Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?
baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Bab 31.
..."Ya kamu benar, aku sangat mengagumi tubuhmu ini, sayang..Tubuhmu, sudah menjadi canduku.." -Adrian ⚘️...
Malam semakin larut ketika Nadya sampai di rumah. Ia membuka pintu dengan langkah malas, melepaskan heels mahalnya sembarangan di ruang tamu. Pikirannya masih terbayang obrolan di arisan tadi. Tentang “wanita cantik” yang disebut Hanum, tentang Alesya yang dijemput oleh seorang wanita.
Namun, semakin lama ia mencoba memikirkan, rasa penasaran itu kalah dengan kekecewaan yang jauh lebih besar, kekecewaan karena cincin berlian limited edition yang ia incar sejak lama tidak jadi terbeli.
Nadya menjatuhkan tubuhnya di sofa, meraih tas tangannya dan membuka ponselnya, ia melihat sisa saldo di rekeningnya, menghitung sisa uang yang ia punya. Wajahnya cemberut.
“Kenapa sih Adrian tidak memberiku uang seperti biasanya…” gumamnya kesal. “Aku nggak akan kehilangan cincin itu.”
Ia menghela napas panjang. Cincin itu sudah dipamerkan beberapa temannya tadi, membuat Nadya semakin panas hati. Baginya, itu lebih memalukan dibanding gosip tentang siapa yang menjemput Alesya.
Anak-anak? Ia tak terlalu peduli. Bahkan ia tidak ingat kapan terakhir kali benar-benar menghabiskan waktu bersama mereka. Yang lebih mengusik pikirannya malam ini hanyalah satu: bagaimana cara mendapatkan kembali gaya hidup glamornya yang mulai terancam.
Nadya pun menyalakan ponselnya kembali, membuka katalog perhiasan online, berharap ada cincin lain yang bisa sedikit mengobati kekecewaannya. Tetapi matanya terasa semakin berat, dan ia akhirnya terlelap di sofa dengan wajah masih penuh kegelisahan.
...⚘️...
Kamar hotel berbintang itu masih dipenuhi aroma lembut dari sabun mandi yang baru saja mereka gunakan. Uap tipis masih tersisa di udara. Adrian dan Revana duduk berdampingan di sofa empuk dekat jendela besar, mereka masih mengenakan bathrobe putih yang membuat mereka terlihat semakin serasi.
Di hadapan mereka, dua cangkir kopi mengepulkan aroma harum. Adrian menyandarkan tubuhnya santai, satu tangannya terulur meraih pinggang Revana, mendekatkannya ke sisinya.
“Rasanya beda ya, minum kopi setelah mandi bareng istri sendiri,” ucap Adrian dengan nada menggoda, matanya menatap Revana penuh arti.
Revana mendengus kecil, pipinya merona. “Kamu ini ya, selalu aja bikin aku salah tingkah.”
Adrian tertawa pelan, lalu menyesap kopinya. “Tapi aku serius, Baby. Aku nggak pernah merasa setenang ini sebelumnya. Kamu bikin semuanya lebih hidup.”
Revana menunduk sebentar, jari-jarinya memainkan gagang cangkir. Ada rasa hangat yang mengalir di dadanya, sesuatu yang tidak bisa ia tolak lagi. Meski awalnya ia mencoba menjaga jarak, kenyataan kini dirinya sudah benar-benar terikat oleh pesona dan kasih sayang Adrian.
Ia menoleh pelan, menatap Adrian dengan tatapan lembut. “Aku juga merasa... nyaman, mungkin ini yang aku cari selama ini.”
Adrian tersenyum puas, lalu meraih dagu Revana, mengangkatnya sedikit untuk menempelkan kecupan singkat di bibirnya. “Aku janji, Baby... kamu nggak akan pernah merasa kekurangan lagi. Selama aku ada, kamu cukup jadi dirimu sendiri.”
Revana menghela napas, matanya sedikit berkaca-kaca. “Aku cuma takut semua ini terlalu indah untuk jadi nyata.”
Adrian merengkuhnya lebih erat, menempelkan keningnya di kening Revana. “Kalau ini mimpi, jangan pernah bangunin aku.”
Suasana jadi semakin syahdu. Dari balik kaca besar, lampu-lampu kota terlihat berkilau, menjadi saksi keintiman dua hati yang semakin menyatu.
Adrian kembali menciumi leher Revana, menyusuri bahu dan punggung Revana dengan penuh kelembutan yang sama, membuat Adrian selalu tak bisa menahan hawa nafsunya lagi, tangannya bergerak liar membuka bathrobe Revana, sampai pada akhirnya Revana kembali tampil tanpa selehai benangpun di hadapan Adrian.
untuk kesekian kalinya, Revana masih merasa malu, tapi juga sekaligus selalu terangsang dengan perlakuan Adrian.
