NovelToon NovelToon
Gadis Belia Istri CEO Duda

Gadis Belia Istri CEO Duda

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Percintaan Konglomerat / Tamat
Popularitas:16M
Nilai: 4.5
Nama Author: Dhessy

Yang kemarin nungguin Gilang, ada di sini tempatnya. 🥰🥰

♥️♥️♥️

Banyak wanita yang menginginkannya. Tapi mengapa harus jatuh pada Belva yang masih belia?

Usianya dua puluh sembilan tahun dan berstatus duda. Tapi memiliki seorang istri yang usianya sepuluh tahun lebih muda darinya.

Gadis yang belum lama lulus sekolah menengah atas. Dia lebih memilih menjadi seorang istri ketimbang mengenyam pendidikan lebih tinggi lagi.

Redynka Belva Inara.

Gadis cantik keturunan Belanda itu lebih memilih menikah daripada harus bermain-main seperti kebanyakan gadis seusianya.

Namun sayang, cintanya ditolak oleh Gilang. Tapi Belva tak berhenti untuk berjuang agar dirinya bisa dinikahi oleh Gilang.

Sayangnya, Gilang yang masih sulit untuk membuka hati untuk orang lain hanya memberikan status istri saja untuk Belva tanpa menjadikan Belva istri yang seutuhnya. Memperistri Belva pun sebenarnya tak akan Gilang lakukan jika tidak dalam keadaan terpaksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhessy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 8

Pagi ini Gilang mengantar Belva untuk melakukan daftar ulang di kampusnya. Setelah Gilang memberikan semangat, motivasi dan dukungan penuh agar Belva kuliah, akhirnya Belva memutuskan untuk melakukan daftar ulang agar namanya tercatat sebagai mahasiswi baru.

Selama perjalanan, Belva masih terus berharap Gilang akan berkata, "ikut ke Jakarta aja. Kuliah di sana." Tapi ternyata hal itu sama sekali tak diucapkan oleh Gilang.

Seperti dugaannya, Gilang memang tak ingin Belva ada bersamanya. Bukannya sejak awal memang seperti itu? Belva saja yang memaksakan diri untuk tetap bertahan mencintai lelaki yang hatinya tidak bisa dia masuki sama sekali.

"Berkasnya udah lengkap semua?" tanya Gilang sebelum Belva turun dari mobilnya.

Belva mengangguk dan tersenyum. "Udah, kok, Kak."

"Kalau udah selesai kabarin, ya. Saya jemput nanti."

"Oh, nggak usah, Kak. Nanti aku pulang naik taksi online aja."

"Enggak apa-apa saya yang jemput. Nanti telepon aja."

Setelah perdebatan kecil itu, akhirnya Belva mengangguk mengiyakan ucapan Gilang. "Aku turun dulu, kak," ucap Belva sambil mengulurkan tangannya.

Gilang menatapnya dengan bingung.

"Mau salim, Kak."

"Oh." Gilang tergagap dibuatnya. Langsung menyambut tangan Belva dan Belva pun menciumnya dengan takzim.

"Hati-hati," ucap Gilang sebelum Belva membuka punya.

"Iya, Kak."

Setelah Belva turun dari mobil, Gilang masih terus memandang Belva sampai dia tak terlihat lagi oleh kedua matanya.

Kemana Belva yang cerewet saat pertama dia mengenalnya dulu? Tanya Gilang dalam hati.

Gilang menerka-nerka, apa peristiwa malam itu yang membuat Belva berubah drastis? Tak secerewet dulu. Tak semanja dulu. Bahkan sikapnya akhir-akhir ini terlihat lebih dewasa.

🌻🌻🌻

"Belva!"

Belva mencari sumber suara yang memanggil namanya. Sepertinya di universitas tersebut hanya Eliza yang dia kenal. Itupun beda fakultas karena Eliza mengambil kebidanan.

Lagipula, suara yang memanggilnya adalah suara seorang laki-laki.

"Nah, bener, kan, Belva."

Belva menganggukkan kepalanya melihat laki-laki di hadapannya. Seperti tidak asing, tapi Belva lupa dia siapa.

"Siapa, ya?" tanya Belva masih terlihat bingung.

"Lupa sama aku?"

Tanpa ragu Belva menganggukkan kepalanya. "Nggak asing, sih. Tapi beneran nggak ingat."

"Ya ampun." Lelaki itu menepuk dahinya pelan. "Aku Irfan. Kakak kelas kamu waktu SMA."

"Oh, Kak Irfan mantan wakil ketua OSIS?"

"Nah..." Irfan tertawa kecil setelah Belva berhasil mengingatnya.

"Sorry, Kak. Habisnya penampilan kakak beda banget."

"Tambah ganteng, ya?"

