Perjalanan hidup Gaman julang yang tidak pernah tuntas menyelesaikan pendidikan di sekolah maupun di pesantren.
Ia tidak bisa mengimbangi waktu dengan hobinya bermain musik,sehingga sekolahnya terbengkalai.
meski demikian, dia seorang yang cerdas.
Hingga suatu ketika dia harus bergelut dengan problematika hidup dan beban moral menghadapi gunjingan keluarga dan tetangga.
Semua sepupunya terbilang telah hidup sukses dan sudah punya keluarga sendiri,tinggal ia seorang yang masa depannya tak tentu arah.
Ditengah kehidupannya yang relatif carut marut secara ekonomi ,dia jatuh cinta dengan putri seorang Kyai besar pengasuh pondok pesantren.
Tantangan terberatnya harus bersaing dengan dua orang lain yang juga ingin melamar putri sang Kyai.
Mereka berdua mapan secara ekonomi dan punya gelar akademik S2 lulusan Universitas Al-azhar Kairo,Mesir.
Upaya apa yang akan dilakukan Jul untuk menghadapi tantangan tersebut demi menaklukkan hati sang Kyai agar menerima ia sebagai menantu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungdadan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RESMI MENJADI SANTRI
Pukul 10:00 pagi , kami menunggu di depan ndalem sampai yai selesai mengaji.
Beberapa saat menunggu ,akhirnya jam ngaji telah selesai.
Yai turun dari mesjid ,beliau berjalan dengan langkah pelan memegang kitab di dadanya.
Langkah yang penuh makna terlihat dari sudut depan ndalem.
Aura kewibawaan terpancar menggetarkan dada . Terlantun bunyi bakyak amat merdu iringi langkah kakinya.
Dedauan pohon sawo depan masjid berguguran seakan memberi hormat kepada orang shaleh.
Angin berhembus tipis - tipis mengantarkan semerbak wangi aroma Sang Kyai.
Subhanallah ,jantungku berdegup kencang tatkala memandang langkahnya yang membawa kesejukan.
Aku dan mas Ahmad bersiap - siap untuk soan menghadap Beliau.
Kami berdua dipersilakan masuk dengan sangat ramah ; "monggo - monggo pinarak ."
Di atas karpet abu - abu kami duduk berhadap - hadapan.
Melihat mas Ahmad yang menudukkan kepala , aku pun ikut demikian .Maklum rocker jadi belum tau bagaimana harus bersikap ketika bertemu Yai.
Subhanallah , setelah mas Ahmad menyampaikan maksud kedatangan kami , dengan senang hati yai menerimaku sebagai santrinya.
Tutur kata halus lembut , santun perangainya , wajah yang seolah memancarkan cahaya penerang kegelapan , semuanya baru pernah ku lihat.
Sekarang aku resmi di terima menjadi santri di Darul hikam.
Mas Ahmad akan menginap satu malam di Pondok .Rencananya esok hari mas Ahmad baru pulang kembali ke Purbalingga.
Aku berkenalan dengan beberapa teman yang dari Purwokerto .Kalau yang dari purbalingga ada tiga orang yang sudah lebih dulu nyantri di sini.
Kebetulan aku sudah kenal semua kalau yang dari Purbalingga , karena mereka juga masih ada hubungan kerabat dan satu kampung denganku , yang beda kecamatan cuma satu ,tapi itupun aku sudah kenal.
Kami berbincang - bincang dengan teman baruku , ditemani kopi hitam dan rokok , ada juga tembakau lintingan yang mesti nge linting sendiri dulu kalau mau ngerokok.
Aku bertanya apa saja yang perlu ku siapkan pertama kali nyantri , peraturan apa saja yang harus ditaati ,termasuk tingkatan -tingkatan kelas , jam pelajaran dan lain -lain semua ku tanyakan.
Setelah teman - temanku kembali ke kamarnya masing - masing ,lalu mas Ahmad memberiku wejangan serta nasihat.
"Jul ,kamu harus betah dan istiqomah di sini ! di sini adalah tempat penuh barokah , ngaji sing mempeng biar dapat ilmu yang bermanfaat untuk agama ,negara ,dunia dan akhirat ."
"Ilmu bermanfaat itu bukan semata - mata yang membuat orang jadi terkenal , jadi tokoh masyarakat , jadi imam mesjid ,bukan itu intinya."
"Akan tetapi ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang membuat pemiliknya menjadi takut kepada Tuhannya , meskipun sejatinya ilmu itu sendiri ya milik Allah , manusia hanya di titipi."
Ku dengarkan dengan seksama nasihat serta petuah dari mas Ahmad.
Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam , pukul 01:00 dini hari.
Mata mulai mengantuk , badan juga terasa masih letih karena dari semalam belum tidur.
"Ya sudah kita istirahat dulu ,tidur jul ! Kamu harus ingat pesan - pesan yang mas sampaikan tadi ,kamu harus bisa bikin ibu bahagia."
