Eileria Song. Wanita cantik berusia 27 tahun yang memiliki pekerjaan sebagai seorang pembunuh bayangan harus menyembunyikan identitas aslinya dengan menjadi seorang dokter ahli bedah jantung.
Karena sebuah janji yang ayahnya lakukan di masa lalu mengharuskan Eileria menikah dengan seorang laki-laki yang tidak pernah dia kenal sebelumnya.
Pekerjaan mereka sangat bertolak belakang. Nathan 34 tahun, yang bekerja sebagai seorang kapten dari pasukan khusus penjinak bom dan anti teroris di negaranya, dengan berat hati menikahi wanita pilihan ayahnya.
Nathan tidak pernah tahu identitas asli istrinya seperti apa karena dia memang tidak perduli akan hal itu.
Pertemuan pertama mereka tidak berjalan dengan baik, bahkan mereka bersepakat bahwa mereka menikah hanya di atas kertas.
Namun karena sebuah hubungan satu malam yang tidak di sengaja, lambat laun hubungan mereka mulai membaik. Bahkan benih-benih cinta mulai tumbuh di antara mereka berdua.
Eil yang sudah mencintai suaminya semakin takut untuk mengungkapkan identitas aslinya. Hingga suatu ketika, Natha n di pecat dari pekerjaannya karena ulah dari istrinya sendiri.
Akankah Nathan memaafkan istrinya? atau dia akan melupakan kenangan bersama istri kecilnya itu?..
Takdir seolah mempermainkan kehidupan cinta mereka.
Bertahan? atau meninggalkan? mana yang harus Nathan pilih......
Harap bijak dalam memilih bacaan. Happy reading....
Ini hanya fiksi karangan Author. Please don't judge me.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keadaan Darurat
Seorang gadis cantik melangkah dengan riang saat keluar dari dalam kamarnya. Dia Eileria, wanita itu sesekali melirik pintu kamar yang terletak tak jauh dari kamar yang di tempatinya. Bahunya tertarik keatas bersamaan dengan bibirnya yang juga tersenyum acuh, dia ingin sekali mengganggu Nathan saat ini.
Setelah kejadian malam itu, Nathan masih saja bersikap cuek, dingin dan selalu sesukanya. Eil tidak mempermasalahkan itu, hanya saja dia sering bosan, ingin keluar juga malas kalau harus berkendara terlalu jauh.
Eil akhirnya memutuskan untuk berkeliling di halaman mansion Nathan yang memang belum semuanya dia jelajah. Berawal dari halaman samping, sampai sekarang dia berada cukup jauh dari mansion . Matanya berbinar melihat sebuah danau yang sangat indah. Airnya berwarna biru kehijauan, suasana di sana sangat tenang, udaranya bersih dan tidak ada kebisingan yang berasal dari kenalpot kendaraan.
Eil berlari semakin jauh untuk melihat danau itu dari jarak yang lebih dekat. Kakinya berhenti di tepian danau, Eil merentangkan kedua tangannya merasakan hembusan angin yang terasa sangat segar.
"Berada di sini memang hal yang bagus, selain tempatnya tenang, banyak hal indah yang bisa dinikmati secara gratis. Akhhh senangnya," Eil memekik kegirangan dengan senyum yang tak hilang dari wajah cantiknya.
Gerrrrrrr..
Geerrrrr.....
"Lion," gumam Eil berusaha mencari sumber suara.
"Lion, kau tau aku disini?" tanya Eil saat Lion mendekat ke arahnya. "kau memang memiliki ikatan batin dengan ku. Asal kau tau Lion, majikanmu itu sangat menyebalkan. Setiap hari dia hanya sibuk memantau bisnisnya dan sangat jarang keluar dari kamar, aku merasa bosan. Tapi karena kau sudah ada di sini, mari temani aku jalan-jalan!." Eil berceloteh kepada harimau peliharaan suaminya
Dengan patuhnya , harimau itu berjalan di sebelah Eil seolah dia sedang berjalan dengan ibunya.
