menikah dengan laki-laki yang masih mengutamakan keluarganya dibandingkan istri membuat Karina menjadi menantu yang sering tertindas.
Namun Karina tak mau hanya diam saja ketika dirinya ditindas oleh keluarga dari suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8. dituduh selingkuh
Tak ingin Aldo mendengar keributan antara dirinya dengan mertuanya, Karina mengajak Aldo untuk masuk kedalam kamarnya terlebih dahulu.
"Mama, tadi itu siapa?"
"Owh tadi itu ibunya suami Tante. Oh iya, Aldo, disini sebentar ya. Tante, harus keluar sebentar. Jangan keluar kamar dulu sebelum Tante masuk ya."
Aldo pun mengangguk patuh. Lebih baik dirinya mengikuti perintah mamanya daripada harus berpisah kembali.
Karina keluar kamar dan menutup pintu kamarnya. Saat keluar kamar, Ternyata Bu Marni masih menunggu penjelasan dari Karina.
"Bu, bisa tidak sih kalau ngomong itu disaring dulu. Aldo itu masih sangat kecil, tidak sepantasnya ibu bicara seperti tadi dihadapan Aldo."
"Heh Karina, kamu itu sudah salah nyolot ya. Ibu mana yang tidak marah, melihat istri dari anaknya membawa selingkuhannya kerumah." ucap Bu Marni sambil berkacak pinggang.
Karina menghela napas berat. "Aldo itu bukan anak selingkuhanku Bu! Aku juga tidak tau dia siapa, bahkan aku baru bertemu Aldo hari ini. Aku tidak sengaja menabrak anak itu saat di taman kota, tapi entah kenapa tiba-tiba anak itu memanggil ku dengan sebutan mama."
"Cih.. apa tidak ada alasan lain yang lebih masuk akal?"
"Ini bukan sebuah alasan Bu. Semua yang aku katakan tadi fakta sebenarnya."
"Mana ada maling ngaku maling, yang ada penjara penuh." ucap Bu Marni kekeh tidak ingin percaya.
"Terserah sih ibu mau percaya atau tidak. Yang jelas semua yang aku ucapkan tadi memang kenyataan sebenarnya. Capek juga jelasin sama ibu, yang ada aku selalu salah terus Dimata ibu." Karina berlalu pergi meninggalkan Bu Marni.
Karina harus segera kembali ke kamarnya untuk menghampiri Aldo.
Ceklek...
Saat membuka pintu kamarnya, ternyata Aldo ketiduran di atas kasur. Karina menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tubuh mungil Aldo yang sedang meringkuk di atas tempat tidur.
"Ternyata ketiduran." Gumam Karina dengan suara lirih.
Karina membenarkan posisi tidur Aldo, kemudian menyelimuti tubuh Aldo dengan selimut miliknya.
Karina menatap wajah Aldo yang sedang tertidur pulas. Tanpa sengaja senyum Karina menghiasi wajahnya, namun tiba-tiba air matanya tak terbendung lagi.
"Aldo, meskipun kita baru bertemu, entah mengapa Tante merasa bahagia. Kehadiranmu seperti memberikan Tante kesempatan merasakan nikmatnya menjadi seorang ibu. Terimakasih sudah menganggap Tante seperti mamanya Aldo." buru-buru Karina menghapus air mata yang mengalir ke pipinya. Tanpa disangka, Karina pun juga ikut terlelap tidur disamping Aldo.
****
Begitu Lusi sampai di rumah langsung masuk kedalam kamarnya, pertama yang dilakukan adalah menghubungi putranya atau papanya Aldo yang bernama Andrew.
Lusi mencari kontak nomor Andrew, setelah menemukan langsung menghubunginya.
"Hallo assalamu'alaikum Bu."
"Wa'alaikumsalam, Kamu masih di kantor ndrew?"
"Iya Bu, Andrew masih di kantor. Ada apa?"
"ini soal Aldo..."
"Aldo, kenapa Bu? Ada apa?"
"Jadi begini ndrew, tadi waktu ke mall, saat melintas di taman kota, tiba-tiba saja Aldo memaksa minta turun. Katanya dia lihat mamanya. Aldo lari ketaman, Kejadiannya begitu cepat, sampai sampai mama tadi hampir kehilangan jejak Aldo. Tapi untung saja Aldo bisa ditemukan kembali.
