"Sungguh ketulusan Cinta Allah kepada hamba-Nya tidak akan bisa dibandingkan dengan tulusnya cinta manusia kepada manusia. Namun, dengan menyebut nama Allah aku Raihan Raam Jaya begitu tulus ingin mencintaimu dengan sepenuh hatiku dan berniat mengkhitbahmu sekarang juga Hasna."
"Aku minta tolong buk Par untuk memberitahumu agar kamu bisa menikahi ku segera. Tapi nyatanya kamu lah yang duluan menyampaikannya. Awalnya aku bahagia saat mendengar ucapan mu.. tapi sekarang aku tak tahu Rai.. apa aku harus menerima lamaran mu atau tidak?"~ (Hasna)
Raihan dan Hasna sama-sama mengalami masa lalu yang menyakitkan, Allah seolah ingin menyatukan mereka melalui musibah yang menimpa mereka yaitu tenggelam di danau kembar.
Butir butir cinta air mata Hasna, akankah Muhasabah Cinta Hasna membawa ia berumah tangga dengan Raihan kelak? Yuk ikuti kisah nya..! Dan mohon dukungannya ya sobat...🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadih Hazar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCH 8
Matahari pun sebentar lagi terbenam, itu artinya suasana di danau sudah mulai gelap. Namun Raihan dan Hasna belum muncul ke permukaan. Orang-orang juga sudah banyak yang berkumpul termasuk petugas kepolisian setempat yang sudah sampai di lokasi itu, entah siapa yang melaporkan pada mereka. Termasuk Haikal yang tampak begitu cemas mengkhawatirkan Hasna.
Pak Amir yang juga sudah berada disitu tampak sibuk dengan ponselnya. Wajah pak Amir pun tampak pucat.
Sedangkan Roby diamankan di kantor polisi, karena menurut pengaduan Hery, Hery memang melihat Roby seperti sengaja mendorong Hasna hingga ia terjatuh ke danau sedangkan sahabatnya yang sudah seperti saudaranya itu yang ikut terjun untuk menolong Hasna sama-sama belum ditemukan.
Tim SAR pun sudah turun tangan mencari mereka, tim itu menyisiri pinggiran danau yang berjarak beberapa meter dari lokasi kejadian, dan ada yang mencari dengan menggunakan boat dan melakukan penyelaman namun hasilnya masih nihil. Terpaksa pencarian ditunda esok harinya karena hari sudah gelap dan kabut pun sudah menyelimuti danau tersebut hingga udara terasa begitu dingin.
Adzan Maghrib pun berkumandang, Mereka terpaksa membubarkan diri kembali ke rumah masing-masing.
Yulia begitu shock, ia masih saja terus menangis. Haikal tampak memeluk adiknya itu agar bisa tenang sekaligus ia sendiri juga butuh tempat bersandar.
"Mari kita pulang dulu dek, esok pagi-pagi kita kesini lagi.."
"Tapi kak, Hasna pasti kedinginan..." Ucap Yulia menolak diajak pulang oleh Haikal.
"Lia, sebaiknya kamu pulang dulu, udara makin dingin nanti kamu sakit." Hery ikut menasehati Yulia. Hingga Yulia akhirnya menurut dibawa pulang kakaknya. Sedangkan Hery kembali ke Villa bersama Pak Amir, buk Emi dan warga lainnya yang juga kembali ke rumah mereka masing-masing.
***
"Hei, apa yang kalian perbuat disini?"
Suara bariton seorang laki-laki paruh baya mengagetkan seorang pemuda bertubuh atletis, pakaiannya yang basah membuat postur tubuh atletis laki-laki yang bernama Raihan itu terlihat jelas. Raihan yang hendak memberikan bantuan nafas buatan untuk kedua kalinya pada Hasna tersentak mendengar suara bariton dari laki-laki paruh baya tersebut. Raihan yang tadinya setelah berulang kali mencoba memompa bagian tengah dada Hasna dengan kedua tangannya namun Hasna belum kunjung sadar.
"Pak, tolong jangan salah paham dulu, aku hanya berniat menolongnya, ia baru saja tenggelam pak.."
Bapak itu pun berjalan mendekati Raihan yang duduk di samping Hasna yang tergolek belum sadarkan diri. Bapak yang bernama Ahmad itu melihat pakaian Raihan dan Hasna yang basah kuyup.
Pak Ahmad mengamati dari dekat, hingga ia sadar bahwa Hasna memang butuh pertolongan segera.
"Kalau gitu lanjutkan tugasmu nak.."
"Terimakasih Pak, mohon doanya.."
Beberapa kali napas bantuan Raihan berikan pada Hasna hingga Akhirnya Raihan berhasil membuat Hasna sadar. Hasna terbatuk-batuk hingga mengeluarkan banyak air dari mulut nya.
Hasna segera duduk saat ia tersadar melihat sosok Raihan duduk menghadap dirinya dengan napas memburu.
"Apa yang barusan kau lakukan padaku?"
Ucap Hasna spontan sambil mendorong tubuh Raihan agar menjauh darinya.