"Ih, kepedean."

Keduanya lantas tertawa bersama.

Irfan mengajak Belva untuk duduk di salah satu bangku. Dan Belva pun tak menolaknya. Baru saja dia selesai menelepon Gilang dan mengatakan kalau urusannya sudah selesai. Dan Gilang pun akan segera datang menjemput Belva.

Sembari menunggu, tak ada salahnya untuk mengobrol sebentar dengan Irfan.

"Jurusan apa?"

"Hukum, Kak."

"Wah, kita sama. Berarti satu fakultas ini. Baru habis daftar ulang?"

"Iya, Kak. Kebetulan banget, ya, bisa satu fakultas. Aku belum punya teman di sini."

"Enggak apa-apa. Nanti juga banyak temannya kalau udah masuk. Yang penting kalau di sini jaga sikap. Yang ramah sama teman atau kakak tingkat."

"Emangnya aku kelihatan nggak ramah, ya, Kak?"

Mendengar pertanyaan Belva, Irfan menyemburkan tawanya. "Nggak gitu juga, Bel. Kamu baik, kok. Buktinya mau ngobrol sama aku."

"Apaan, sih, nggak nyambung," ucap Belva yang membuat Irfan tertawa lagi.

Mereka larut dalam obrolan yang terlihat sangat asyik. Gilang yang sudah datang pun membiarkan Belva dan teman lelakinya mengobrol tanpa berniat untuk menghampiri Belva, atau menghubungi Belva dan mengatakan bahwa dia sudah datang.

Gilang lebih memilih menunggu di bawah sebuah pohon yang begitu rindang. Jika Belva mau melihat ke seluruh penjuru arah, pasti Belva akan melihat keberadaan Gilang.

Sayang, Belva terlalu asyik sampai tak sempat untuk melihat kesana kemari. Tawanya terus berderai setelah lelaki itu berbicara. Tak tahu apa yang mereka bicarakan sampai mereka terlihat begitu asyik.

Setelah lebih dari sepuluh menit Gilang menunggu, akhirnya Belva melihat Gilang yang berdiri di bawah pohon sambil menatapnya.

Belva langsung terdiam. Lalu segera berpamitan kepada Irfan. "Maaf, Kak. Aku harus pulang. Udah di jemput," ujar Belva. Telunjuknya menunjuk Gilang yang berada tak jauh dari tempatnya duduk bersama Irfan.

Irfan mengikuti arah telunjuk Belva. "Dia siapa, Bel?"

"Dia ss_" Belva urung meneruskan ucapannya. Lupa kalau pernikahannya dengan Gilang masih disembunyikan. "Dia kakak sepupuku, Kak. Habis dari kantor sekalian jemput aku karena aku nggak bawa mobil." Belva terpaksa berbohong.

"Oh, ya udah kalau gitu. Hati-hati, ya. Sampai ketemu di kampus ini lagi."

"Siap, Kak."

Belva segera berlari kecil menghampiri Gilang yang sudah menunggunya. "Kak Gilang udah lama di sini? Kenapa nggak telepon aku kalau udah sampai?"

Gilang tersenyum tipis. "Baru saja, kok," jawab Gilang nerbohong. "Udah selesai semuanya? Kita pulang sekarang?"

Pengennya, sih, jalan-jalan dulu, Kak. Belva berucap dalam hati.

Tapi dia hanya bisa menganggukkan kepalanya dan mengiyakan ajakan Gilang untuk pulang ke rumah.

🌻🌻🌻

Waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa sudah tiga hari lamanya Gilang ada di Surabaya. Belva sangat bahagia meskipun tak ada hal yang spesial yang dilakukannya bersama Gilang. Seperti umumnya seorang suami istri.

Bukan hanya soal ranjang. Tapi juga canda dan tawa. Saling kangen-kangenan karena harus LDR-an.

Gilang tetap menghabiskan waktunya untuk bekerja. Sedangkan Belva menghabiskan waktunya jalan-jalan bersama Eliza dan kedua temannya yang lain. Feby dan Riska.

Malam harinya, Gilang masih harus bekerja. Menghabiskan waktunya di depan laptop sampai Belva tertidur lelap. Pagi harinya, yang Belva lihat adalah Gilang yang kembali tidur di atas sofa.

Belva mengembuskan napas berat. Entah sampai kapan akan seperti ini. Mungkin ini adalah sebuah konsekuensi karena hanya Belva sendiri yang mencintai. Sedangkan hati Gilang masih tertutup begitu rapatnya.

Apalagi alasan Gilang menikahinya membuat Belva semakin merasa bahwa dirinya dianggap tidak pantas untuk Gilang oleh Gilang sendiri.