Keesokan harinya mas Ahmad bersiap - siap mengemas barang hendak kembali ke Purbalingga.
Sebelum itu ,dia keliling berpamitan dari mulai ndalem Yai sampai menemui gus - gus teman lamanya.
Habis mengunjungi teman - teman lamanya, mas Ahmad berpamitan meninggalkanku di Pondok.
Kami berdua berpelukan lalu bersalaman.
Sedih juga rasanya harus berpisah , namun semua ini demi kebaikanku dan masa depanku.
Aku harus serius mengaji ,mau nangis tapi malu disaksikan banyak orang .Lagi pula masa rocker nangis kan nggak pantes banget.
Nggrentes di hatiku ; "Ibu...aku akan lama tidak berjumpa denganmu , sehat - sehat di rumah Ibu."
"Hati - hati di jalan mas , sampai jumpa lagi "; dengan berat ku lepas tangan mas Ahmad yang akan pulang.
Aku dan tiga temanku yang dari Purbalingga mengantar mas Ahmad sampai gerbang depan pondok untuk menunggu Bis.
Hatiku masih terasa gundah belum tentram menemani mas Ahmad menunggu bis.
Sambil menunggu bis mas Ahmad masih terus memotivasi diriku agar selalu semangat belajar , betah di pondok dan taat peraturan.
Mas Ahmad juga berkali - kali mengingatkanku agar selalu menjaga sikap , tata krama , dan sopan santun.
Ini adalah tempatnya orang - orang shaleh ,orang baik ,orang - orang berilmu ,sebisa mungkin aku harus menyesuaikan diri di dunia yang sangat bertentangan dengan kehidupanku sebelumnya.
Nilai - nilai moral yang tak pernah ku dapati di lingkungan pergaulanku dulu , semua ada di sini.
" toooot....toooot...." , terdengar bunyi klakson bis , beberapa detik lagi aku berpisah dengan mas Ahmad.
"Tuh bisnya udah datang pak "; kata salah satu temanku kepada mas Ahmad sambil menunjuk ke arah bis yang telah tiba.
Kami pun bersalaman kembali ,mas Ahmad mengucap salam kemudian naik ke dalam bis.
Ku pandangi laju bis kota hingga menjauh tak terlihat , di hatiku terus saja menggerutu ; " nggak kuat banget rasanya iniiii....tahan ! tahan ! tahan ! Kuat...kuat... jangan sampai nangis...malu doong...."
Biar bagaimanapun juga kata bang Candil " rocker juga manusia ,punya rasa punya hati ,jangan samakan dengan pisau belati."
Ku tahan sebisa mungkin , posisi masih di depan gerbang, teman - teman merangkulku mengajak kembali ke Pondok.
"Yuk jul masuk ,kita lanjut ngobrol persiapan kamu besok pertama kali mengikuti pelajaran di sini ! ", Kata salah satu temanku.
Walau aku berpura - pura tegar ,namun mataku tak bisa membohongi mereka.
"Udah lah jul ,ntar kalau udah beberapa hari di sini juga bakal terbiasa .Insya Allah kamu betah di sini , aku dulu pertama ke sini juga sama kaya kamu" ; temanku satu lagi berusaha memberi semangat.
Kami melangkah dari gerbang kembali ke pondok , jarak dari gerbang kurang lebihnya 100 meter.
Aku bersalaman dengan santri - santri lain yang berpapasan dengan kami , mereka semua menyambut ku dengan senyuman ramah.
"Yuk ngopi ngopi ngopi " ; kami duduk ngumpul - ngumpul untuk lanjut ngopi.
Sendau gurau teman - temanku mulai saling terlontar ditemani kopi hitam.
Aku yang masih kaku karena belum terlalu akrab cuma bisa senyum - senyum kecil belum berani menimpali candaan mereka.
Pikiranku masih belum fresh , masih teringat keluarga , teringat kasurku yang keras di rumah ,selimutku yang apek , bahkan terngiang - ngiang kalau sedang bertengkar dengan mbak Salma.
Padahal baru tadi berpisah dengan mas Ahmad , tapi sudah dilanda kangen , namun kucoba singkirkan terus itu semua dengan memusatkan pikiran mendengarkan cerita dari teman - temanku.
Mereka bercerita sesekali di iringi tertawa ria , tentang suka duka hidup di pesantren , dari mulai saat dapat kiriman dari rumah awal bulan sampai kasbon di warung.
Kalau baru dapat kiriman ya makan yang enak - enak ,rokoknya yang ber merk , kalau udah mulai habis ya nge linting puntung rokok dan ngutang di warung.
Kini aku menjadi bagian dari mereka , para pejuang di jalan Allah , berjihad melawan kebodohan. Karena a'dzomul musibah Jahl , sebesar - besarnya bencana adalah "bodoh."