JENNAIRA & KAFINDRA NARAIN DEWANDARU
Gadis bernama Jennaira harus merasakan kecewa terbesar dalam hidupnya karena membiarkan orang asing merampas sesuatu yang amat sangat berharga baginya.
Ia sempat merutuki kebodohannya karena membiarkan kejadian itu terjadi berulang kali dalam waktu semalam . Tak ada penolakan yang benar-benar ia lakukan.
Dalam keadaan mab*k membuatnya hilang setengah kewarasannya saat itu, hingga ia sadar saat hinaan dan tuduhan tak berdasar dilayangkan padanya .
Wanita ****** dari mana kamu berasal?
Berapa kamu dibayar untuk menghancurkan hidup saya?
Bahkan disaat ia menjadi korban di sini, laki-laki itu sibuk memikirkan kekasihnya. Dunia seolah hanya berisi wanita itu . Tidak memikirkan Jenna yang saat ini tengah terpuruk dengan kenyataan yang ada.
Ikuti kisah Jenna yuk ! Baca dan beri komentar mu tentang karya author 😁🤗 ini hanya untuk orang dewasa ya, anak kecil bukan bacaan seperti ini yang dibaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Butterfly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 7 Jennaira
* pagi hari
Jenna yang tak sadar menggeliat kan tubuhnya , seketika menjerit sakit di sekujur tubuhnya terutama bagian bawahnya. Perih, ngilu dan kebas bercampur menjadi satu.
Ia tidak tahu jika yang mereka lakukan akan berimbas separah ini pada kondisi tubuhnya. Dengan kaki bergetar, ia mencoba menginjak lantai kamar yang terasa dingin.
Dengan tubuh telanjang nya, ia berusaha berjalan menuju kamar mandi. setiap dua langkah ia akan berhenti untuk mengurangi rasa ngilu yang menyeruak dalam tubuhnya.
Hingga tak sadar pelukan seseorang yang mendekapnya dari belakang membuatnya terkejut. Tubuhnya menegang dengan detak jantung yang nyaris berhenti seketika.
" Mau kemana sayang? " suara lirih dan berat itu menyapa telinga Jenna pagi hari ini. Bahkan endusan laki-laki itu di lehernya tak mampu Jenna tepis karena masih syok.
Karena kediamannya, tangan nakal itu kembali merayap di dua gunung kembarnya, rema*an kecil itu mampu membuat Jenna merinding seketika.
Kepalanya mendongak menikmati rasa yang baru pertama kali ia rasakan, semalam ia tak begitu fokus pada kenikmatan kecil lainnya selain penyatua*an yang mampu membuatnya gila.
Beberapa kecu**n berlabuh kembali pada area leher dan pundaknya , katakan saja Jenna sudah gila untuk saat ini. Tak ada usaha untuk menolak , ia hanya bergerak pasrah menerima semua perlakuan pria itu hingga penyatu*an kembali terjadi begitu saja.
Pria itu bergerak cepat memasukkannya dari belakang, tak peduli kondisi wanitanya ia hanya ingin memuaskan has*at yang selalu ia pendam selama ini.
" Sangat nikmat bukan? " bisik pria itu tepat ditelinga Jenna.
Jenna hanya mengangguk, tangannya dengan erat memegang meja yang ada didepannya dengan erat sebagai penopang tubuh disaat di belakang nya sedang diserang habis-habisan.
Setelah selesai membersihkan tubuhya, keduanya duduk saling berhadapan. Jenna duduk di sisi kasur dengan laki-laki itu yang duduk menggunakan kursi yang ada dikamar itu.
Badannya yang kekar duduk tegap sembari menatap wanita di hadapannya tanpa ekspresi . setelah menghabiskan malam dan pagi yang panas, ia baru sadar jika wanita itu bukanlah kekasihnya.
Padahal ia ingat betul jika yang ada dikamarnya adalah sang kekasih, kenapa berubah menjadi wanita lain?
Sedangkan Jenna hanya dibuat terdiam setelah hinaan dan tuduhan tak berdasar pria itu layangkan padanya.
Setelah laki-laki itu sadar, kalimat-kalimat menyakitkan itu langsung dihujam begitu saja untuk wanita yang sudah digagahinya semalam bahkan nambah pagi hari.
Siapa kamu?
Dibayar berapa agar bisa menjebak ku hah?
Wanita jal**g dari club mana kamu diambil?
Ia sungguh tak paham akan apa yang terjadi, bukankah dirinya korban disini? kenapa rasanya hinaan itu tak pantas untuknya. Ingin sekali ia membantah semua tuduhan itu, tapi tatapan tajam pria itu membuat Jenna terdiam.
Biarkan saja ia dihina yang terpenting dirinya bisa bebas dari ruangan terkutuk ini, mengingat kejadian beberapa menit yang lalu rasanya Jenna ingin tertawa bercampur tangis. Bisa-bisanya ia tak melakukan perlawanan saat tubuhnya dijamah orang asing . ahh tidak! ia mengenal pria itu.