Dan yang bikin mama kaget, ternyata Aldo sedang bersama seorang wanita yang sangat mirip dengan almarhumah mamanya. Namanya Karina bisa dibilang kemiripan mereka hampir 90 persen."
"Apa, mana ada wanita yang mirip dengan Stevia Ma. mama jangan mengada-ada deh." pekik Andrew dari seberang telepon.
"Mama serius ndrew, mama melihatnya sendiri dengan jelas. Bahkan saat ini Aldo, sedang berada dirumah Karina wanita yang mirip dengan almarhumah mamanya Aldo."
"Apa ma? Kenapa mama biarkan Aldo bersama orang asing? Kalau sampai terjadi sesuatu pada Aldo bagaimana?"
"Anakmu sendiri yang merengek minta ikut Karina ndrew. Mama yakin Karina itu wanita baik-baik kok, meskipun baru mengenalnya."
"Ma, tidak ada yang bisa menjamin baik buruk kelakuan orang lain, apalagi kalau orang yang baru kita kenal."
"Percaya sama mama ndrew, lagipula Karina menyuruh ibu membawa KTP miliknya. Sudah lah, lebih baik setelah kamu pulang kerja nanti kita jemput Aldo dirumah Karina. Mama tutup dulu, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam.."
Panggilan pun berakhir..
Lusi meletakkan ponselnya diatas nakas. Andrew memang begitu protektif terhadap Aldo. Apalagi setelah istrinya meningg4l, tak pernah Andrew membiarkan Aldo tidak mendapatkan apa yang diinginkan anaknya.
"Karina.. Wanita yang sangat cantik. Wajahnya mirip dengan Stevia. Meskipun baru mengenalnya, tapi aku yakin Karina itu wanita baik. Ah, seandainya Karina belum menikah, sudah pasti akan aku jodohkan dengan Andrew." Gumam Lusi.
****
Dokkk.. Dokkkk.. Dokkkk..
"Karina, bangun kamu!"
Terdengar suara gedoran pintu dan juga suara teriakan Bu Marni. Karina menoleh kearah jam dinding ternyata sudah jam 1 siang.
"Mama, kenapa nenek marah-marah terus?"
Karina menoleh kearah Aldo. "Nenek nggak marah kok sayang. Nenek cuma bangunin kita saja, karena kita sudah tidak lama dan sekarang saatnya makan siang."
"owh..." Aldo menganggukkan kepalanya.
Karina mengajak Aldo untuk keluar kamar. "Ada apa sih Bu, ada Aldo, jangan teriak-teriak begitu."
Bu Marni melotot kan matanya, membuat Aldo takut dan bersembunyi dibelakang tubuh Karina.
"Siapa kamu ngatur-ngatur! Ini rumahku, suka-suka aku mau teriak atau apa."
"Iya terserah ibu saja." Karina tak ingin melawan kali ini, karena ada Aldo.
"Cepat kamu siapkan makan siang, sebentar lagi Rina dan Rani akan pulang."
"Tanpa disuruh ini juga mau nyiapin makan siang." ucap Karina, kemudian berlalu pergi mengajak Aldo kedapur.
Karina harus mengajak Aldo, karena tak mungkin untuk meninggalkan Aldo sendirian. Bisa-bisa nanti dimakan nenek lampir lagi.
"Mama mau masak?"
"Enggak sayang, cuma mau siapin makan siang."
Tiba-tiba Karina teringat, saat ini dirinya sedang membawa Aldo, anak orang kaya. Tidak mungkin mau makan makanan yang sedang Karina siapkan.
"Aldo, kamu mau makan apa nak?"
"Apa saja ma, asalkan masakan mama, aku mau makan."
"Tapi, cuma ada lauk kaya gini." ucap Karin sambil memperlihatkan lauk yang ada.
"Aku mau kok ma, pakai ini saja." Aldo menunjuk sayur SOP.
Karina tersenyum lega, syukurlah Aldo tidak meminta makanan yang aneh-aneh. kalau sampai minta repot juga Karina, punya uang dari mana coba.
"Sekarang Aldo makan ya, mau Tante suapin?"
"Sebenarnya aku sudah bisa makan sendiri ma. Tapi karena aku kangen disuapin sama mama, boleh Aldo minta disuapin untuk hari ini."
