LANJUTAN NOVEL "AKU BUKAN WANITA MURAHAN"
Zaline Haena Cruise harus menjadi seorang Presdir di usianya yang masih muda. Wanita itu menjadi pemegang saham terbesar di PT. Cruise Kontruksi setelah kakeknya meninggal dunia.
Banyak sekali yang telah ia alami saat masih kecil karena keserakahan keluarganya sendiri. Namun kini ia bisa menjalani hidup lebih baik atas bantuan kakaknya Zionel Cruise.
Perusahaan yang ia pegang bersama kakaknya tentu saja tidak mudah menuju kesuksesan, apalagi ada perusahaan konstruksi baru yang terus saja menjadi pesaing mereka.
Namun siapa sangka, Zaline Haena Cruise justru harus jatuh cinta pada pemilik perusahaan pesaing tersebut.
Bagaimana kisah cinta mereka???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegilaan Alvaro
Kepala Alvaro berdenyut saat mendengar ketukan pintu kamarnya, ia baru saja bisa tidur sejenak namun sudah ada saja yang mengganggunya. Dengan kesal ia bangun, menyingkirkan selimutnya dan turun dari tempat tidurnya. Ia melangkahkan kakinya dengan malas menuju pintu.
Tok... Tok... Tok...
"Iya... aku datang." ujar Alvaro semakin kesal.
Pria itu langsung membuka pintu kamarnya dan mendapati asistennya berdiri membawa troli makanan. Alvaro menatap Leo dengan tajam seraya mengumpat.
"Apa kau tidak tahu aku baru saja bisa tidur?" bentak Alvaro.
"Mana aku tahu, memang aku malaikat." pikir Leo namun tentu saja ia tak berani mengucapkannya.
"Maaf pak Al, aku mengantarkan sarapan anda. Penerbangan kita ke Paris jam 10 pagi." jawab Leo.
"Batalkan penerbangan itu." ucap Alvaro.
"Hah... tapi kenapa pak? Bukankah pak Ben menunggu anda."
"Aku ingin menemui Hiroki lagi." jawab Alvaro seraya memberi jalan untuk asistennya masuk ke kamarnya.
Leo pun mendorong troli makannya masuk ke dalam kamar.
"Pak Al, bukankah jika anda mendesak pak Hiroki maka akan semakin menyulitkan perusahaan."
Alvaro kembali menatap Leo dengan tajam. "Kau sedang mengajariku cara berbisnis? Kalau begitu kau saja yang menjadi Presdir, aku asistenmu."
"Maaf pak Al, aku tidak bermaksud seperti itu."
"Apakah kau sudah mencari tahu alasan Hiroki membuat kita menunggu?" tanya Alvaro.
Leo menganggukkan kepalanya. "Tebakan anda benar pak Al. Perusahaan Cruise Kontruksi menginginkan proyek ini juga."
"Kalau begitu, aku memang harus mendesaknya. Siapkan rencana B Le, kita temui Hiroki siang ini."
Leo terbelalak. "Jika anda memberikan harga terendah untuk proyek ini, maka proyek lain akan tertunda karena kurangnya dana pak Al. Anda yakin ingin tetap melakukannya?"
"Mengapa sejak tadi kau terus mempertanyakan keputusanku Le? Kau membuatku semakin sakit kepala. Jika aku sudah menyuruhmu seperti itu, bukankah kau hanya perlu melakukannya. Apa kau pikir aku membangun bisnisku hanya menggunakan dengkulku tanpa menggunakan otak?"
"Baik pak Al, aku akan segera menyiapkannya." jawab Leo ketakutan.
"Pergilah sekarang, harusnya sejak tadi itulah yang kau katakan."
"Jangan lupa sarapan anda pak Al." ujar Leo lagi.
"Cerewet sekali." celetuk Alvaro.
Leo menghela nafas panjang seraya berpamitan pada Alvaro.
*****
Leo melangkahkan kakinya dengan kesal, ia terus menggerutu dalam hati sampai tiba di kamarnya. Ingin sekali ia menghubungi Benny, namun ia tahu saat ini di Paris sudah tengah malam. Leo mengurungkan niatnya seraya mengerjakan proposal rencana B. Ia memang bukan pemilik perusahaan atau salah satu pemegang saham Jaya Kontruksi, namun sebagai seorang asisten, bukankah hal yang wajar jika mengingatkan atasannya sebelum bertindak.
"Apakah yang dilakukan pak Al sudah diketahui pak Ben? Jika tindakannya salah, ini akan mempengaruhi perusahaan mereka. Tapi jika aku terus mempertanyakan dan banyak berbicara pada pak Al, maka ia akan semakin murka. Ya Tuhan, mengapa ada pria yang menyebalkan seperti pak Al di dunia ini? Bagaimana ia bisa memiliki kekasih jika sikapnya terus arogan." pikir Leo bingung.
Leo terpaksa mengirim pesan pada Benny. Tanpa di duga pesan itu langsung dibalas, artinya Benny masih belum tidur. Leo segera melakukan panggilan pada pria itu.
