NovelToon NovelToon
Menantu Bar-bar Itu Aku

Menantu Bar-bar Itu Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Selingkuh / Mengubah Takdir / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Chicklit
Popularitas:17k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Ainun

menikah dengan laki-laki yang masih mengutamakan keluarganya dibandingkan istri membuat Karina menjadi menantu yang sering tertindas.
Namun Karina tak mau hanya diam saja ketika dirinya ditindas oleh keluarga dari suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8. dituduh selingkuh

Karina dengan cepat menggandeng tangan Aldo dan mengajaknya masuk ke dalam kamar, berusaha mengalihkan perhatiannya dari keributan yang terjadi di ruang tamu.

"Mama, tadi itu siapa?" tanya Aldo dengan rasa penasaran.

Karina menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Owh, tadi itu ibunya suami Tante." Ia kemudian memandang Aldo dengan mata yang serius, "Oh, iya, Aldo, disini sebentar ya. Tante harus keluar sebentar." Suaranya yang lembut namun tegas membuat Aldo mengangguk patuh, "Jangan keluar kamar dulu sebelum Tante masuk ya."

Aldo memandang wajah karina dengan mata yang penuh kepercayaan, lebih baik ia mengikuti perintah Karina daripada harus berpisah kembali. Ia mengangguk lagi, menunjukkan kesediaannya untuk menunggu.

Karina keluar kamar dan menutup pintu kamarnya dengan lembut, kemudian ia berpaling menghadap Bu Marni yang masih menunggu penjelasan dari Karina. Wajah Bu Marni terlihat tegang dan mata yang tajam memandang Karina dengan rasa tidak puas.

Karina mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara dengan nada yang lembut namun tegas, "Bu, bisa tidak sih kalau ngomong itu disaring dulu. Aldo itu masih sangat kecil, tidak sepantasnya ibu bicara seperti tadi dihadapan Aldo."

Bu Marni mengangkat alisnya dengan rasa tidak percaya, sambil berkacak pinggang dan menatap Karina dengan mata yang tajam. "Heh Karina, kamu itu sudah salah nyolot ya. Ibu mana yang tidak marah, melihat istri dari anaknya membawa anak selingkuhannya kerumah," ucapnya dengan nada yang kasar dan penuh kecaman.

Karina menghela napas berat, mempersiapkan diri untuk menjelaskan sesuatu yang sulit dipercaya. "Aldo itu bukan anak selingkuhanku, Bu! Aku juga tidak tau dia siapa, bahkan aku baru bertemu Aldo hari ini. Aku tidak sengaja menabrak anak itu saat di taman kota, tapi entah kenapa tiba-tiba anak itu memanggil ku dengan sebutan mama."

Bu Marni menggelengkan kepala, tidak percaya dengan penjelasan Karina. "Cih... apa tidak ada alasan lain yang lebih masuk akal?" tanyanya dengan nada yang sinis dan penuh keraguan.

Karina mengangkat bahu dan menghela napas berat, merasa lelah dengan percakapan yang tidak kunjung usai. "Ini bukan sebuah alasan, Bu. Semua yang aku katakan tadi fakta sebenarnya," ucapnya dengan jujur.

Namun, Bu Marni tidak mau percaya dan malah mengucapkan kata-kata yang menusuk hati Karina. "Mana ada maling ngaku maling, yang ada penjara penuh."

Karina merasa sakit hati dan memutuskan untuk mengakhiri percakapan. "Terserah sih ibu mau percaya atau tidak. Yang jelas semua yang aku ucapkan tadi memang kenyataan sebenarnya. Capek juga jelasin sama ibu, yang ada aku selalu salah terus dimata ibu." Dengan nada yang sedih dan kecewa, Karina berlalu pergi meninggalkan Bu Marni yang masih berdiri dengan wajah yang masam.

Karina harus segera kembali ke kamarnya untuk menghampiri Aldo, yang pasti masih menunggunya dengan penuh harapan.