"Lion, apa kau tau kalau aku ini yatim piatu? aku selalu melihatmu sendirian, kau juga tidak memiliki orang tua. Tapi jangan pernah bersedih! kau masih memiliki Nathan di sisimu. Kau lihat aku!, aku bahkan tidak memiliki siapapun, tapi aku selalu bersyukur tentang hidupku. Aku tidak pernah mengeluh, aku yakin setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Aku hanya akan menjalani hidupku dengan baik. Kau juga harus melakukan nya. Hiduplah dengan baik!" Eil tersenyum, tangannya terulur mengelus kepala Lion dengan lembut.
"Sudah hampir sore, kita harus segera kembali!"
Drrttttzzz...
Drrttzzzz....
"Halo, iya Pak ada apa? ...
"Dr. Eileria, ada keadaan darurat di rumah sakit. Anda harus segera datang! pasien sedang kritis saat ini."
"Baiklah Pak, saya akan segera kesana," Eil berlari sesaat setelah sambungan telepon nya terputus.
Brughhhhh...
"Akhhhh," Eil memekik saat tubuhnya terhempas cukup keras di atas rerumputan. Bibirnya kembali mendesis ketika Eil berusaha untuk berdiri namun seperti ada yang menusuk pergelangan kakinya.
"Astaga, kakiku sepertinya terkilir."
Apa yang harus di lakukannya sekarang? dia harus segera pergi supaya dia tidak terlambat datang ke rumah sakit. Seseorang sedang berjuang antara hidup dan mati, namun sialnya Eil malah terjebak dan tidak bisa melakukan apapun.
"Oke Eil, kau bisa! kau bukan wanita lemah," Eil berusaha berdiri dengan sekuat tenaga, akhirnya dia berhasil berjalan meskipun harus menyeret satu kakinya. Eil, wanita itu masuk ke dalam mansion masih dengan Lion yang mengekor di belakangnya. Mungkin Lion tau kalau majikannya sedang terluka saat ini.
Tuk.
Tuk.
Tuk.
Nathan mendongakkan kepalanya saat mendengar suara gaduh di luar pintu kamar. Keningnya berkerut memikirkan kemungkinan apa yang mungkin sedang terjadi saat ini. Laki-Laki itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi lalu melepas kacamata yang sejak tadi bertengger manis di tulang hidungnya yang mancung.
"Apa yang sedang terjadi?" Nathan membuka pintu kamar lalu berjalan mendekati sumber suara yang sejak tadi mengganggu indra pendengarannya.
"Apa yang sedang kau lakukan, tidak bisakah kau membiarkan ku tenang?"
"Kau, bisakah tidak berteriak padaku? aku sedang buru-buru dan tidak ada waktu untuk meladenimu," Eil kembali menuruni anak tangga masih melompat lompat dengan satu kakinya.
Nathan berjalan mendekati Eil saat matanya melihat keanehan yang sedang di lakukan istri kecilnya. pasalnya, wanita itu mengatakan kalau dia sedang buru-buru tapi kenapa cara berjalannya seperti itu?.
"Kau terluka?"
Eil tidak menggubrish pertanyaan suaminya sama sekali, dia lebih memilih untuk terus berjalan karena rumah sakit adalah tujuan utamanya saat ini.
Settttttt...
Nathan menggendong Eil tiba-tiba membuat Eil reflex mengalungkan kedua tangannya di leher Nathan. Wanita itu berusaha memegang tas selempang berisi laptop yang sengaja di bawanya untuk melihat informasi dan data pasien yang akan di bedahnya sore ini.
"Apa yang kau lakukan Nathan?"
"Menurutmu apa? aku hanya ingin membantumu. Kakimu terluka, mau sampai kapan kau berjalan melompat lompat seperti kodok? bukannya kau sedang buru-buru saat ini?"
Eil mendengus mendengar jawaban yang keluar dari mulut suaminya. Dia bersyukur karena Nathan mau membantunya di saat genting seperti ini, namun nada ketus yang keluar dari mulut Nathan sangat tidak enak untuk di dengar.
"Hati-Hati," ucap Nathan saat mendudukkan Eil di kursi samping kemudi.
"Kau akan mengantarku?"
"Kau pikir aku akan membiarkan mu pergi sendiri dalam keadaan seperti ini?"
Eil memutar bola matanya malas. Lagi dan lagi suaminya itu berbicara dengan nada ketusnya.
