Dewi Sri, seorang gadis 23 tahun yang memimpikan kerja di kantoran. Gadis dengan penampilan biasa saja dengan logat Jawa yang medok. Dijodohkan dengan seorang pria yang lebih dewasa darinya. Yang seharusnya berjodoh dengan kakak tertuanya.
Lucky Albronze terpaksa menerima perjodohan dari orang tuanya karena balas budi berhutang nyawa. Padahal dia sudah punya kekasih hati yang di impikan menjadi pendampingnya kelak.
Dan mereka berdua menjadi punya kesepakatan dalam pernikahan, yang hanya untuk membuat orang tua masing-masing merasa bahagia.
ikuti kisah selanjutnya yuk!
🥰🙏 dukung author ya. makasih ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
hari pertama setelah menikah
Kokok ayam jantan sahut menyahut di belakang rumah. Menandakan sang Surya yang perkasa sudah akan datang menjelma.
Sri mengerjap-ngerjapkan matanya. masih terasa perih untuk di buka. Kantuk masih menggayuti pelupuk matanya. Mencoba mengumpulkan nyawa yang masih belum berkumpul sepenuhnya.
Apalagi udara pagi yang dingin membuat Sri lebih mendusalkan wajahnya di bawah selimut. Memeluk guling yang terasa lebih empuk pagi ini.
Lelahnya belum terbayar dengan tidur yang hanya beberapa jam saja. Masih ingin tidur lagi menyambung mimpi yang sempat terhenti. Tapi otaknya sudah susah di ajak untuk terbuai di alam mimpi lagi.
Matanya terpejam. Tapi otaknya sudah bekerja dengan baik. Mengingat-ingat kejadian semalam. Pernikahan yang sudah berlangsung meriah. Kelelahan yang mendera karena banyaknya tamu yang harus di sapa dan menyalami mereka mengucap selamat.
Pernikahan!!
Lucky!!
Sri ingat Lucky. Matanya langsung terbuka sempurna. Mencari pria itu di sampingnya. Tapi tidak ada. Lucky tidak tidur dengannya. Sri menelentangkan tubuhnya, menghadap ke langit-langit kamarnya.
Seingatnya Lucky pergi keluar kamar dan meninggalkannya tadi malam. Entah kenapa pria itu tiba-tiba saja marah padanya. Sri tidak tahu entah apa sebabnya.
Tapi, kalau Lucky tidak tidur dengannya, lalu di mana? Ibu pasti akan marah padanya kalau sampai Lucky pergi meninggalkannya.
Sri langsung bangkit terduduk di tempat tidur. Merasa takut ibunya akan marah besar. Dan apa nanti yang akan di katakan mertuanya kalau Lucky pergi meninggalkannya?
Kkhhrrrr... zzzzzz
Tiba-tiba Sri mendengar dengkuran halus dari sebelah kirinya. Cepat-cepat Sri menoleh. Di sana Lucky tidur meringkuk di sofa yang hanya bisa di tempati satu orang saja.
Sri beranjak turun dari ranjang. Menghampiri Lucky yang masih tertidur pulas. Berdiri di sampingnya mengamati wajah lelaki yang sudah jadi suaminya itu.
Lucky meringkuk. Menaikkan kedua kakinya dan memeluk tubuhnya sendiri. Napas halus teratur. Dan wajah itu, terlelap di buai mimpi. Diam dan tenang.
"Ganteng"
Tanpa sadar kata itu terlontar dari bibir Sri. Memperhatikan wajah Lucky dengan seksama. Baru kali ini Sri memperhatikan wajah Lucky. Tapi wajah tampan itu seketika buyar jika Sri mengingat sikap sombong yang di tunjukkan Lucky padanya.
"Iiissshhh.. ganteng sih, tapi sombong!"
Sri menggumam dan menatap sinis pada Lucky. Tapi ada rasa iba menyusup di hatinya. Lucky rela tidur si sofa sempit dan tidak mengganggunya yang tidur dengan nyaman di ranjang. Lucky menepati janjinya.
Kasihan juga melihat Lucky tidur seperti itu. Pasti nanti badannya sakit semua. Sri memutuskan membangunkan Lucky untuk pindah ke ranjang saja. Menyentuh lengan Lucky dan mengguncangnya halus.
"Mase.. mas. Mas Lucky. Tangi (bangun) mas"
Lucky masih tidak merespon. Diam dan masih mendengkur halus. Sri mencoba lagi agak kencang.
"Masee.. mas. Bangun Lo. Pindah mas!"
"Eeegghh.."
Lucky hanya menggeliat sedikit. Tapi masih belum bangun. Matanya masih sulit terbuka. Sri berpikir, pastilah Lucky masih sangat mengantuk. Entah jam berapa lelaki ini tidur tadi malam.
"Masee!! Ayo pindah. Jangan di sini mas!"
Sri mengguncang tubuh Lucky. Dan kali ini berhasil. Lucky membuka sedikit matanya. Tapi masih tampak ngantuk berat.