Karina membuka pintu kamarnya dengan lembut, berharap untuk menemukan Aldo yang masih terjaga dan menunggunya. Namun, saat ia memasuki kamar, ia disambut oleh pemandangan yang membuatnya tersenyum. Aldo terbaring di atas kasur, tubuh mungilnya meringkuk dalam posisi yang tidak terlalu rapi, namun terlihat sangat damai. Suara napasnya yang teratur dan lembut menandakan bahwa ia telah tertidur. Karina menggeleng-gelengkan kepalanya dengan senyum yang lembut, merasa lega dan bahagia melihat anak kecil itu yang sedang tidur dengan nyenyak.

"Ternyata ketiduran," gumam Karina dengan suara lirih yang penuh kasih sayang. Ia membenarkan posisi tidur Aldo dengan lembut, kemudian menyelimuti tubuh kecilnya dengan selimut miliknya.

Karina menatap wajah Aldo yang sedang tertidur pulas, mata kecilnya terpejam dan napasnya teratur. Senyum Karina menghiasi wajahnya secara tidak sengaja, namun tiba-tiba air matanya tak terbendung lagi. Air mata yang mengalir di pipinya mencerminkan perasaan haru dan bahagia yang dirasakannya. Karina merasa hatinya terisi dengan cinta dan kasih sayang yang mendalam terhadap anak kecil yang sedang tidur di depannya.

"Aldo, meskipun kita baru bertemu, entah mengapa Tante merasa bahagia," bisik Karina dengan suara yang lembut dan penuh perasaan. Ia menatap wajah Aldo yang sedang tertidur pulas, dan mata air matanya kembali mengalir. "Kehadiranmu seperti memberikan Tante kesempatan merasakan nikmatnya menjadi seorang ibu. Terimakasih sudah menganggap Tante seperti mamanya Aldo."

Karina buru-buru menghapus air mata yang mengalir ke pipinya dengan punggung tangannya, berusaha menyembunyikan perasaannya yang terlalu terbuka. Namun, tanpa disangka, kelelahan dan perasaan bahagia yang mendalam membuat Karina pun juga ikut terlelap tidur di samping Aldo. Ia terbaring di samping Aldo dengan posisi yang santai, napasnya teratur dan wajahnya terlihat damai.

****

Saat Lusi tiba di rumah, ia langsung masuk ke dalam kamarnya dengan langkah yang cepat dan penuh keinginan untuk melakukan sesuatu. Pertama-tama, ia mengambil ponselnya dan mulai mencari kontak nomor Andrew, papanya Aldo. Ia menggulirkan layar ponselnya dengan jari-jarinya, mencari nama Andrew di daftar kontaknya. Setelah menemukannya, ia langsung menghubungi nomor tersebut.

"Hallo, assalamu'alaikum, Bu," suara Andrew terdengar jelas melalui telepon.

"Wa'alaikumsalam, kamu masih di kantor, ndrew?" tanya Lusi dengan nada yang santai.

"Iya, Bu, Andrew masih di kantor. Ada apa?" jawab suara di seberang telepon dengan nada yang penasaran.

Lusi mengambil napas dalam-dalam sebelum memulai ceritanya. "Ini soal Aldo..." ucapnya dengan nada yang serius.

"Aldo, kenapa, Bu? Ada apa?" tanya suara di seberang telepon dengan nada yang khawatir.

Lusi melanjutkan ceritanya dengan detail. "Jadi begini, ndrew, tadi waktu ke mall, saat melintas di taman kota, tiba-tiba saja Aldo memaksa minta turun. Katanya dia lihat mamanya. Aldo lari ke taman, kejadiannya begitu cepat, sampai-sampai mama tadi hampir kehilangan jejak Aldo. Tapi untung saja Aldo bisa ditemukan kembali. Dan yang bikin mama kaget, ternyata Aldo sedang bersama seorang wanita yang sangat mirip dengan almarhumah mamanya. Namanya Karina, bisa dibilang kemiripan mereka hampir 90 persen." Suara Lusi terdengar penuh kekagetan dan keheranan saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Apa, mana ada wanita yang mirip dengan Stevia? Mama jangan mengada-ada deh," pekik Andrew dari seberang telepon dengan nada yang tidak percaya dan sedikit kesal.

