Sebelum baca, silahkan siapkan air putih untuk meredakan emosi.
Kisah rumah tangga yang sangat menggemaskan karena perceraian di ucapkan oleh Dony secara sadar pada Lyra, saat istri meminta hak sebagai seorang wanita normal, sudah dua tahun tidak mendapatkan sentuhan dari seorang suami.
Pertikaian antara Lyra dan Keluarga Dony, karena ingin merebut sebagaian harta yang jelas-jelas tidak ada hak Dony walau berstatus suami.
Hinaan dan cacian harus Lyra terima dari keluarga Dony dihadapan Kesy. Sehingga menorehkan rasa trauma luar biasa bagi putri kesayangan mereka.
Mampukah Lyra bangkit dari keterpurukannya, karena kehadiran seorang pria baik dan sangat berbeda dari Dony mantan suaminya?
Cinta seorang perjaka terhormat yang jatuh cinta pada seorang janda. Yang ternyata benar-benar memperjuangkan Lyra demi menyelamatkan psikologis seorang Kesy putri kesayangan yang menjadi korban perceraian kedua orang tuanya.
Baca kisah perjuangan "Perjaka untuk Janda"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tya Calysta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita berwajah topeng monyet
"Ya Tuhan....!!!"
Kedua bola mata Lyra membulat pada pandangan yang sangat menjijikkan.
Dony tengah bermesraan dengan Nela alias nenek lampir, wanita yang tidak jelas asal-usulnya, bahkan status sosial tetangga sebelah rumah Lyra.
Jantung Lyra berdetak kencang, bulu kuduknya merinding seketika, bagaimana mungkin dia mesti menyaksikan adegan hot suami yang tidak pernah menyentuhnya selama dua tahun, malah bercinta dengan posisi berdiri. Hanya ditutupi city car yang terparkir di teras rumah. Perbuatan seperti apa ini!!
Lyra mendobrak jendela rumahnya, agar kedua insan yang tengah mereguk kenikmatan duniawi di depan rumahnya segera tersadar.
Lyra berteriak keras dari balik jendela, "Pergi kalian dari rumah ku anjiiing....!!!" teriaknya penuh amarah.
Dada Lyra bergemuruh, jika membunuh merupakan satu hal yang diperbolehkan, maka orang yang pertama kali dia bunuh adalah dua insan yang tengah melakukan hubungan intim di teras rumahnya tersebut.
Dony yang kelagapan mendengar dobrakan jendela dari dalam rumah, sehingga melihat sosok Lyra masih menatapnya dengan perasaan jijik, bergegas mereka merapikan pakaian, kemudian melompati pagar yang tidak begitu tinggi.
Lyra masih menatap kearah luar, seketika hatinya semakin terasa sakit, bahkan seperti robek yang sengaja disayat-sayat sembilu. Sakit.... sangat sakit. Dia menangis sejadi-jadinya, menutup gorden meringkuk dibawah jendela.
"Kenapa kamu tidak menyentuh ku!? Kenapa malah wanita topeng monyet itu yang kamu gagahi....!!!" tangis Lyra.
Tidak lebih dari binatang pria yang dia yakini akan menjadi suami pertama terakhirnya, tapi dengan tega melakukan hubungan intim di teras rumah. Begitu hinakah dirinya dimata Dony? Kenapa laki-laki yang sudah dia angkat derajatnya, malah melakukan hal yang sangat menyakitkan.
Seketika Lyra terdengar suara rengekan Kesy yang menangis mencarinya. Dia tersadar, berlari kecil menuju kamar untuk mendekati sang putri kesayangan.
"Apa sayang....? Cup, Mama lagi di luar ambil minum!" bisik Lyra saat memeluk Kesy.
Kesy masih sesenggukan di pelukan Lyra, "Papa mana, Ma?" tanyanya masih terisak.
Lyra menarik nafas dalam, jika disampaikan Dony dimana, apakah dia akan percaya?
Namun, Lyra mengusap punggung putrinya, "Tidurlah, Papa dirumah keluarganya!" ucapnya.
Apa? Keluarga? Jelas-jelas suami mu ada dirumah nenek lampir Lyra!!! Kenapa kamu begitu baik? Kenapa kamu tidak menghanyutkan laki-laki seperti Dony itu Lyra....!!! geramnya pada diri sendiri.
Karena sentuhan lembut sang Mama yang penuh kehangatan dan kasih sayang, Kesy kembali terlelap. Wajah cantik tidak berdosa itu lebih sejuk dipandang mata, karena memiliki wajah yang dominan pada campuran kedua orang tuanya.
Lyra melihat kearah jam dinding yang berdetak, jarum jam bergerak sangat lambat. Tidak sabar dia untuk bertemu dengan temannya yang merupakan pengacara. Dia akan menggugat Dony habis-habisan, bahkan memiskinkan pria itu hingga membuat dia menyesal telah menceraikan dirinya.
"Hmm, besok aku akan mencari Aryo. Aku yakin Aryo pasti mau membantuku untuk mengurus perceraian ku dengan kilat. Aku tidak harus hadir di Pengadilan Agama karena tidak ingin siapapun tahu tentang perceraian ku!" bisik Lyra.
Lyra mengirimkan pesan pada Aryo melalui whatsApp.
["Malam Yo. Sorry ganggu malam-malam. Besok kita bisa ketemu? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan."]
Pesan terkirim, tapi masih ceklis satu.
Lyra meletakkan handphone dimeja kecil yang terletak di samping ranjang miliknya.
