Adisti sudah mengabdikan hidupnya pada sang suami. Namun, ternyata semua sia-sia. Kesetiaan yang selalu dia pegang teguh akhirnya dikhianati. Janji yang terucap begitu manis dari bibir Bryan—suaminya, ternyata hanya kepalsuan.
Yang lebih membuatnya terluka, orang-orang yang selama ini dia sayangi justru ikut dalam kebohongan sang suami.
Mampukah Adisti menjalani kehidupan rumah tangganya yang sudah tidak sehat dan penuh kepalsuan?
Ataukah memilih berpisah dan memulai hidupnya yang baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Bukti
Brian sampai di kantor sedikit terlambat. Dia dibuat kesal dengan tingkah Adisti yang tiba-tiba saja sangat berubah. Padahal sebelumnya baik-baik saja. Semua perubahan dalam wanita itu terjadi setelah perjalanan bisnisnya keluar negeri. Pria itu jadi curiga pada sang istri, takut jika Adisti telah melakukan hal gila di luar sana. Padahal sudah jelas jika dirinya yang berbuat hal tersebut, tetapi bisa-bisanya menuduh sang istri yang melakukannya.
"Kenapa muka kamu kusut begitu?" tegur Arsylla saat bertemu Bryan di dalam lift, kebetulan hanya ada mereka berdua saja di sana.
"Aku lagi kesal dengan Adisti, pagi-pagi sudah bikin mood jelek saja," jawab Bryan mengadukan tingkah sang istri pada sahabatnya.
"Memang apa yang dilakukannya? Biasanya dia sangat patuh padamu, bahkan kamu melakukan kesalahan pun pasti dengan mudah dia memaafkanmu."
"Entahlah, dia akhir-akhir ini aneh, suka berbuat seenaknya sendiri."
Arsylla mengerutkan keningnya dengan menatap sahabatnya itu. Tidak biasanya Adisti seperti seperti itu, biasanya sahabatnya akan selalu mengalah pada siapa pun, bahkan pada orang yang berbuat jahat padanya pun masih bisa berbuat baik.
"Kamu tidak melakukan sesuatu yang membuatnya curiga, kan?"
"Ya enggaklah, aku juga masih waras dan bisa berpikir jernih. Aku nggak mungkin melakukan sesuatu yang akan merugikanku."
"Baguslah kalau begitu."
Pintu lift terbuka, Arsylla pun keluar dari lift, sementara Bryan lanjut menuju ruangannya. Setelah kepergian Arsylla, pria itu mencoba mengingat-ingat apakah dia melakukan kesalahan yang membuat sang istri merasa marah. Namun, tidak sedikitpun Bryan mengingatnya. Segera pria itu menggelengkan kepala mungkin saat ini Adisti sedang dalam mood yang buruk. Apalagi wanita itu juga sedang datang bulan, pasti bawaan hormon.
***
Adisti masuk ke dalam sebuah restoran ternama. Dia menuju ruangan private yang sebelumnya sudah dipesan oleh anak buahnya. Sengaja mereka memilih ruangan tertutup agar tidak ada seorang pun yang mengetahui dan mendengar apa yang Adisti dan orang suruhannya bicarakan. Wanita itu sudah tidak sabar mendengar kebenaran tentang sang suami, yang selama ini tidak pernah diketahuinya.
Dia juga tadi sempat bertanya kepada omnya mengenai gaji sang suami. Alangkah terkejutnya saat mengetahui ternyata gaji pokoknya sudah lima belas juta, belum lagi bonus-bonus dan yang lainnya. Sungguh Adisti semakin muak dengan tingkah sang suami.
Saat wanita itu memasuki sebuah ruangan, terlihat dua orang sudah menunggu di sana. Dia pun segera duduk di depan mereka. Satu diantaranya adalah Roni, orang yang selama ini dipercayai, sementara satunya lagi, Adisti tidak kenal dan ini pertama kalinya bertemu.
"Apa yang kamu dapat, Roni?" tanya Adisti yang tidak ingin berbasa-basi.
Roni menyerahkan sebuah berkas di hadapan Adisti, segera wanita itu membukanya. Dia sangat penasaran dengan isinya.
"Memang seperti perkiraan Anda jika Tuan Bryan memiliki hubungan dengan wanita yang saat ini menempati rumah itu. Dia adalah istri Tuan Bryan, mereka menikah sekitar tiga tahun yang lalu di desa, tempat tinggal wanita itu."