"Mama serius, ndrew, mama melihatnya sendiri dengan jelas. Bahkan saat ini, Aldo sedang berada di rumah Karina, wanita yang mirip dengan almarhumah mamanya Aldo."

Andrew terdiam sejenak, seolah-olah ia sedang mencoba memproses informasi yang baru diterimanya. Kemudian, ia meledak dalam kemarahan, "Apa, ma? Kenapa mama biarkan Aldo bersama orang asing? Kalau sampai terjadi sesuatu pada Aldo, bagaimana?" Suaranya terdengar penuh kekhawatiran dan kemarahan.

"Ma, tidak ada yang bisa menjamin baik buruk kelakuan orang lain, apalagi kalau orang yang baru kita kenal," ucap Andrew dengan nada yang khawatir dan berhati-hati.

Namun, Lusi segera menenangkannya dengan suara yang lembut dan percaya diri. "Percaya sama mama, ndrew, lagipula Karina menyuruh ibu membawa KTP miliknya. Sudah lah, lebih baik setelah kamu pulang kerja nanti kita jemput Aldo di rumah Karina."

Lusi mengakhiri kalimatnya dengan nada yang tegas dan memutuskan. "Mama tutup dulu, assalamu'alaikum."

Andrew hanya bisa menjawab dengan singkat, "Wa'alaikumsalam.." Sebelum panggilan telepon pun berakhir, meninggalkan Andrew dengan perasaan yang masih campur aduk.

Lusi meletakkan ponselnya di atas nakas dengan lembut, mengakhiri percakapan yang telah berlangsung. Ia kemudian memandang ke arah lain, seolah-olah terpikir oleh sesuatu. Andrew memang begitu protektif terhadap Aldo, itu tidak bisa disangkal.

Apalagi setelah istrinya meninggal, tak pernah Andrew membiarkan Aldo tidak mendapatkan apa yang diinginkan anaknya. Lusi tersenyum sedikit saat memikirkan hal itu. Kemudian, pikirannya beralih ke Karina, wanita yang baru dikenalnya hari ini. "Karina... Wanita yang sangat cantik," gumam Lusi dengan suara yang lembut. "Wajahnya mirip dengan Stevia. Meskipun baru mengenalnya, tapi aku yakin Karina itu wanita baik."

Lusi menghela napas pelan, seolah-olah mengharapkan sesuatu. "Ah, seandainya Karina belum menikah, sudah pasti akan aku jodohkan dengan Andrew." Suara Lusi terdengar seperti gumaman yang tidak sengaja terucap, namun mata hatinya terlihat berharap bahwa kebahagiaan Andrew dan Aldo akan segera datang.

****

Dokkk... Dokkkk... Dokkkk... Suara gedoran pintu yang keras dan berulang-ulang memecahkan kesunyian siang itu. "Karina, bangun kamu!" Teriakan Bu Marni yang keras dan tidak sabar terdengar dari luar kamar.

Karina menoleh ke arah jam dinding yang tergantung di dinding kamar, ternyata sudah menunjukkan pukul 1 siang. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah-olah mencoba menghilangkan kantuk yang masih membalutnya.

"Mama, kenapa nenek marah-marah terus?" Aldo bertanya dengan suara yang masih mengantuk.

Karina menoleh ke arah Aldo dan tersenyum lembut. "Nenek nggak marah kok, sayang. Nenek cuma bangunin kita saja, karena kita sudah tidur lama dan sekarang saatnya makan siang."

Aldo menganggukkan kepalanya dengan polos, seolah-olah mempercayai penjelasan Karina. "Owh..." katanya dengan suara yang masih lembut..

