Harusnya, dia menjadi kakak iparku. Tapi, malam itu aku merenggut kesuciannya dan aku tak dapat melakukan apapun selain setuju harus menikah dengannya.
Pernikahan kami terjadi karena kesalah fahaman, dan ujian yang datang bertubi-tubi membuat hubungan kami semakin renggang.
Ini lebih rumit dari apa yang kuperkirakan, namun kemudian Takdir memberiku satu benang yang aku berharap bisa menghubungkan ku dengannya!
Aku sudah mati sejak malam itu. Sejak, apa yang paling berharga dalam hidupku direnggut paksa oleh tunanganku sendiri.
Aku dinikahkan dengan bajingan itu, dibenci oleh keluargaku sendiri.
Dan tidak hanya itu, aku difitnah kemudian dikurung dalam penjara hingga tujuh tahun lamanya.
Didunia ini, tak satupun orang yang benar-benar ku benci, selain dia penyebab kesalahan malam itu.~ Anja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atuusalimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bagian 2, part 4
"Mami sama papi sudah tidak lagi peduli dengan urusan percintaanmu, Reka. Mereka tidak akan peduli mau kamu pisah dengan Anja kemudian mencari wanita lain. Tapi, jangan pernah berharap menjauhkan Anja dari bayangan kehidupanmu karena mereka benar-benar sudah menganggap Anja bagian inti dari keluarga ini. Satu lagi hal yang harus kamu pertimbangkan jika kamu benar-benar ingin berpisah dengan Anja, mereka benar-benar tidak akan membiarkanmu Kezia berada ditanganmu lagi!"
Jadi, disinilah kini Reka dan kakaknya berada. Duduk dikursi kolam renang dengan suara celotehan dua gadis kecil dari kejauhan. Sepertinya pak Tias dan Lail berhasil membujuk putrinya itu.
"Mengingat apa yang terjadi, membangun hubungan juga tidak akan mudah bukan?" Reka memalingkan wajah, Erna nampak diam dan mulai menyeruput minumannya saat ini.
"Sekarang, apa yang ingin kamu rencanakan? tidak mungkinkan menjadi seperti ini seumur hidup!"
"Aku terserah, Anja!" timpalnya ragu.
"Yakin?" Erna memastikan jawaban yang diberikan dengan menjinjitkan satu alis.
"Kalo terserah Anja, semua orang juga bisa menebak kalau akhir dari kalian perpisahan. Anja sudah pasti membencimu dan pastinya itu yang ia harapkan. Tapi, apa hatimu benar-benar yakin?" cemooh Erna membuatnya merenung.
Harapannya seperti terhempas pada jurang keputusasaan. Kisahnya rumit, tidak sederhana dan masing-masing keputusan memiliki konsekuensi yang begitu besar. Namun bukan itu yang menjadi hatinya lara, ia benar-benar menginginkan memulai hidup bersama Anja dan ia tak tau harus memulainya dari mana.
"Aku benar-benar tidak tau,mbak!" keluhnya sambil menatap kakaknya dengan ekspresi tak terbaca.
Kedua alis Erna mengkerut,"bukan masalah tidak tau, Reka. Kamu ini sudah dewasa dan harus berani mengambil keputusan. Sekarang mbak tanya, maumu bagaimana?"
Ia mengalihkan pandangannya gugup, telapak tangannya berkeringat "Aku, kurasa aku..."
"Baik, mbak mengerti. Kamu ingin melanjutkan hidup bersamanya,kan?" potong Erna seraya menebak apa yang ingin ia katakan.
Reka mengusap tengkuknya, berpikir apa perasaannya begitu jelas sekarang sehingga kakaknya berani menebak tanpa ragu.
"Apa menurut mbak juga itu seseuatu yang tidak mungkin?"tuturnya menyuarakan isi hati.
Sekarang bahkan kakaknya menatap dirinya dengan sorot kasihan, apa memang dirinya tak punya kesempatan sama sekali?
Ia menelan kenyataan pahit itu dalam diam.
"Mbak tau ini tak akan mudah. Tapi, coba diingat dulu. apa penyebab dari ketidak mungkinkan itu, dan apa ada hal yang bisa diperbaiki?"
"Aku tak begitu mengenal Anja, mbak. Bahkan mbak tau kondisi apa yang menyebabkan kami menikah. Kami hanya menghabiskan hidup bersama dalam satu atap selama dua Minggu!" kenang Reka dengan tatapan jauh mengingat masa lalu.
"Bagaimana kehidupan kalian selama dua Minggu itu?"
"Tidak begitu baik. Kami tak pernah bertegur sapa, dan Anja juga kebanyakan mengurung diri dikamar!"ujarnya dengan wajah murung "Aku benar-benar tak pernah memulai!"keluhnya kemudian sambil menatap mata kakaknya sendu.
Erna tampak menarik napas,"menurut mbak itu merupakan sesuatu yang wajar. Menikah karena kesalah fahaman tidak semudah itu untuk bisa diterima. Menurutmu, ada lagi hal lain?"
"Tentu! dan ini yang membuatku sampai sekarang merasa tak dapat membayar semuanya." Reka melonggarkan ikatan dasinya yang membuatnya merasa sesak.
"Saat dia dituduh melakukan percobaan pembunuhan pada Silvi, aku benar-benar tak pernah membelanya!" kenang. Reka, kalimat itu terlalu pedih bahkan dipendengarannya sendiri. Ada sesal, yang ia tak tau harus menjelaskannya dengan cara apa.
semangat kak author 😍