NovelToon NovelToon
Kubalas Kesombongan Keluarga Suamiku

Kubalas Kesombongan Keluarga Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / nikahmuda / Balas Dendam / Berbaikan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami
Popularitas:30.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Dw

"Kau hanyalah sampah yang dipungut dan dijadikan ratu oleh putraku. Bagiku sampah tetaplah sampah! Sampai dunia kiamat pun, aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian!"

Cacian begitu menyakitkan telah dilontarkan oleh wanita tua, membuat gadis muda yang bernama Diana Prameswari hanya bisa menangis merutuki nasibnya yang begitu buruk.

Semenjak masih bayi dia sudah terpisah dari orang tua kandungnya, dia ditemukan di semak-semak dan dipungut oleh seorang wanita tua yang tidak memiliki keturunan.

Bertemu dengan seorang pria tampan yang begitu terobsesi oleh kecantikannya dan mengajaknya untuk membina rumah tangga, membuatnya bahagia. Diana berpikir keluarga dari suaminya akan merestui hubungannya, tapi sebaliknya, keluarga suaminya sangat membencinya karena ia hanyalah wanita miskin yang tidak memiliki apa-apa.

Mampukah Diana bertahan hidup bersama keluarga suaminya yang tidak pernah menghargainya?

Penderitaan seperti apa yang dirasakan Diana ketika tinggal bersama mertuanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33. Kau Sudah Memfitnahku

Indira dan Diva kini telah tiba di pusat perbelanjaan.

Setelah saling maaf memaafkan, mereka berdua tetap berinisiatif untuk pergi mencari hiburan.

Indira baru kali ini mengajak Diva pergi, tentunya dengan pengawalan yang ketat dari suaminya.

"Ma, kita mau ngapain datang ke sini? Kalau masuk ke dalam, pasti akan menghabiskan banyak uang, lebih baik kita pergi saja ya, kita cari tempat lain yang tempatnya free, alias gratis."

Diva yang berada di keramaian kota, sangat bingung bertemu dengan banyak orang.

Selama tinggal di rumah Dokter Yuda, baru mengetahui keramaian saat dia diajak ke Singapura untuk melakukan pengobatan, selebihnya ia tidak pernah ke mana-mana, alias kuper, mengurung diri di dalam rumah.

Indira melepas tawa saat Diva mengajaknya keluar dari mall dan mengajak ke tempat gratisan. Mana ada di kota tempat digratiskan, mau buang air aja harus keluarin duit.

"Diva, Diva! Di mana ada tempat gratisan? Hanya sungai tempat gratisan, tapi mama nggak mau kalau sampai hanyut. Udah, kamu tenang saja, nggak usah mikirin berapa uang yang harus kita habiskan. Lagian buat apa uang Papa kamu kalau nggak digunakan buat shopping."

Diva masih belum terbiasa diajak ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjunginya, ia masih rikuh dengan suasana yang ada di sana.

Berbeda dengan Indira, walaupun sudah lebih dari 18 tahun Ia tidak pernah keluar rumah tapi ia masih senang berada di luar. Selama masih ada orang yang menjaganya, dia merasa aman-aman saja.

"Sudah nggak usah mikir yang aneh-aneh, mendingan Ayo kita masuk. Kita belanja sepuasnya Kamu bisa membeli apapun yang kamu inginkan. Nggak usah mikirin tentang harga, Mama yang akan membayarnya."

Diva hanya menurut mengikuti Indira memasuki mall di mana ia mendapatkan berbagai macam perdagangan berkumpul.

"Emangnya di mall ini ada yang jualan makanan ma?"

Begitu narsisnya Diva saat mendapati beberapa pedagang yang bermacam-macam menjualkan dan memajang dagangannya.

Saat memasuki pintu depan mall dia tidak mendapati pedagang yang menjual makanan tetapi mendapati pedagang yang menjual segala merek pakaian.

Indira menggeleng-geleng kepala, sungguh kasihan nasib anaknya selama ini yang tidak pernah mendapatkan kesenangan seumur hidupnya.

"Diva, yang namanya mall itu sudah lengkap segala pedagang ada di sini, jangankan cuman penjual makanan, penjual minuman ataupun apa saja yang kamu inginkan ada di dalam mall sini. Ayo ikuti Mama saja, biar kamu tahu nanti apa saja yang akan kamu temui di dalam sana. Kalau di depan tidak seberapa besar, hanya terlihat pedagang pakaian saja, tapi kalau sudah masuk ke dalam semakin banyak barang-barang yang akan kamu dapati."

Bukan hanya Indira saja yang menahan tawa, tapi kedua bodyguard yang mengikuti mereka juga menahan tawa karena kepolosan Diva.

Setelah tiba di dalam, kita benar-benar bisa melihat banyak pedagang di dalam sana.

Senyum manisnya mengembang, sangat mengagumi kebesaran pusat perbelanjaan yang belum pernah didapatinya seumur hidup.

"Besar sekali ya, tempat perbelanjaannya? Kayaknya aku nggak pernah datang ke tempat-tempat seperti ini. Mungkin memang aku lupa atau memang tidak pernah melihat pusat perbelanjaan yang besar seperti ini."

Diva bergumam namun masih bisa didengar oleh Indira.