Belva hanya bisa bersabar sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Berharap semua akan indah pada waktunya. Dan keindahan itu ada Gilang di dalamnya.

"Saya pamit dulu, ya, Bel. Tapi mungkin akan ke sini lagi sekitar dua Minggu lagi."

Belva tak mau bertanya kenapa harus lama sekali Gilang kembali ke Surabaya.

"Kak Gilang hati-hati, ya." Ingin melanjutkan ucapannya untuk meminta Gilang mengabarinya jika sudah sampai di Jakarta. Tapi urung dia lakukan. Takut Belva akan kembali kecewa nantinya.

Belva hanya memandang Gilang yang berjalan memasuki bandara. Gilang tak menoleh sama sekali untuk melihat Belva sampai punggung tegap Gilang tak terlihat lagi.

Dada Belva terasa sesak. Hingga air matanya terjatuh dan Belva segera mengusapnya.

Belva menghela napas berat. Harinya kembali sepi tanpa adanya Gilang. Meskipun ada Gilang di dekatnya pun Gilang tak pernah menanyakan bagaimana keadaan hatinya.

Orangtuanya masih berada di Bali sampai seminggu ke depan. Sudah biasa bagi Belva ditinggal ke luar kota sampai seminggu atau dua Minggu lamanya.

Bahkan sempat berbulan-bulan orangtuanya tidak pulang karena harus mengurus usaha papanya yang ada di luar negeri.

"Aku nggak bisa ada di sampingmu setiap saat, Kak. Karena bisa saja kamu juga nggak berharap aku ada di hidupmu. Maka ku titipkan dirimu kepada Sang pencipta. Doaku yang akan membersamai langkahmu bersama perlindunganNya."

Belva segera kembali masuk ke dalam mobil. Segera pergi meninggalkan bandara dan pergi ke tempat yang hanya dia sendiri yang tahu. Belva selalu ke sana setiap merasa ingin sendiri.

Tak ada satupun orang yang tahu akan kebiasaannya ini karena setiap dia pulang ke rumah, yang dia tunjukkan hanya wajah ceria dan penuh canda tawa.

Belva memang pandai untuk menyembunyikan rasa sedih yang ada di hatinya. Hingga orang lain menganggapnya tak pernah bersedih dan seperti orang yang tak memiliki beban apapun.

🌻🌻🌻

Dari dulu Gilang jahat, ya? 😌😌

1
SumiNem
terlihat dah cemburunya.
Runik Runma
udh murah murahan lgi
Runik Runma
aduh bencana lgi
Runik Runma
wah udah otw nih jabang bayi
Runik Runma
sabar bel
Runik Runma
kasihan
Runik Runma
sabar
dillaaa
ngakak woyyyyy,disaat lagi tegang"nya malah?😂😂😂😭😭😭😭
Endang Werdiningsih
kesalahan yg slalu diulang oleh gilang..
membohongi belva..
Endang Werdiningsih
gilang punya anak dr wanita yg oernah tidur dengan'a,,begitukah???
Endang Werdiningsih
sepupu boleh dinikahi tp dr pihak mana dulu,,kalo sepupu dr pihak ibu memang boleh tp kalo dr pihak ayah ga boleh,,misal rey anak dr adik atau kakak darmawan yg cowok,,karena jika ada apa" yg jd pengganti sbg wali nikah belva ya ayah'a rey..itu setahu sy...
Endang Werdiningsih
rey sepupu belva dr pihak mana nih,,darmawan atau vita
Endang Werdiningsih
belva tdk pernah sekakipun kamu membatalkan pertunanganmu gilang,,lu aja yg memaksakan diri menjd dewa penolong buat belva,,lu umur lebih tua dr belva tp lu ga bisa menjaga oerasaan belva dgn berbohong ke istri hanya untk menyenangkan mantan istri... kesalahan lu lebih fatal,,kebohongan belva ga sebanding dgn kebohongan lu...
Endang Werdiningsih
kalo hanya soal kuliah kan bisa pindah ke universitas yg ada dijakarta drpd LDR-an ampe 4thn..
LDR-an ujung"a bnyk pelkor dan pebinor,,apalagi pernikahan belva-gilang msh disembunyikan
Fitriani Month
Luar biasa
s
Gilang kembali ke Jakarta Thor.
Echa Maricha Hehe
tidak bertele2 dan muter2
Tavia Dewi
y tuhan,,,,saya ja hamil 2 x ja badan seperti ne pa gi banyak anak bisa melar badan,,,,suami kan klo istri badan melar suka lihat cewek seksi
Sukma Wati
mana ada orang bahagia melihat orang yg dicintai bahagia dgn orang lain yg ada itu sessek tp bukan asmah
Sukma Wati
benar.. perempuan klo lagi pms gak ada lawan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!