"Terimakasih," ucap Eil tidak ingin membuat keributan. Mendebat Nathan saat ini bukanlah hal yang tepat.
Nathan melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kali ini laki-laki itu menggunakan mobil sport kebanggaannya. Sedangkan Eil yang ada di samping Nathan, masih fokus menatap layar laptopnya, membaca setiap deret huruf yang menginformasikan riwayat penyakit dan keadaan pasien yang akan dia operasi.
Kittttttt..
Mobil Nathan berhenti di basement rumah sakit tempat Eil bekerja. Laki-Laki itu keluar dari mobilnya kemudian membuka pintu penumpang. Tangannya kembali menelusup di balik punggung dan lutut Eileria. Eil sama sekali tidak keberatan dengan kelancangan yang di lakukan Nathan. Pertama, situasi saat ini tidak memberikannya pilihan. kedua, Nathan adalah suaminya. Mau dia melakukan apapun itu bukanlah sebuah dosa.
"Nathan tolong anatar aku ruang operasi! aku rasa mereka sudah mempersiapkan segalanya," Nathan mengangguk dan terus berjalan sambil menggendong Eil.
"Dokter Eileria, syukurlah anda sudah datang, kami sangat cemas karena takut kau akan menolak panggilan dari kami," seorang dokter dan beberapa perawat membungkukkan badan mereka memberi hormat pada Eileria.
Eil menepuk bahu suaminya beberapa kali. Nathan yang sudah mengerti lantas menurunkan Eil dari gendongan nya.
"Kau yakin akan melakukan operasi dalam keadaan seperti ini?" Nathan bertanya dengan kedua mata yang melirik ke arah kaki Eileria yang sedang terluka.
"Aku harus bisa Nathan, kemampuanku sedang di butuhkan saat ini," Eil tersenyum kemudian masuk ke ruang operasi. Seseorang membantunya untuk mengenakan pakaian khusus sebelum Eil mencuci tangannya.
Nathan sedikit khawatir mengingat ini adalah operasi jantung, jenis operasi yang memerlukan banyak waktu yang mana Eil harus berdiri cukup lama dalam kondisinya saat ini.
Lampu di atas pintu ruang operasi menyala ,menandakan operasi sedang berlangsung. Nathan melipat kedua tangannya di atas dada menunggu Eil menyelesaikan pekerjaannya. Laki-Laki itu duduk di sebuah kursi tunggu sambil mengetuk ngetukkan kakinya beberapa kali di atas lantai.
Enam jam kemudian....
Brukkkkk...
Eil ambruk di atas lantai sesaat setelah operasi yang di lakukannya selesai. Buliran keringat besar memenuhi pelipis dan juga wajahnya yang masih tertutupi masker.
"Anda tidak apa-apa dok?" tanya beberapa perawat menghampiri Eileria yang masih terduduk sambil memegangi pergelangan kakinya.
"Aku tidak apa-apa. Dokter Daniel, tolong pindahkan pasien ke ruang observasi, aku serahkan semuanya kepadamu sekarang. Tapi dengan catatan kau harus melaporkan kondisinya kepadaku setiap hari," dokter Daniel mengangguk mengiyakan apa yang di perintahkan Eil kepadanya.
"Suster tolong bantu aku, aku harus menemui dokter ortopedi saat ini,"
"Baik dokter," ucap seorang suster lekas membantu Eil untuk berdiri dan memapahnya keluar dari ruangan itu.
Cklekkkkk..
Nathan menoleh saat pintu terbuka, Eil muncul dengan dua orang yang memapahnya dari sisi kiri dan kanan wanita itu.
"Kau baik-baik saja?"
"Aku tidak apa-apa, sebenernya tidak bisa di bilang baik-baik saja. Aku hanya memerlukan dokter Ahmmad sekarang,"
Nathan mengambil alih Eileria dari kedua suster yang tadi membantunya. Dia lekas mendudukkan Eil di sebuah kursi roda yang di bawakan seorang perawat.
"Antar aku ke ruang ortopedi!"
Nathan tidak menjawab, laki-laki itu mendorong kursi roda Eil setelah Eil menunjukan kemana mereka harus pergi saat ini.
To Be Continued.
Hai Readers, jangan lupa like dan komen nya ya. Thank You......
lumayan buat ngocok isi perut