Tubuh Adisti menegang seketika, apa yang dia takutkan menjadi kenyataan. Padahal sebisa mungkin wanita itu setia selama ini. Namun, semua itu tidaklah cukup untuk sang suami. Selama ini Adisti juga sangat menyayangi keluarga Bryan dan menganggap mereka seperti keluarga sendiri. Apa pun yang mereka minta sebisa mungkin dia memenuhinya meskipun di luar batas.
Mama, papa juga kedua adik Bryan, mereka selalu meminta apa saja pada Adisti tanpa perhitungan sama sekali. Bahkan mereka tidak pernah memikirkan apakah wanita itu memiliki uang atau tidak. Jelas seluruh keluarga sangat tahu jika Bryan tidak memberinya uang dengan alasan membayar cicilan rumah orang tuanya. Nyatanya uang yang dihasilkan oleh Bryan ternyata untuk menghidupi gund*knya.
Padahal selama ini dia selalu berusaha untuk menuruti semua keinginan keluarga mertuanya. Bahkan hal yang tidak masuk akal pun sebisa mungkin Adisti menurutinya karena dia merasa itu sebagai baktinya kepada mertua, yang sudah dianggap seperti orang tua sendiri.
"Apa kedua orang tua Bryan dan juga keluarganya tahu mengenai pernikahan itu?" tanya Adisti dengan nada datar.
"Tahu, Nyonya, tapi mereka tidak peduli yang penting mereka dapat uang dari Bryan."
Adisti memejamkan matanya, mencoba menjernihkan pikirannya yang saat ini sedang kalut. Dia tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan yang nantinya akan dirinya sesali. Bukan berarti wanita itu akan diam menerima segala perlakuan mereka, itu tidak semudah yang ada dalam kepala mereka.
"Apa informasi yang kamu berikan bisa dipercaya?" tanya Adisti lagi untuk meyakinkan hatinya.
"Tentu, Nyonya. Saya datang juga bersama dengan teman saya, dia sangat pintar dalam menggunakan komputer. Bisa juga disebut pakar IT. Namun, selama ini dia hanya bekerja di bawah tangan. Dia bisa mencari tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi. Bahkan dia juga bisa meretas CCTV yang ada di sekitarnya. Saya juga mempunyai bukti mengenai pernikahan suami Anda dari teman saya. Dia mendapatkan salinan bukti pernikahan siri itu dari laptop yang dimiliki oleh suami Anda."
"Kamu meretas laptop suamiku?" tanya Adisti, pria itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Tentu saja Adisti merasa kesal, tetapi masih membutuhkan bantuan dari laki-laki itu.
"Bisakah kamu menghubungkan laptop suamiku ke dalam laptopku tanpa diketahuinya? Juga ponselnya. Aku ingin melihat sejauh mana suamiku bergerak."
Tanpa menjawab menjawab pertanyaan Adisti, pria yang bernama Leo itu segera membuka laptop dan mengutak-atiknya. Terlihat Leo begitu fokus pada pekerjaannya. Adisti berharap keinginannya bisa tercapai, siapa tahu dia bisa mendapatkan bukti yang kuat.
"Sudah, Anda bisa melihatnya di laptop Anda," ucap Leo yang kemudian menyesap kopinya yang kebetulan baru saja datang.
Adisti segera mengambil laptop dan menyalakannya. Untung saja tadi dia membawa laptop karena berencana setelah ini akan pergi ke butik. Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dengan segera. Wanita itu juga harus berpura-pura sibuk untuk membohongi sang suami.
Saat Adisti membuka laptopnya, benar saja ada ruangan untuk membuka ke halaman lain dan ternyata itu memang file-file yang ada di laptop Bryan. Di sana hanya ada beberapa file mengenai pekerjaan di kantornya. Dia mencoba untuk mencari sesuatu yang bisa dijadikan bukti, tetapi tidak ada satu pun. Sepertinya sang suami sangat waspada dan menyembunyikannya.
Hingga akhirnya Leo pun berkata, "Buka saja file dengan nama 'sayangku'. Di sana ada banyak hal yang menarik." Seketika membuat Adisty menggigit bibir bawahnya, ada rasa gelisah dan takut yang tiba-tiba hadir saat ini.
"Jika takut terluka, tidak perlu sok berani mencari tahu rahasia yang sudah tertutup rapat," ucap Leo tanpa melihat ke arah lawan bicaranya.