"Maafkan aku, aku terpaksa memberimu napas bantuan." Ucap Raihan sambil berusaha memperbaiki posisi duduknya setelah ia yang hampir saja terjengkang ke belakang akibat dorongan tangan Hasna. Ini kali pertama ia menyentuhkan bibirnya pada bibir seorang perempuan, membuat jantung Raihan berpacu dengan cepat.
Hasna segera berdiri, ia tiba-tiba merasa malu, karena Hasna selama ini begitu menjaga dirinya dari sentuhan laki-laki. Bayangan saat tubuhnya terdorong jatuh ke danau seketika muncul dibenaknya. Kakinya yang tiba-tiba kram, dan ia yang kesulitan untuk berenang hingga samar-samar ia melihat sosok Raihan mendekati tubuhnya, kemudian ia merasakan satu tangan Raihan memeluknya, lalu Hasna tak tahu setelah itu apa yang terjadi lagi atas dirinya.
"Kamu itu harusnya berterima kasih pada pemuda itu karena ia sudah menyelamatkanmu." Ucap Pak Ahmad yang kasihan pada Raihan yang di juteki Hasna.
"Oh ya kalian tinggal dimana? Biar bapak suruh anak bapak antar kalian nanti, tapi sebaiknya kalian ke rumah bapak dulu karena sebentar lagi Adzan Maghrib." Lanjut Pak Ahmad.
Raihan pun mengangguk, sedangkan Hasna tampak ragu, tapi akhirnya ia pasrah karena ia tak mungkin kembali ke rumah Yulia dalam keadaan hari yang mulai gelap tersebut. Dan tiba-tiba saja Hasna merasakan ketakutan. Ia takut bila bertemu Roby kembali. Hasna terduduk kembali di atas tanah, ia menekuk lututnya, lalu memeluknya.
"Hei, kamu kenapa? Kalau nggak kuat jalan biar aku gendong saja."
Hasna dengan cepat menggelengkan kepalanya. Sebenarnya badannya serasa remuk dan sangat kedinginan, tapi ia kembali memaksakan diri untuk bangkit berdiri namun Hasna malah ambruk tak sadarkan diri kembali.
Dengan langkah sigap Raihan menangkap tubuh Hasna yang hampir menyentuh tanah itu, hingga akhirnya Raihan terpaksa menggendong Hasna di punggungnya mengikuti langkah pak Ahmad menuju rumahnya.
Sesampai di rumah Pak Ahmad,
"Buk, Herman cepat kesini." Ucap Pak Ahmad memanggil istrinya dan anaknya dari depan pintu masuk.
"Ya pak, sebentar." Sahut seorang wanita dari dalam rumah
Pintu rumah pun terbuka.
"Buk, cepat siapkan tempat tidur, baju ganti dan selimut tebal." Titah Pak Ahmad pada istrinya yang tampak kebingungan melihat Raihan yang berdiri di samping Pak Ahmad tengah menggendong perempuan yang tampak tak sadarkan diri oleh istrinya itu.
"I-iya pak.." Ucap istri pak Ahmad kemudian ia dengan sigap melakukan perintah suaminya itu.
Raihan menurunkan tubuh Hasna dengan hati-hati di tempat tidur yang telah disediakan Buk Par istrinya Pak Ahmad.
"Tolong bantu ganti pakaiannya sekalian ya buk, kami keluar dulu." Pak Ahmad melirik Raihan, Raihan pun dengan cepat bisa menanggapi maksud lirikan pak Ahmad.
"Herman mana buk?"
"Ada di belakang pak, tadi ia lagi ambil daun singkong buat sayur."
Raihan mengikuti langkah pak Ahmad keluar dari kamar yang berukuran 2x3 meter itu.
"Kamu nanti bisa pakai pakaian Herman nak, oh ya namamu siapa?"
"Maaf pak saya lupa mengenalkan diri, nama saya Raihan saya berasal dari Jakarta, niat saya kesini mau berlibur namun satu tragedi menimpa kami." Ucap Raihan cukup panjang memperkenalkan dirinya.
"Baik nak Raihan, maaf beginilah keadaan rumah kami di desa." Ucap Pak Ahmad sambil memperhatikan pakaian yang melekat di badan Raihan. Pak Ahmad bisa menilai kalau Raihan memang berasal dari Kota.
"Bapak nggak perlu minta maaf, saya seharusnya mengucapkan banyak terimakasih." Raihan mengucapkannya dengan sopan dan hormat pada pak Ahmad.
Pak Ahmad pun memberikan pakaian ganti yaitu kemejanya Herman dan bawahannya sarung untuk Raihan.
"Segeralah ganti pakaian mu, kita siap-siap Sholat Maghrib."
"Baik pak.."
Pak Ahmad yang awalnya sempat ragu pada Raihan, yang bisa saja mengarang cerita namun karena melihat sikap Raihan yang sopan dan patuh, ia pun cepat beristighfar.
TBC...
semudah itu ya klo orang jht dpt alamat orang lain....hawdeeh thor
tenang aja,ado cowok kota yang lagi jalan ke alahan panjang, dia kayaknya jodoh kamu deh
🤭