Karina mengajak Aldo untuk keluar kamar, meninggalkan kenyamanan dan kehangatan tempat tidur mereka. Saat mereka keluar, Bu Marni masih terus mengomel dan berteriak, membuat Aldo merasa takut dan bersembunyi di belakang tubuh Karina.

"Ada apa sih, Bu? Ada Aldo, jangan teriak-teriak begitu," ucap Karina dengan suara yang lembut dan berusaha menenangkan.

Namun, Bu Marni tidak mau didiamkan dan malah melototkan matanya, membuat Aldo semakin takut dan memeluk kaki Karina. "Siapa kamu ngatur-ngatur? Ini rumahku, suka-suka aku mau teriak atau apa," ucap Bu Marni dengan nada yang keras dan tidak mau diatur.

Karina tidak ingin melawan kali ini, karena ada Aldo yang sedang merasa takut. "Iya, terserah ibu saja," ucap Karina dengan suara yang lembut dan berusaha menghindari konflik

"Cepat kamu siapkan makan siang, sebentar lagi Rina dan Rani akan pulang," perintah Bu Marni dengan nada yang tegas dan tidak sabar.

"Tanpa disuruh, ini juga mau nyiapin makan siang," ucap Karina dengan nada yang santai dan sedikit berseloroh. Ia kemudian berlalu pergi mengajak Aldo ke dapur, karena tak mungkin untuk meninggalkan Aldo sendirian.

Karina tidak ingin Aldo terlalu lama berada di dekat Bu Marni, yang terkadang bisa bersikap kasar dan tidak sabar. Ia ingin melindungi Aldo dari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan, dan karena itu, ia mengajak Aldo untuk ikut serta dengannya ke dapur.

"Mama mau masak?" tanya Aldo dengan suara yang polos dan penasaran.

Karina tersenyum dan menjawab, "Enggak, sayang, cuma mau siapin makan siang."

Namun, tiba-tiba Karina teringat bahwa dirinya sedang membawa Aldo, anak orang kaya. Ia merasa bahwa makanan yang sedang disiapkannya mungkin tidak sesuai dengan selera Aldo. Karina merasa sedikit ragu dan tidak yakin apa yang harus dilakukan.

"Apa saja, ma, asalkan masakan mama, aku mau makan," jawab Aldo dengan suara yang polos dan bersahaja.

Karina merasa lega dan tersenyum, senang bahwa Aldo tidak memiliki selera makanan yang sulit. "Tapi, cuma ada lauk kaya gini," ucap Karina sambil memperlihatkan lauk yang ada di atas meja.

Aldo memandang lauk-lauk tersebut dengan mata yang bersinar, kemudian menunjuk sayur SOP dengan jarinya. "Aku mau kok, ma, pakai ini saja." Karina tersenyum lega dan merasa syukur bahwa Aldo tidak meminta makanan yang aneh-aneh atau mahal. Ia berpikir dalam hati, "Kalau sampai minta repot juga, Karina punya uang dari mana coba?" Namun, ia tidak mengungkapkan pikiran tersebut dan malah mengangguk dengan senyum.

Sekarang Aldo duduk di meja makan, siap untuk menikmati sayur SOP yang telah disiapkan oleh Karina. "Mau Tante suapin?" tanya Karina dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang.

Aldo menatap Karina dengan mata yang polos, kemudian menjawab, "Sebenarnya aku sudah bisa makan sendiri, ma. Tapi karena aku kangen disuapin sama mama, boleh Aldo minta disuapin untuk hari ini."

Kedua mata Karina mulai berkaca-kaca, terharu oleh perkataan Aldo yang menyentuh hatinya. Anak sekecil Aldo sudah harus kehilangan kasih sayang seorang ibu, dan sekarang ia harus merindukan momen-momen kecil seperti disuapin oleh ibunya. Karina tak bisa membayangkan bagaimana rasa rindu Aldo terhadap mamanya, dan hatinya terasa sakit oleh pemikiran tersebut.