" Saya bukan pela**r! " ucapnya lirih namun tegas. matanya menatap laki-laki itu , rasa sakit kecewa dan perasaan tak terima tergambar jelas diiris matanya yang sudah memerah karena tangis.
" Terserah tuan ingin beranggapan tentang siapa saya? Biarkan saya pulang tuan. " ucapnya dengan mata lelah dan berkaca-kaca.
Sunguh dirinya menyesal akan hal yang sudah terjadi padanya, kesuciannya hilang ditangan orang asing. Masa depan yang ia rancang dengan baik sudah hancur bahkan sebelum dimulai.
" Tunggu asisten saya datang kesini dia akan membawakanmu pakaian ganti. " setelah itu Pria itu membungkukkan badannya kedepan, mendekat pada wajah Jenna yang mulai ketakutan " Dan ingat satu hal nona, jika kau terbukti bekerja sama dengan musuhku maka hidupmu tidak akan berakhir baik! " senyum seringai tipis itu menghanyutkan Jenna dalam ketakutan.
Banyak wanita yang mendekat padanya, menggoda dengan berbagai cara agar ia lengah dan mempermudah musuh nya untuk menyerang.
" Terserah tuan percaya atau tidak, saya bukan orang penting yang terlibat masalah dengan orang seperti kalian. Saya hanya orang miskin yang ingin mengadu nasib dikota ini " Jenna menahan napas sejenak, matanya penuh dendam menatap laki-laki di hadapannya, " Namun na'as justru Tuhan mempertemukan saya dengan laki-laki yang justru menghancurkan masa depan yang sudah saya dambakan selama ini ! " kalimat itu sarat akan kemarahan yang menggebu. Tangan yang tengah memegang selimut yang membalut tubuhnya itu mengepal dengan kuat.
Ia marah pada kenyataan karena tubuhnya sudah tak lagi sama, ada sesuatu yang sudah hilang dari tubuhnya . Tapi, Jenna lebih marah dan kecewa pada dirinya sendiri. Kenapa semalam ia tak bisa menolak sentuhan itu? Kenapa tubuhnya justru menikmati itu semua! .
*****
Satu minggu berlalu, Desi dibuat merasa bersalah pada Jenna karena meninggalkannya malam itu. Gadis itu berubah menjadi diam semenjak malam itu, Desi juga bingung kenapa dirinya bisa ada didalam kamar bersama kekasihnya. Pria itu bilang jika ia mabuk berat dan akhirnya di amankan oleh Bram.
Ia tak menaruh curiga apapun pada pria itu, karena pikirnya mungkin ia benar-benar mabuk .
" Jen? " Desi mendesah frustasi dibuatnya. ia menangkap hal tak biasa saat gadis itu memaksakan senyum padanya.
" Kamu beneran gak mau cerita apapun sama saya? " Jenna menggeleng kan kepalanya pelan, ia benar-benar tak ingin orang lain mengetahui aibnya. Biarlah luka ini ia peluk sendirian.
" Beneran nggak ada apa-apa Bu, saya cuma lagi capek aja makanya lesu banget, " Jenna berusaha memberi pengertian agar wanita tak lagi mendesaknya dengan banyak pertanyaan dan prasangka buruk.
" Kamu capek? " Jenna mengangguk, " Ikut saya spa aja sore nanti, gimana? biar capek kamu ilang, " tawar Desi.
" Nggak usah Bu, saya takut geli kalau di sentuh-sentuh! " Jenna mengangkat kedua bahunya dengan ekspresi merinding.
" Sentuh-sentuh apanya? " Desi masih belum paham dengan maksud gadis itu.
" Diurut maksudnya, kan itu pasti disentuh sana sini , " cicit Jenna , menikmati satu cup es jeruk yang dibelinya beberapa menit yang lalu sembari membeli pesanan bosnya, Pak Kafindra.
Desi berdecih, tak menyangka jika gadis itu mempunyai pemikiran seperti itu, " yang ada kamu bakal ke enakan Jen, " ucap Desi di sambut tawa kecil gadis didepannya.
" Mau ya? " dengan wajah melas nya, Desi yakin Jenna tidak akan tega menolaknya.
Dan benar tebakannya, gadis itu mengangguk walaupun dengan ekspresi ragu. Lagi-lagi karena ia belum pernah datang ke tempat seperti itu . sesekali sempat melihat saat ada iklan yang lewat tentang spa tersebut.
******
Hallo 👋
Maaf ya jika alur cerita ataupun bahasanya masih keliatan kaku / monoton hehehe 🙈 maklum ya baru berani bikin cerita terus di up langsung buat dibaca orang lain. biasanya cuma coret-coret dibuku aja.
Nona bakal belajar sambil tulis cerita ini ya 😇😉 makasih buat yang udah like, komen buat Nona 💋