Indira hanya mengulas senyuman tipis menatap anak perempuannya yang kemungkinan hidupnya kurang mampu di tempat lain.

Indira berjanji akan selalu memanjakan Diva sampai anak itu nyaman dan benar-benar menganggapnya sebagai orang tua kandungnya sendiri.

"Serius kamu nggak pernah datang ke tempat-tempat seperti ini?"

Seingat Diva, ia memang belum pernah datang ke tempat yang begitu ramai dipenuhi oleh banyak orang, yang ia ingat saat ini ketika ia dibawa ke Singapura untuk melakukan operasi plastik.

"Aku hanya mengingat di mana kita pernah pergi ke Singapura waktu itu. Untuk kejadian yang lain aku masih belum bisa mengingatnya, ma."

Tak memaksa Diva untuk mengingat apapun yang pernah dialaminya Indira hanya ingin Diva bahagia dengan keadaannya saat ini.

Indira mengajak Diva untuk memilih semua barang-barang yang ada di sana, termasuk beberapa pakaian mewah.

"Ayo Diva, Kamu pilih saja baju mana yang kamu suka, nanti Mama akan mengajakmu membeli barang-barang yang lain. Kamu ambil aja, biar mama yang bayar."

Bukannya senang disuruh memilih barang, Diva lebih memilih untuk dipilihkan oleh Indira. Dia tidak ingin menguras kantong Indira, apalagi keluarga itu sudah sangat baik padanya.

"Mama aja yang pilihkan, nggak usah banyak-banyak, aku kan sudah memiliki baju banyak, aku juga sudah memiliki perhiasan yang nggak pernah aku pakai. Buat apa beli banyak-banyak barang yang ujung-ujungnya tidak kepakai, sayang sekali, nanti bisa mubazir juga ma."

Tak ingin berdebat di muka umum dengan anaknya Indira pun terpaksa harus memilihkan pakaian untuk Diva.

Untuk saat ini Diva lebih memilih memakai baju longgar atau bisa juga dengan daster karena perutnya kita sudah membuncit besar.

Dia memilihkan beberapa daster yang pantas untuk dipakai Diva.

Saat Indira sibuk memilih pakaian untuk Diva tiba-tiba saja dua orang wanita datang dan memberikan teguran padanya.

"Hei, bukannya ini Indira?"

Refleks Indira menoleh ke arah dua orang yang berbeda usia, orang yang sangat familiar dan seketika membuat degub jantungnya seakan mendadak berhenti.

"Malena, kamu rupanya!"

Walaupun pernah mengalami depresi selama bertahun-tahun, tapi tak membuat Indira lupa dengan sosok wanita itu, wanita yang sangat jahat dan sangat berpengaruh dalam hidupnya.

Begitupun juga dengan Malena, dia terkejut mendapati keberadaan Indira di pusat perbelanjaan, yang ia dengar dari orang-orang sekitarnya, Indira tengah mengalami depresi berat setelah kehilangan anaknya 18 tahun yang lalu.

"Jadi benar kau ini Indira? Kapan kamu keluar dari rumah sakit jiwa? Bukannya selama ini kamu dirawat di rumah sakit jiwa? Atau jangan-jangan kau kabur dari sana?"

Wanita yang bernama Malena itu sungguh membuat emosi Indira memuncak.

Awalnya Indira terlihat nampak begitu ceria saat bersama dengan Diva tapi setelah mendapati perempuan itu Indira tiba-tiba marah besar.

"Jaga ucapanmu Malena! Semua yang aku alami tentunya berhubungan denganmu! Kau yang sudah membuat kehidupanku hancur selama bertahun-tahun. Kau yang sudah membuat hidupku menderita selama ini. Tapi tidak seperti dugaanmu, Aku tidak pernah tinggal di rumah sakit jiwa. Suamiku sangat baik dan menyayangiku dia tidak pernah membawaku untuk pergi ke rumah sakit jiwa karena dia paham aku bukan orang gila seperti yang kau tuduhkan padaku. Kaulah yang sudah gila Malena! Karena ingin memiliki suamiku, kau bahkan telah tega menculik anak kami!"

Tidak terima dituduh buruk, Malena pun ikut marah, dia bahkan tidak peduli di mana keberadaannya saat ini.

"Fitnah, itu fitnah! Kau punya bukti apa hingga tega memfitnahku?"

1
Ipoen She Mandja
lanjut lagi donggg
Sumar Sutinah
hadeh alka suami macam apa istri g d belikan hp dn g d kasih nafkah uang katanya orang kaya apa d rmh g ada cctpnya
Ma Em
Diana atau Diva mungkin itu orangtua kandungnya semoga kamu cepat kembali pulih ingatanmu kalau benar dr Yuda orang tuamu cepat balas Malena dan Karin agar dia merasakan sakit seperti yg kamu rasakan.
Ma Em
Luar biasa
Ma Em
Semoga saja Diana selamat dari kekejaman mertua dan Karin dan segera ditemukan oleh orang tua kandungnya untuk balas dendam pada kedua orang biadab yg tdk punya hati
Ika Dw
Halo semuanya 🤗, ini novel ke 3 ku, siap ramaikan 👍😁, jangan lupa like komen ya? Buat penyemangat author 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!