"Halo pak Ben." ucap Leo saat ponselnya diangkat.
"Kali ini ada apa lagi Le?" tanya Benny.
"Pak Ben, apakah anda sudah tahu soal pertemuan kami dengan pak Hiroki?"
"Tentu saja aku sudah tahu, ada apalagi?"
"Pak Al ingin menemui pak Hiroki kembali dan langsung mengajukan proposal rencana B."
"Aku memang menyarankannya, tapi aku sudah berkata pada Al agar menunggu lebih sabar sebelum rencana B dilakukan. Ya Tuhan, apa yang ia pikirkan saat ini sampai otaknya turun ke kaki?"
"Pak Al juga memintaku untuk membatalkan tiket penerbangan ke Paris." imbuh Leo.
"Apa kau sudah membatalkannya?"
"Belum pak Ben, sejak tadi aku dalam kebimbangan."
"Bagus... Jangan batalkan tiketnya. Aku akan berbicara dengan Al sekarang. Tunggulah sebentar." ucap Benny seraya memutus teleponnya.
Leo kembali menghela nafas panjang, ia berharap Benny bisa berbicara dengan Alvaro agar pria itu tidak bertindak gegabah. Cukup lama ia menunggu Benny menghubunginya kembali, sudah lebih dari setengah jam. Alih-alih mendapatkan telepon dari Benny, ia justru mendengar pintu kamarnya diketuk dengan keras hingga membuatnya terkejut.
Leo segera membuka pintu kamarnya, ia terkejut saat melihat atasannya datang dengan wajah penuh amarah.
"Pa...pak Al..." ujar Leo gugup.
Alvaro langsung masuk ke kamarnya seraya bertolak pinggang. "Sebenarnya kau asistenku atau asisten Benny?" bentaknya.
"Begini pak Al..."
"Kau jelas sekali tak mempercayaiku sebagai atasanmu Le. Apakah semua tindakanku harus kau laporkan pada Benny?" potong Alvaro.
"Pak Al, bukan maksudku seperti itu. Tapi waktu yang diberikan pak Hiroki masih cukup lama, jadi kita bisa memikirkan cara lain untuk mendapatkan proyek ini tanpa harus mengorbankan proyek yang lain." jawab Leo.
"Kau menyuruhku menunggu sampai Hiroki mengatakan ia tak mau bekerjasama dengan kita karena ia menemukan perusahaan lain. Dengarkan aku Le, kau harus bertindak sesuai dengan jabatanmu. Kau juga harus tahu dimana posisimu saat ini. Jika segala tindakanku kau laporkan pada Benny, maka lebih baik kau menjadi asistennya."
Leo menelan saliva nya, ia berharap Benny menghubunginya sekarang agar tidak terus menghadapi kemarahan Alvaro. Namun ponselnya sama sekali tak berdering.
"Pak Al... jadi..."
"Kita berangkat ke Paris." jawab Alvaro sebelum Leo bertanya lebih lanjut.
Leo mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Apa aku tidak salah dengar? Bukankah ia sangat marah karena aku meminta bantuan pak Benny. Tapi ia justru mengikuti keinginan pak Benny agar tetap berangkat ke Paris. Pria ini apakah sudah gila?"
"Apa yang kau pikirkan, tunggu apalagi? Bereskan semuanya, kita berangkat ke bandara." ujar Alvaro lagi.
"Ba... baik pak Al." jawab Leo.
Alvaro membalikkan tubuhnya lalu meninggalkan Leo begitu saja. Leo ingin tertawa sekaligus menangis saat ini karena dibuat gila oleh tindakan atasannya.
"Ya Tuhan... aku nyaris jantungan karena mendengar kemarahannya. Tapi di akhir, ia tetap mengikuti keinginan pak Benny. Ingin sekali aku berteriak di depannya apakah kau sudah gila." gerutu Leo.
Leo mulai membereskan kopernya dengan cepat sebelum Alvaro berubah pikiran lagi. Ia bahkan belum menyentuh sarapannya sendiri karena dibuat kesulitan oleh atasannya. Leo kembali menghela nafasnya sambil menatap kamarnya sendiri. Ia tersenyum dan akhirnya tak bisa lagi menahan tawanya. Pria itu seperti orang gila, tertawa sendiri saat ingat ucapan Alvaro saat marah dan mendengarkan ucapan akhirnya bahwa mereka tetap akan berangkat ke Paris.
Setelah Leo tertawa dengan puas, ia pun mengambil ponselnya lagi. Ia mengirimkan pesan pada Benny bahwa mereka akan terbang menuju ke Paris.
*****
Happy Reading All...
selamat untuk AlZa atas kebahagiaan nya dengan lahir nya putra pertama
selamat dan sukses selalu untuk mamiku author missyou terima kasih sudah menghibur kami dengan cerita mu yang luar biasa 😘😘😘
dan yang terpenting mamii sehat selalu 😘😘😘
kecuali bocil belum paham 😂😂😂🚴
akhir nya anuu juga kala ada kata malam pertama
selamat ya AlZa 😘😘😘