"Kenapa kamu selalu saja ingin melihatku seperti ini, sayang.." tanya Revana sambil meliuk-liuk merasakan tangan Adrian yang terus menyelusuri setiap centi tubuhnya.
"Ya kamu benar, aku sangat mengagumi tubuhmu ini, sayang..." jawab Adrian dengan sorot mata penuh hawa nafsu.
"Tubuhmu, sudah menjadi canduku.." tambahnya lagi.
Setelah mengatakan itu, Adrian segera menghujam dengan bibirnya ke area sensitif Revana, membuat Revana merasakan sensasi yang luar biasa.
"Hmmmhhh....Papi...geli..." Desah Revana semakin menjadi ketika Adrian menjilaatiii permukaan area intimnya.
Tubuh Revana menggeliat, ia bahkan menarik rambut Adrian, ia semakin menekan kepala Adrian, Revana terus merasakan gelii tapi dengan nikmat yang luar biasa.
Revana semakin merancau, Adrian yang melihat Revana sudah tak terkendali, ia bersiap memasukan senjata rudalnya ke liang kenikmatan milik istrinya.
"Aaghh..." Adrian sedikit mengerang ketika juniornya masuk ke lubang kenikmatan istrinya itu.
"Papi, pelan-pelan.." ucap Revana dengan suara manja.
"Iya Baby...nikmati sayang..." Adrian kembali menghisaap buah d4d4 Revana dan menggoyang pinggulnya, membawa Revana semakin melayang.
"Enak kan sayang...?" Tanya Adrian.
Revana hanya mengangguk singkat sambil tersenyum tipis, ia mencengkeram tubuh Adrian mengimbangi gerakannya.
Adrian meraih pinggul Revana, memposisikan Revana di atas pangkuannya, ia menuntun Revana agar terus memaju mundurkan pinggangnya dengan cepat. Suara penyatuan mereka semakin terdengar berirama.
Tak hanya Revana, Adrian pun mulai merancau, menikmati rasa nyamannya di dalam bawah sana.
Tak perduli dengan sofa yang semakin bergeser posisi, karena gerakan penyatuan mereka. Revana terus menggoyangkan pinggulnya diatas pangkuan suaminya.
Adrian tak tinggal diam, ia jugaa meremas dan menghisap kedua buah dadaa Revana secara bergantian.
Sepersekian menit, tubuh Revana bergetar membuat Adrian mengangkat kembali tubuh Revana, memposisikan Revana di atas sofa menghadap membelakanginya dengan membungkuk, Adrian berdiri di belakangnya, ia kembali menghujam Revana lewat belakang, Adrian mempercepat ritmenya, dan puncak kenikmatan akan ia segera raih.
"Oohhhh....sayang..." tembakan cairan bening Adrian mencuat, dengan perlahan ia mengakhiri pergerakannya. Rasa hangat begitu terasa masuk ke dalam tubuh Revana.
Mereka berdua terkulai lemah terduduk di sofa.
"Ah...sayang rasanya luar biasa..enak sekali.." gumam Adrian, ia tak lagi bisa berkata-kata banyak untuk mendeskripsikan rasa bahagianya.
----
Lampu kamar hotel hanya menyala redup, menyisakan cahaya temaram yang menenangkan. Di ranjang king size itu, Adrian dan Revana masih terbaring berdua, tubuh mereka diselimuti kehangatan. Napas mereka mulai teratur, meski jelas sekali jika malam ini keduanya sudah melewati momen penuh gairah dan kelembutan.
Adrian berbaring miring, satu tangannya melingkari pinggang Revana, sementara jemarinya sesekali memainkan helaian rambut panjangnya. Revana sendiri bersandar di dada bidang Adrian, mendengar detak jantungnya yang terasa begitu menenangkan.
“Kamu nggak ngantuk?” tanya Adrian dengan suara pelan, hampir berbisik.
Revana tersenyum samar, matanya menatap langit-langit. “Aneh, biasanya aku gampang banget capek. Tapi sekarang... aku malah nggak bisa tidur.”
Adrian terkekeh pelan. “Mungkin karena kita sama-sama puas, kamu jadi lebih bersemangat.” Ia mengecup kening Revana lembut. “Aku juga nggak ngantuk. Aku pengen ngobrol sama kamu... tentang masa depan kita.”
Revana menoleh, menatap wajah suaminya itu dengan serius. “Tentang masa depan kita?”
Adrian mengangguk. “Iya. Aku tahu semua ini masih rumit. Aku belum resmi cerai dengan Nadya, dan kita baru menikah secara agama. Tapi aku janji, aku akan menuntaskan semuanya. Aku nggak mau kamu hidup di bayang-bayang status.”
