Suami Dadakan Gadis SMA
Seorang gadis berseragam SMA berlari mencari tempat berteduh dari guyuran hujan yang cukup deras. Suara angin yang bergemuruh dan guntur membuat gadis yang memiliki hazel coklat itu ketakutan. Raut wajah gadis itu tampak lega kala melihat pos kamling, Ia semakin mempercepat langkah kakinya menuju ke tempat itu, tak peduli dengan seragamnya yang sudah kotor. Gadis itu hampir jatuh terjungkal ketika kakinya tak sengaja tersandung lobang yang cukup besar di jalan aspal tersebut.
"Akhirnya ada tempat berteduh," gumam Azila Putri Amara, atau orang-orang memanggilnya Zila. Ia segera melepaskan tas bahu yang melekat di punggungnya yang sudah basah kuyup dan ia yakin buku miliknya di dalam tas juga ikut basah.
Gadis itu mengusap wajah basahnya. Ia menoleh ke samping lalu keningnya mengkerut.
Seorang pria dengan prawakan tinggi tegap tengah berdiri di dekat tiang pos kamling. Pria itu sudah lebih dulu berteduh di sana dan Zila baru menyadarinya. Mata Zila masih memandangi pria itu dari atas sampai bawah dan tampak pria asing itu menyadari hal itu tapi memilih menghiraukannya.
Badan gadis berusia 18 tahun itu terlonjak dan bergetar ketakutan ketika kilatan cahaya dengan suara mengerikan dari petir. Sedangkan pria di samping tampak biasa saja dari raut wajahnya meski ada sedikit raut kecemasan yang tergambar.
"Heh, apa yang kamu lakukan?!" Pria dengan name tag Zidan Ahmad yang tersemat di kanan kemejanya mendorong gadis yang tiba-tiba memeluknya dan itu membuatnya terkejut.
"Takut Om, aku takut." Zila gemetar ketakutan dengan posisi masih memeluk Zidan yang berusaha melepaskan pelukan gadis asing itu.
Zila memiliki trauma yang sangat buruk di masa lalunya dan itu berhubungan dengan petir dan kilat yang menyambar-nyambar. Biasanya, saat ia ketakutan seperti ini mama selalu memberikan pelukan padanya. Sedangkan Zidan masih berusaha melepaskan pelukannya hingga perlahan hatinya mulai merasa iba melihat tangisan gadis itu yang semakin menjadi-jadi. Dan ia bisa merasakan tubuh bergetar gadis itu. Setiap ada kilatan dan petir pelukan Zila semakin erat pada Zidan.
Zidan menatap ke atas langit hitam pekat yang terus meluruhkan air hujan disertai gemuruh dan kilatan petir. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, jam sudah menujukkan pukul 06: 00 sore, tapi hujan tidak ada tanda-tanda akan berhenti. Mata hitam pekatnya menatap gadis yang memiliki mata bulat itu masih memeluknya. Bahkan menyembunyikan dirinya dalam dada bidangnya.
"Apa kamu tidak takut saya apa-apakan?" Mendadak pertanyaan itu meluncur dari mulut Zidan pada gadis yang masih memeluknya.
Zila mendongak, menatap pria asing itu dengan kerjapan polosnya."Kan Om baik."
"Dari mana kamu tahu saya baik?"
"Feeling."
•
•
Suara kicauan burung di pagi hari dan sang surya yang perlahan mulai menampakkan dirinya menyirami bumi dengan cahayanya. Aroma embun tercium dan menenangkan.
"Apa yang kalian lakukan?!" pekik salah satu warga menggerebek pria dan wanita tengah tidur berpelukan di pos kamling.
Zila melenguh dan mengerjabkan matanya menyesuaikan cahaya matahari pagi membias ke wajah pucatnya. Sedangkan pria yang memeluk Zila langsung melepaskan pelukannya dan segera bangkit dengan raut wajah paniknya melihat banyaknya orang.
"Pasti kalian baru saja berbuat mesum!" tuding salah satu wanita paruh baya. Karna sudah beberapa minggu ini sudah tiga pasangan kekasih kedapatan melakukan kegiatan mesum di tempat ini, mengingat pos kamling ini agak jauh dari perumahan warga.
Zidan, pria itu menggeleng cepat."Kalian salah paham. Kami berdua terjebak___"
"Alah! Tidak usah mengelak. Mana ada orang habis enak-enak ngaku. Ih, apalagi perempuannya masih anak SMA."
Orang-orang menatap miris pada gadis yang menampilkan raut wajah bingungnya melihat orang-orang menggerebunginya. Tampilan Zila saat ini benar-benar kacau dan beberapa kancing seragamnya terbuka dan beruntung gadis itu mengenakan tangktop tidak hanya bra saja.
"Kamu ini dasar pedofil!"
Buk!
Salah satu ibu-ibu maju ke depan dan langsung memberikan pukulan sebuah sapu plastik ke kepala Zidan yang meringis kesakitan. Ia juga memiliki anak perempuan seumuran Zila dan tidak membayangkan putrinya akan di rusak pria hidung belang seperti pria di hadapannya sekarang. Apalagi jika di lihat-lihat pria itu jauh lebih tua dari gadis berseragam tersebut.
"Kalian semua salah paham, kami tidak melakukan hal yang kalian tuduhkan!" Zidan berusaha membantah tuduhan warga dan menyakinkan bila ucapannya memang benar.
"Kami tidak percaya, lihat saja tampilan kalian berdua sudah kacau seperti itu. Kalau mau ehem-ehem mah nikah dulu!"
Lagi, ucapan pedas orang-orang semburkan pada Zidan. Dan pria itu yang paling di salahkan dalam masalah ini. Rasanya Zidan ingin mengubur dirinya hidup-hidup dalam tanah melihat semakin banyak warga menggerumbungi mereka berdua. Dan lebih parah lagi ada beberapa warga yang merekam dan Zidan yakin pasti akan di upload di sosmed, hancurlah reputasinya sebagai guru.
"Dia pacar kamu?" Salah satu ibu bertanya pada Zila, jangan lupakan tatapan ibanya.
Dengan polosnya Zila menggeleng. Saat ini gadis itu masih ngeleg tak paham dengan keadaannya sekarang. Mungkin efek baru bangun tidur nyawa belum terkumpul.
"Astagfirullah, jadi kamu sudah di itu-in? Bahaya sekali laki-laki zaman sekarang." Lagi-lagi ucapan random itu di balas kerjapan polos oleh Zila.
"Sebaiknya kita bawa ke kantor polisi saja laki-laki ini!!" seru para warga serempak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
😆😆
2024-12-25
0
Qaisaa Nazarudin
Hadeeh kasihan banget kamu pak guru 🤭🤭😁
2023-09-19
0
Alya Hadzrina
Dari rumah Tuan Dafi aku mampir kesini thor😁🙏
2023-08-24
1