Dikamar yang tidak begitu luas, memiliki banyak kenangan Lyra bersama Dony selama pernikahan. Air matanya kembali mengalir membasahi pipi mulusnya. Wajah cantik itu semakin terlihat lelah, bahkan tampak lebih kurus karena lelah berfikir.
Dony yang pernah berjanji, tidak akan pernah mengkhianatinya, ternyata sangat tega pada Lyra. Wanita yang telah memberikannya seorang putri cantik, bahkan memiliki otak yang cerdas, tapi harus menerima kenyataan pahit dengan perilaku sang Papa diluar sana.
Lyra memijat pelipisnya, sesekali melirik kearah handphone yang terletak tidak begitu jauh darinya, berharap ada Zul hadir menemaninya malam ini. Hadir sebagai sahabat, atau sebagai Abang yang mau mendekap tubuhnya.
"Zul.... aku ingin bertemu dengan mu!" bisiknya dalam hati.
Lyra memejamkan matanya, menikmati aroma wangi lavender yang memang menyala diruangan kamar yang sejuk, agar memberikan ketenangan saat masuk ke alam mimpinya.
Wajah lelah, dengan kerutan sedikit disudut mata yang sipit, menandakan bahwa Lyra tidak muda lagi.
Lyra memeluk tubuh mungil putri kesayangannya, merasakan kebahagiaan yang jauh dari kata sempurna, karena suaminya berada didalam kamar rumah tetangga.
Air mata yang sudah mengering, bahkan Lyra hanya bisa tertidur dua jam, pikirannya menerawang entah kemana. Perlahan matanya terbuka, melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 03.30 waktu setempat.
Lyra turun dari ranjang, dengan langkah pelan dia menuju kamar mandi membersihkan diri. Niat hati hanya bersujud pada pemilik semesta alam.
Kali ini Lyra seperti wanita yang tidak ingin berdebat dengan siapa saja. Dia hanya ingin menyelesaikan masalahnya bersama Dony. Apapun yang akan terjadi, terjadilah.
Lebih dari satu setengah jam Lyra menghabiskan waktu dalam ritualnya, dia kembali teringat untuk persiapan sarapan Kesy. Perlahan Lyra membangunkan putri kesayangan dari tidurnya, agar segera membersihkan diri disela-sela dia memasak nasi goreng kesukaan Kesy.
Kesy yang masih enggan membuka mata, hanya memeluk Lyra semakin erat.
"Ma, Kesy nggak sekolah yah?" bisiknya.
Lyra menautkan kedua alisnya, menatap wajah Kesy yang tampak kusut dengan iler dimana-mana.
"Hmm, tumben? Kok nggak mau sekolah sayang? Kenapa?" tanya Lyra penuh selidik.
Kesy memajukan bibirnya, "Aku malu, Ma. Teman-teman ku mengejek kemaren. Aku nggak mau mereka kembali mengejek aku karena Bunda Riche datang ke sekolah ku! Aku benar-benar malu," ceritanya.
Lyra menarik nafas panjang, mengusap lembut punggung putrinya, "Bagaimana kalau anak Mama yang cantik ini, temanin Mama ke kantor. Nanti jam makan siang kita ke mall bertemu Om Aryo teman kuliah Mama."
Kesy mengangguk setuju. Wajah sedihnya berubah ceria seketika. Itulah anak-anak, apalagi jika dia merasa nyaman dengan kasih sayang seorang Mama yang penuh kelembutan.
"Ya udah, kamu mandi dulu. Mama masak nasi goreng kesukaan kamu!" goda Lyra pada puncak hidung Kesy.
Kesy menggelengkan kepalanya, "Aku pengen bubut ayam, Ma. Aku nggak mau makan di rumah. Nggak mau Mama repot-repot masakin aku. Kan Papa nggak ada, jadi kita makan diluar saja."
Lyra memeluk erat tubuh mungil putrinya, "Baiklah, kita makan bubur ayam Bandung yang ada diarea sekolah kamu."
Kesy mengangguk bahagia, bergegas dia berlari kekamar mandi yang berada di area dapur, sementara Lyra tengah sibuk membuat minuman hangat.
Lyra kembali teringat pada handphone miliknya, sedikit merindukan sosok Zul yang mampu menghibur hatinya.
"Hmm, Zulkifli sudah bangun belum, yah? Biasanya dia menghubungi aku jam segini. Aaaagh..... kenapa aku jadi senang di gombalin Zulfikar...! Iiighs, siapa siiih nama anak muda itu. Zul, call me please...!"
Lyra tersenyum-senyum sendiri saat menantikan Kesy menyelesaikan ritualnya membersihkan diri.
Namun, kembali dia dikejutkan dengan suara gedoran pintu yang sangat keras dari arah luar.
"Lyra.... Lyra.... buka pintunya! Aku tidak akan tinggal diam yah! Akan aku tuntut kamu di Pengadilan Agama," teriak Dony tanpa rasa bersalah dan malu.
Lyra mendengar suara ancaman yang keluar dari mulut Dony. Dia sengaja merekam suara teriakan suaminya, untuk menjadi barang bukti yang akan dia tunjukkan pada Aryo di Pengadilan Agama.
________
Salam hangat Author,
Ini merupakan cerita ringan rumah tangga. Silahkan tinggalkan komentar anda pada kolom komentar. Terimakasih....❤️🥰😘
udah bagus di demenin Ama Zul.
kalo Eva jadi Zul,Eva talak sepuluh,supaya ngga bisa ketemu LG di neraka maupun di sorga .😁
aku mampir thor
sifat dan sikapnya sangat aku dambakan. masih adakah d dunia nyata ini laki2 sprt zul