Kedua mata Karina mulai berkaca-kaca. Anak sekecil Aldo sudah harus kehilangan kasih sayang seorang ibu. Sungguh Karina tak bisa bayangin gimana rasa rindu Aldo terhadap mamanya.
Karina mengangguk. "Boleh dong say, ayo Tante suapin ya."
"Horeee... aku makan disuapin mama." Aldo terlonjak kegirangan.
Setelah selesai menyuapi Aldo, tak lupa juga Karina makan. Baru setelahnya Karina dan Aldo bermain.
Rina dan Rani yang baru pulang sekolah dibuat bingung dengan kehadiran Aldo dirumah itu.
"Bu, itu anak kecil yang sama mbak Karin siapa?" tanya Rani.
Bu Marni hanya mengendikkan bahunya. "Daripada ngurusin yang nggak penting, lebih baik sekarang kalian ganti baju terus makan."
Rina dan Rani pun patuh dengan perintah ibunya. Karena sangat penasaran, Rina pun menghentikan langkahnya saat melewati Karina dan Aldo.
"Mbak, dia siapa?"
"Namanya Aldo."
"Aldo? Maksud aku, dia anak siapa?"
"Mama dia siapa?" sahut Aldo.
"mama?" pekik Rina kaget, kenapa juga anak itu memanggil Karina mama.
"Oh ini namanya Tante Rina. Tante Rina ini kembar loh, kembarannya namanya Tante Rani. Mereke itu adiknya suami Tante."
"Adiknya suami mama? Berarti adiknya papa dong."
"Hah." Karina pun bingung harus menjelaskan kepada Aldo seperti apa.
"Mbak Karin, dia siapa?"
Karina menghela napas panjang. "Rina, lebih baik kamu ganti baju terus makan deh. Mbak juga bingung mau jelasin mulai dari mana."
"ish, pelit banget sih mbak." ucap Rina kemudian pergi dari hadapan Karin.
Tak terasa Karina dan Aldo menghabiskan waktu bersama dengan bermain dan bercanda. Hingga tak terasa jam pun sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore.
Karena tidak memiliki baju ganti untuk Aldo, Karina tidak bisa menyuruh Aldo mandi.
"Sayang, kamu nggak bisa mandi disini, karena tidak punya baju ganti. Kita tunggu papamu saja yuk didepan. Sebentar lagi pasti papa sama Oma datang."
"Oke mama."
Karina mengajak Aldo duduk diteras depan warung Bu Marni yang kebetulan sudah tutup. Mungkin sebentar lagi Aldo akan dijemput orangtuanya. Ah, rasanya tidak rela kalau harus berpisah dengan Aldo. ternyata mengurus anak itu menyenangkan sekali, pikir Karina.
breeeeeem.. deru suara motor Rudi memasuki halaman rumah Bu Marni. Rudi melepaskan helm nya, kemudian menghampiri Karina yang berada diteras warung.
"Mas.." sapa Karina kemudian mencium punggung tangan Rudi.
"Anak itu siapa Karin?"
Mendapat tatapan tajam dari Rudi membuat Aldo kembali takut dan bersembunyi di belakang tubuh Karina.
"Mama, Aldo takut."
Rudi mengernyitkan keningnya. "mama?"
"Mas, aku bisa jelasin semuanya. Aldo ini adalah..."
"Anak selingkuhannya Karina." sahut Bu Marni yang tiba-tiba mendekat.
"Rudi, kamu tau, istrimu membawa anak dari selingkuhannya kerumah ini. Istrimu itu mau terang-terangan memperlihatkan bahwa dirinya selingkuh. Ini buktinya, anak ini bahkan memanggil Karina dengan sebutan mama."
mendengar penjelasan ibunya, tentu saja Rudi langsung percaya begitu saja tanpa mau mendengarkan penjelasan Karina.
"Nggak mas, ibu bohong. Ibu cuma fitnah aku, biar mas Rudi marah sama aku."
"DIAM KAMU KARINA.. kurang ajar sekali kamu malah menuduh ibu memfitnah kamu."
Tangan kanan Rudi mulai terangkat hendak menamp4r pipi Karina.
"Tunggu! Jangan pernah menyakiti wanita." teriak seseorang dari arah jalan.
Bersambung...