Karina segera mengangguk dan tersenyum, berusaha untuk tidak menunjukkan perasaannya yang sebenarnya. "Boleh dong, sayang. Ayo, Tante suapin ya." Karina mengambil sendok dan mulai menyuap Aldo dengan lembut, berusaha untuk memberikan kasih sayang dan perhatian yang sama seperti yang Aldo terima dari ibunya.

"Horeee... aku makan disuapin mama!" Aldo terlonjak kegirangan, matanya bersinar dengan kebahagiaan. Ia merasa sangat gembira karena dapat merasakan kembali momen-momen kecil seperti disuapin oleh ibunya, meskipun kali ini oleh Karina.

Setelah selesai menyuap Aldo, Karina tidak lupa untuk makan sendiri. Ia duduk di sebelah Aldo dan menikmati sayur SOP yang sama. Setelah mereka berdua selesai makan, Karina dan Aldo bermain bersama. Mereka berlari-lari kecil di ruang tamu, tertawa dan bersenang-senang. Karina memainkan peran sebagai "mama" sementara, dan Aldo sangat menikmati perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh Karina.

Rina dan Rani yang baru pulang sekolah terlihat bingung dan penasaran saat melihat Aldo bermain dengan Karina di ruang tamu. "Bu, itu anak kecil yang sama mbak Karin siapa?" tanya Rani dengan suara yang penasaran dan sedikit ragu.

Bu Marni hanya mengendikkan bahunya, seolah-olah tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. "Daripada ngurusin yang nggak penting, lebih baik sekarang kalian ganti baju terus makan," perintah Bu Marni dengan nada yang tegas dan tidak sabar.

Rina dan Rani pun patuh dengan perintah ibunya dan mulai berjalan menuju kamar untuk mengganti baju. Namun, Rina yang sangat penasaran dengan kehadiran Aldo tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Ia menghentikan langkahnya saat melewati Karina dan Aldo, dan menatap Karina dengan mata yang penasaran. "Mbak Karin, siapa anak kecil itu?" tanya Rina dengan suara yang pelan dan penasaran.

"Namanya Aldo," jawab Karina dengan singkat.

Rina terlihat penasaran dan bertanya lagi, "Aldo? Maksud aku, dia anak siapa?"

Aldo yang sedang bermain tiba-tiba menghentikan aktivitasnya dan menatap Rina dengan mata yang polos. "Mama dia siapa?" sahut Aldo dengan nada yang penasaran.

Rina terkejut dan mengeluarkan pekikan kecil, "Mama?" Ia tidak mengerti mengapa Aldo memanggil Karina dengan sebutan "mama".

Karina tersenyum dan menjelaskan, "Oh, ini namanya Tante Rina. Tante Rina ini kembar, loh. Kembarannya namanya Tante Rani. Mereka itu adiknya suami Tante," ujar Karina dengan nada yang santai dan menjelaskan.

"Adiknya suami mama? Berarti adiknya papa dong," ujar Aldo dengan nada yang polos dan penasaran.

Karina terlihat bingung dan tidak tahu harus menjelaskan kepada Aldo seperti apa.

Rina yang masih penasaran dengan kehadiran Aldo kembali bertanya, "Mbak Karin, dia siapa?"

Karina menghela napas panjang, seolah-olah mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan. "Rina, lebih baik kamu ganti baju terus makan deh. Mbak juga bingung mau jelasin mulai dari mana," ujar Karina dengan nada yang santai dan sedikit lelah.

Rina terlihat kecewa dan berkata, "Ish, pelit banget sih mbak," kemudian berpaling dan pergi dari hadapan Karina dengan langkah yang cepat dan sedikit kesal.

Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat dan Karina serta Aldo telah menghabiskan waktu bersama dengan bermain dan bercanda. Hingga tak terasa, jam pun sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore, menandakan bahwa hari sudah mulai berakhir.

