendam, karena itulah aku memutuskan untuk menyewa mereka."

"Tidak ada kasih sayang di dalam hubungan intim itu. Dia hanya bekerja dan aku hanya sedang melampiaskan hasrat ku."

"Ada aku," sergah Cherry, menoleh pada Morgan.

Morgan pun langsung menoleh padanya.

Cherry menyentuh dadanya. "Kamu bisa melakukannya padaku, jadi kenapa harus mereka?"

Morgan membuang napas dari mulutnya sembari berpaling dari Cherry.

Cherry menunduk. Memikirkan ekspresi terakhir Morgan yang seakan tak senang dengan ucapannya.

"Apa tubuhku tidak bisa memuaskan mu? Apa yang kurang dariku? Kenapa kamu harus melakukannya bersama mereka di saat aku ada di samping mu?"

"Kita tidak bisa melakukannya, Cherry," sergah Morgan, nada suaranya tak sengaja meninggi beberapa oktaf.

"Kenapa?" Cherry bertanya balik tak kalah berteriak.

"Karena kamu putriku."

"Aku bukan putri mu," ralat Cherry. Keduanya sama-sama berpaling dari satu sama lain.

"Sejak kapan aku menjadi putri mu? Kita hanya dua orang asing yang tak punya hubungan darah. Kamu mungkin membesarkan aku, tapi kamu tidak bisa menjadi ayahku," ucap Cherry menohok.

Morgan menatap lantai yang kakinya pijak. Ia tak bisa berkata-kata lagi.

"Aku sudah mengatakannya padamu bahwa aku mencintaimu. Bukan cinta seorang putri pada ayahnya, tapi cinta seorang wanita pada pria," ungkap Cherry memberanikan diri.

"Aku tidak masalah jika kamu mau melakukan ini dan itu padaku dan aku bersedia untuk hidup selamanya bersama mu. Aku tidak peduli apa kata orang, aku juga tidak peduli bagaimana hidup kita ke depannya, aku hanya ingin kita bersama selamanya."

Cherry berdiri di hadapan Morgan, gadis itu tak ada hentinya menghapus air mata.

"Aku hanya memiliki mu dalam hidup ku, hanya kamu yang tulus mencintai ku, dan hanya kamu yang menginginkan aku tetap hidup. Aku bahkan tidak pernah membayangkan suatu hari nanti kita berpisah karena aku memiliki kekasih atau suami."

"Harapan ku hanya satu, hidup dan matiku bersama mu. Apa kamu sungguh tidak bisa mengabulkan permintaan ku itu?"

Morgan tak kunjung menjawab, pria itu bahkan menghindari tatapannya, hatinya semakin memanas, rasanya sakit sekali, diamnya Morgan pasti sebuah jawaban bahwa dia menolak permintaannya. Cherry berlari keluar dari kamarnya.

"Seharusnya kamu tidak membawaku pulang," ucap Cherry di ambang pintu.

Morgan menatap kepergian Cherry. Ia menjatuhkan kembali tubuhnya ke ranjang. "Argh!" Ia meringis. Sekarang semuanya terasa jauh lebih rumit dari sebelumnya. Kali ini gadis itu tampak sangat serius dengan ucapannya.

1
Esti Purwanti Sajidin
makane si drak nakal bgt ya sama cery
Vanilabutter
agresif kali si cherry
Vanilabutter
ini kenapa dar der dor sekali baru chap awal /Facepalm/.... semangat thor
my_a89
Kein Problem Thor, santai aja..semangat Thor✊
Elmi Varida
lanjut thor
Elmi Varida
kasihan sih sebenernya cherry...
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲
Elmi Varida
ikut nyimak thor. lanjut ya..
Elmi Varida: Amen, sama2 Thor. sukses terus dan tetap semangat ya..
Fairy: Makasih udah baca cerita aku yang tak sempurna ini☺️ kakaknya semoga sehat selalu, dikasih rezeki yang berlimpah, dan selalu dalam lindungan Tuhan☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!