Sri memutuskan menarik Lucky agar berdiri. Antara sadar dan tidak, Lucky menuruti. Berdiri limbung karena masih mengantuk. Sri menopang tubuh besar Lucky. Menariknya dengan susah payah agar Lucky mengikutinya melangkah ke ranjang.
"Duuhh gustiii... kok Yo abot eram (berat sekali) awak mu Lo maaass.." Sri ngomel karena harus memapah tubuh tinggi tegap itu kepayahan.
Sri melingkarkan tangan Lucky di pundaknya. Memapah sampai di samping tempat tidur. Lucky menurut dengan kepala yang oleng kekiri dan kanan. Mata terpejam dan mulut yang menganga.
Sri sudah ngos-ngosan memapah tubuh Lucky. Begitu sampai, Sri langsung menghempaskan tubuh Lucky ke tempat tidur. Tapi karena berat, mereka berdua jadi jatuh bersama. tubuh besar Lucky menindih Sri.
Sri megap-megap menahan tubuh lucky. Lelaki itu menindihnya erat. Sangat berat di rasa Sri.
"Maseee.. aduuhh.. aku susah napas Iki loo maaass.. hhkkk!!"
Sri mendorong sekuat tenaga, agar Lucky terguling ke samping. Begitu terlepas, Sri menarik napas dalam, menghidup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya kencang. Menetralkan napasnya yang ngos-ngosan.
"iihhh... habis napas ku!"
Sri mencubit lengan Lucky gemas. Untung saja tenaganya cukup bisa menggulingkan tubuh besar Lucky kesamping. Kalau tidak, pastilah dia mati tergencet tubuh tegap itu.
Tapi karena cubitan di lengan Lucky yang cukup keras, lelaki itu jadi bereaksi. Menggeliat merasa terganggu. Dan tanpa di sangka Sri, Lucky memiringkan tubuhnya lagi. tangan kekar Lucky kini malah meraih tubuh mungilnya. Mendekap kepelukannya dengan erat.
"Eehhmm... jangan pergi Ami" gumam Lucky.
"Eehh.. maseee.. lepas!"
Sri panik. Menghentakkan kakinya di tempat tidur. Tangannya tidak bisa bergerak karena Lucky sudah memeluknya erat. Mendusalkan wajahnya ke pipi Sri.
Sri sampai mengedikkan bahunya. merapatkan ke pipi, agar Lucky tidak mendusal ke lehernya. Bergidik merinding karena Lucky menggesek hidung mancungnya ke pipi Sri.
"Maseee.. bangun maass!!"
Teriak Sri agak kencang. Membuat Lucky tersentak kaget. Menatap wajah Sri di sampingnya. Menyadari tangannya melingkari tubuh Sri, cepat-cepat dia melepaskan dekapannya. Mereka berdua serempak bangkit duduk di tempat tidur.
"Mau apa kamu?" hardik Lucky dengan mata melotot marah.
"Eeeee... mau apa mau apa... situ yang lancang!" Sri balik membentak marah.
"Kamu ngapain meluk aku?" tanya Lucky lagi masih melotot.
"Enak aja! Mase yang meluk Sri lo mas! kok malah nuduh!"
Lucky celingak-celinguk. Merasa ada yang berbeda. Seingatnya, dia tidur di sofa. Tapi kenapa sekarang malah sudah di tempat tidur bersama Sri?
"Kenapa aku ada di sini?" Lucky terlihat bingung. Tapi cepat memicingkan matanya menatap Sri dengan curiga.
"Kamu yang buat aku ke sini kan? Kamu mau perkosa aku?"
"Apa? perkosa?!" Sri mendelik marah. "Ciihh.. ora Sudi!"
Sri bergerak turun dari tempat tidur. Menatap sinis pada Lucky. Sangat kesal pada Lucky yang tidak tahu berterima kasih.
"Lain kali jangan tidur di sofa. Langsung aja sekalian tidur di lantai. Biar aku gak kasihan sama Mase!"
Ujar Sri sambil bergerak menjauh dari Lucky. Lucky hanya menatapnya waspada. Masih menatap Sri dengan rasa curiga. Sri cuek saja melihat Lucky masih diam mematung di tempat tidur. Sri beranjak mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
"Sudah bagus di ajak pindah ke tempat tidur. Eehh malah di tuduh mau perkosa! iisshh sekali lagi aku Yo ora gelem (tidak mau) lah!"
Sri masih bersungut-sungut dari dalam kamar mandi. Dan Lucky bisa mendengar itu.
"Rai ne (wajahnya) Yo ganteng. Tapi aku Yo gak selera!"
"Aku dengaaarr!!" sahut Lucky kesal.
tidak ada jawaban dari Sri. Hanya bunyi guyuran air yang menyahuti ucapan Lucky. Lelaki itu kesal sekali pada Sri yang juga menunjukkan sikap permusuhan terang-terangan padanya.