Karina memandang Aldo dengan kasih sayang, namun juga teringat bahwa Aldo tidak memiliki baju ganti untuk mandi. "Sayang, kamu nggak bisa mandi disini, karena tidak punya baju ganti," ujar Karina dengan nada yang lembut dan menjelaskan. "Kita tunggu papamu saja yuk didepan. Sebentar lagi pasti papa sama Oma datang," tambah Karina dengan senyum yang menenangkan.

Aldo mengangguk dengan polos dan menjawab, "Oke, mama." Ia tidak terlihat kecewa atau kesal, melainkan hanya mengikuti instruksi Karina dengan patuh.

Karina mengajak Aldo duduk di teras depan warung Bu Marni yang kebetulan sudah tutup. Mereka duduk bersama, menikmati suasana sore yang tenang dan damai. Karina memandang Aldo dengan kasih sayang, merasa bahwa waktu yang mereka habiskan bersama telah berlalu begitu cepat. Ah, rasanya tidak rela kalau harus berpisah dengan Aldo, pikir Karina. Ternyata mengurus anak itu menyenangkan sekali, membuatnya merasa bahagia dan puas.

Tiba-tiba, suara deru motor memecahkan kesunyian sore itu. Karina menoleh ke arah suara dan melihat Rudi memasuki halaman rumah Bu Marni dengan motor. Rudi melepaskan helmnya, kemudian menghampiri Karina yang berada di teras warung.

"Mas..." sapa Karina dengan lembut, kemudian mencium punggung tangan Rudi sebagai tanda hormat.

Rudi menatap Karina dengan tatapan yang tajam dan penasaran, kemudian bertanya, "Anak itu siapa, Karin?"

Aldo yang merasa takut dengan tatapan Rudi kembali bersembunyi di belakang tubuh Karina, memeluk kaki Karina dengan erat. "Mama, Aldo takut," ucap Aldo dengan suara yang pelan dan gemetar.

Rudi mengernyitkan keningnya, terlihat bingung dan penasaran. "Mama?" ulangnya, tidak mengerti mengapa Aldo memanggil Karina dengan sebutan tersebut.

Sebelum Rudi bisa bertanya lebih lanjut, Bu Marni tiba-tiba mendekat dengan wajah yang marah dan menyerang. "Anak selingkuhannya Karina," sahut Bu Marni dengan nada yang tinggi dan penuh kemarahan. Rudi terlihat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan ibunya.

"Rudi, kamu tau, istrimu membawa anak dari selingkuhannya kerumah ini," lanjut Bu Marni dengan nada yang penuh kemarahan. "Istrimu itu mau terang-terangan memperlihatkan bahwa dirinya selingkuh. Ini buktinya, anak ini bahkan memanggil Karina dengan sebutan mama." Bu Marni menatap Rudi dengan mata yang marah, menuduh Karina telah melakukan sesuatu yang sangat salah.

Mendengar penjelasan ibunya, Rudi langsung percaya begitu saja tanpa mau mendengarkan penjelasan Karina. Wajahnya memerah dengan kemarahan, dan ia tidak memberi kesempatan kepada Karina untuk menjelaskan.

"Nggak mas, ibu bohong. Ibu cuma fitnah aku, biar mas Rudi marah sama aku," ujar Karina dengan suara yang terguncang dan penuh air mata.

Namun, Rudi tidak mau mendengarkan dan malah memarahi Karina. "DIAM KAMU KARINA! Kurang ajar sekali kamu malah menuduh ibu memfitnah kamu," teriak Rudi dengan suara yang keras dan penuh kemarahan. Tangan kanan Rudi mulai terangkat, hendak menampar pipi Karina. Namun, sebelum Rudi bisa melakukannya, sebuah suara yang keras dan tegas terdengar dari arah jalan.

"Tunggu! Jangan pernah menyakiti wanita!" teriak seseorang dengan suara yang penuh otoritas dan kemarahan.