Revana terdiam sejenak, hatinya bergetar mendengar kesungguhan itu. “Aku nggak minta banyak, Papi. Aku cuma mau kamu benar-benar serius sama aku. Jangan sampai aku jadi sekadar pelarianmu.”
Adrian langsung menatapnya dalam, matanya penuh keyakinan. “Kamu bukan pelarian, Baby. Kamu itu rumahku.”
Revana menahan napas, hatinya terasa menghangat. Kata-kata itu menembus pertahanannya. “Lalu... bagaimana dengan anak-anak ? Alesya dan Andrew? Apa mereka bisa menerimaku. Jujur aku lebih takut berhadapan dengan mereka daripada dengan Mbak Nadya..?”
Adrian mengelus pipinya lembut. “Jangan takut sayang. Aku bisa melihat sendiri bagaimana mereka nyaman sama kamu. Kamu udah jadi bagian dari hidup mereka. Aku ingin mereka tumbuh dengan kasih sayang yang lengkap. Dan aku tahu, kamu bisa kasih itu. Kamu sekarang sudah resmi menjadi mommy mereka.”
Revana menutup matanya sesaat, menahan emosi yang meluap. “Aku... aku takut nggak bisa sebaik yang kamu pikir.”
“Jangan pernah takut,” bisik Adrian, meraih jemari Revana dan menciumnya. “Kamu udah cukup, lebih dari cukup.”
Keheningan sejenak menyelimuti mereka, hanya terdengar suara samar-samar kendaraan kota di luar sana. Revana tersenyum kecil, menempelkan wajahnya di dada Adrian.
“Aku nggak pernah nyangka... hidupku bisa sampai di titik ini,” ucapnya lirih.
Adrian merangkulnya lebih erat, menutup mata sambil menghembuskan napas lega. “Percaya sama aku, Baby. Ini baru awal dari perjalanan kita.”
Malam itu mereka terus larut dalam obrolan panjang, tentang rumah yang mereka impikan, kebersamaan dengan anak-anak, hingga rencana sederhana seperti liburan kecil bersama. Tidak ada rasa kantuk, hanya ada cinta yang semakin dalam mengikat keduanya.
waktu tak terasa semakin larut, setelah obrolan panjang yang penuh keseriusan tentang masa depan mereka, suasana kamar hotel kembali hening. Hanya suara pendingin ruangan yang samar-samar terdengar. Adrian menepuk pelan punggung Revana yang masih bersandar di dadanya.
“Sudah, sekarang kamu harus tidur,” ucap Adrian dengan suara lembut tapi tegas.
Revana mendongak, menatap wajah Adrian dengan mata yang masih berbinar. “Aku belum ngantuk...” gumamnya pelan, seperti anak kecil yang menolak disuruh tidur.
Adrian mengangkat alisnya, tatapan matanya berkilat nakal. “Kalau kamu nggak tidur juga... jangan salahkan aku kalau aku paksa kamu buat layani aku lagi.”
Mendengar ancaman samar itu, wajah Revana langsung merona. Ia berdecak kesal, buru-buru membenamkan wajahnya ke bantal. “Kamu ini... nggak ada capeknya, kita udah tiga ronde Papi..!”
Adrian tertawa rendah, geli melihat perubahan ekspresi istrinya itu. “Habisnya... kamu manis banget, buat aku candu.” Ia mencubit hidung Revana gemas, membuat Revana semakin mendengus jengkel.
“Papi, aku serius. Jangan macam-macam lagi malam ini. Badanku aja masih pegal..dan itu aku rasanya masih perih..” Revana mencoba merajuk, tapi semakin membuat Adrian tergoda.
Adrian hanya terkekeh, lalu memeluk Revana erat dari belakang. “Iya sayang, tenang... aku janji kali ini kita harus tidur. Tapi kalau kamu terus bandel nggak mau merem...” ia berbisik di telinga Revana, “...aku bisa berubah pikiran.”
Revana spontan menutup mata rapat-rapat, membuat Adrian kembali tertawa puas. “Nah, gitu dong. Cantikku harus istirahat. Besok kita masih banyak kerjaan.”
Dalam pelukan hangat itu, meski sempat cemberut, akhirnya Revana luluh juga. Senyum tipis muncul di bibirnya sebelum perlahan ia benar-benar terlelap di dekapan Adrian.
...⚘️...
...⚘️...
...⚘️...
...BERSAMBUNG...
... ...
DAN UTK RANI BUAT DIA SADAR DIRI KERJA JGN NGAREPIN MANTAN KAKAK IPAR UNTUK BIAYA HIDUPNYA BUAT VIRAL👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈
dia jadi gembel kalau butuh uang harus kerja biar dia tau capeknya jadi adrian kayak mana
MANTAP GK THOR🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😈