Bersambung...

1
FLA
iyess Karina
FLA: suruh pegangan ya kak, ntar jatoh lagi🤭
mama Ainun: 😁😁😁 Karina bingung
total 2 replies
Diyah Pamungkas Sari
trauma pernikahan tuh sakit bgt loh. kk ku dlu jg trauma smpe punya keinginan melajang seumur hdp. krn ngeliat sendiri suami nyiksa istri dan itu adlh kerabat dkt.
mama Ainun: iya bener, apalagi kalau sudah kdrt kak.
total 1 replies
FLA
yeah aku setuju Karina ma Andrew
FLA: Aamiin
mama Ainun: semoga berjodoh ya kak☺️
total 2 replies
aries
Iya ih, jangan sampai Andrew ngasih trauma buat Karina lagi. kasihan kan Karina.
mama Ainun: semoga saja Andrew mendengarkan ibunya 🤲🏻
total 1 replies
Rizka_ris
nah kan, di pecat juga akhirnya.
mama Ainun: biar tau rasa 😳
total 1 replies
FLA
jeng jeng, bikin pingsan gak ya tu surat🤣
FLA: hooh deng mending di siksa pelan pelan dulu ya
mama Ainun: wah terlalu cepat kak😳
total 4 replies
wong jowo
siap-siap menderita Rudi
mama Ainun: lagi siapin mental 😁
total 1 replies
Rizka_ris
Rasain tuh Rudi🥱
mama Ainun: karma menanti 🤧
total 1 replies
aries
makan tu istri baru pembawa rejeki 🤣
aries: 🤭🤭🤭🤭🤭🤭
mama Ainun: Weh 😳😁
total 4 replies
FLA
haa emang enak di kibulin, enak amat naik jabatan di pecat lah iye🤣
FLA: hooh dah, kasih aja yg manis manis dulu yak
mama Ainun: 😅😅😅 biar seneng dulu kak
total 2 replies
wong jowo
itu syarat promosi jabatan apa syarat perceraian Thor?😅
mama Ainun: terimakasih banyak kak🙏🏻
wong jowo: 😅😅😅 semangat author
total 3 replies
aries
Weh, Rudi terlalu bodoh. mana ada promosi jabatan kok pakai kk KTP sama buku nikah. jangan jangan ini ide Andrew dan CEO tempat kerja Rudi itu ya sih Andrew ini.
lanjut Thor, penasaran!
mama Ainun: ditunggu 🤫🤫
total 1 replies
Erni Nofiyanti
sama aja kamu yg cerai in Karina.
wong data semua dari kamu
mama Ainun: 😁😁😁 belum sadar
total 1 replies
FLA
hayo lo anak sape tuh
FLA: wah wah dapet sisa nya tu laki nya, ups🤭
mama Ainun: 🤭🤭🤭🤭 maybe kak.
total 4 replies
aries
jangan-jangan Lisa hamil bukan anaknya Rudi
mama Ainun: hayooo😁
total 1 replies
wong jowo
Thor buat hidup Rudi si manusia mokondo sengsara..
wong jowo: oke di tunggu thor
mama Ainun: siap, ditunggu kelanjutannya kak pasti dapat balasan nanti.
total 2 replies
aries
Karina, kamu harus secepatnya bercerai biar bisa hidup bahagia ❤️‍🔥
mama Ainun: ditunggu sampai resmi bercerai ya kak.
total 1 replies
FLA
terima Rin percaya deh, beres pokoknya mah
FLA: uh tentu benar itu, apa sih yg gak bisa kalo uang sudah berbicara
mama Ainun: asal ada uang semua beres ya kak😁
total 2 replies
aries
nah loh, sukurin deh Lisa.
mama Ainun: biar tau rasa...
total 1 replies
Sutri Empik
gimana Lisa enak jadi mantunya buk Marni,,,,,
mama Ainun: menyesal kayaknya 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!