NovelToon NovelToon
Terjebak Takdir Keluarga

Terjebak Takdir Keluarga

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:44
Nilai: 5
Nama Author: Siti Gemini 75

Eri Aditya Pratama menata kembali hidup nya dengan papanya meskipun ia sangat membencinya tetapi takdir mengharuskan dengan papanya kembali

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenyataan Tak Sesuai Harapan

"Liburan kali ini enaknya kemana, Yan? Otak udah kayak mau meledak nih," keluh Eri, meregangkan otot-ototnya setelah seharian berkutat dengan buku dan tugas kuliah. Dua hari ke depan kalender perkuliahan kosong melompong, kesempatan emas untuk kabur sejenak dari hiruk pikuk kampus.

Ryan mengangkat bahu, matanya menerawang ke langit-langit kamar kos mereka yang berantakan. "Gue sih nurut aja. Otak juga lagi blank nih, nggak ada ide sama sekali."

"Gimana kalau kita ngungsi ke villa aja? Lumayan kan, bisa ganti suasana," celetuk Ryan, tiba-tiba matanya berbinar.

"Nah, itu baru ide cemerlang! Boleh juga tuh, Yan! Kepala langsung enteng dengernya," sahut Eri, semangatnya langsung membara.

"Lo mau ngajak Dea juga?" tanya Ryan, menyunggingkan senyum menggoda.

"Ya iyalah! Masa gue liburan nggak ada Dea? Lo juga ajak Vina gih, biar seru. Tenang aja, semua gue yang urus. Lo tinggal siapin badan sama semangat aja," jelas Eri, sambil mengedipkan sebelah mata.

"Siap, Bos! Laksanakan!" balas Ryan, menirukan gaya hormat seorang prajurit.

"Eh, tapi kita mau nginep di villa mana nih? Jangan yang kayak rumah hantu ya," tanya Ryan, sedikit bergidik membayangkan villa angker yang pernah mereka kunjungi sebelumnya.

"Tenang, kali ini aman. Kita ke Villa Dago Village aja. Di sana kan ada empat kamar, jadi kita bisa bebas kayak raja, satu orang satu kamar!" jawab Eri, sambil membayangkan kenyamanan yang akan mereka dapatkan.

"Wih, mantap! Kalau gitu, gue setuju banget!" balas Ryan, mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi.

"Oke, kalau gitu kita cabut sekarang! Tapi lo ikut gue dulu ke rumah Bude Hera. Gue mau siapin perlengkapan perang, sekalian pamit sama Pakde dan Bude. Abis itu baru kita jemput Vina sama Dea, terus langsung tancap gas ke Dago!" kata Eri, sudah tidak sabar untuk segera memulai liburan mereka.

"Sip! Berangkat!" balas Ryan, langsung menyambar jaketnya dan bersiap untuk mengikuti Eri.

Mereka pun akhirnya meninggalkan kamar kos yang sempit dan berantakan, menuju rumah Bude Hera dengan semangat membara.

Rencana mereka berjalan mulus tanpa hambatan berarti. Dea, dengan wajah berseri-seri, mendapat izin dari kedua orang tuanya. Mereka mengerti betul betapa Dea membutuhkan liburan ini. Selama ini, hidupnya hanya berkutat di antara tumpukan cucian dan hiruk pikuk warung. Kedua orang tuanya merasa iba melihat Dea yang tidak bisa menikmati masa mudanya seperti gadis-gadis lain. Keterbatasan ekonomi memaksa Dea untuk mengubur mimpinya melanjutkan kuliah, dan memilih untuk membantu keluarga dengan berjualan di warung. Oleh karena itu, ketika Eri datang meminta izin untuk mengajak Dea berlibur, mereka langsung mengiyakan dengan senang hati.

Setelah mendapat restu dari kedua orang tua Dea, petualangan mereka pun dimulai. Namun, dewi fortuna seolah enggan berpihak pada mereka. Di tengah perjalanan, awan hitam menggantung di langit, dan hujan deras pun mengguyur tanpa ampun. Meskipun demikian, semangat mereka tidak luntur. Mereka tetap memacu kendaraan, menerjang derasnya hujan, karena membayangkan kehangatan dan kenyamanan yang menanti mereka di villa.

Menjelang Maghrib, akhirnya mereka tiba di Villa Dago Village dengan tubuh menggigil dan pakaian basah kuyup. Eri, dengan sigap, langsung check in dan memesan empat kamar untuk mereka. Setelah mendapatkan kunci, Eri menghampiri teman-temannya yang sudah tampak seperti ikan basah.

"Nih, kunci kamar kalian! Buruan ganti baju, udah kayak es batu semua nih!" kata Eri, sambil menyerahkan kunci kamar masing-masing.

"Iya, percuma dong kita bawa baju ganti, kalau ternyata ikut kebasahan juga," keluh Ryan, dengan nada putus asa.

"Ya udah, coba kita cek dulu, siapa tahu masih ada yang kering," usul Eri, yang segera disetujui oleh yang lain.

Dengan wajah penuh harap, mereka membongkar tas masing-masing, berharap menemukan secercah harapan di tengah lautan basah. Namun, kenyataan pahit menghantam mereka. Semua pakaian yang mereka bawa, termasuk yang disimpan di dalam tas, ikut basah kuyup diterjang hujan deras. Rencana untuk tampil keren dan menikmati malam di Dago pun pupus sudah.

"Kampret! Malah hujan deres banget begini. Gimana nih?" keluh Ryan, mengacak-acak rambutnya frustrasi.

"Iya nih, gimana dong? Padahal kan kita mau jalan-jalan, sekalian nyari makan. Mana baju kita ikut basah lagi," timpal Dea, menggigil kedinginan.

"Iya nih, gimana ya? Masa' kita mau kelaparan di sini?" sahut Vina, ikut panik.

Suasana langsung hening. Mereka semua terdiam, kehabisan akal. Bayangan tentang liburan yang menyenangkan kini berubah menjadi mimpi buruk yang basah dan dingin.

Melihat teman-temannya yang mulai putus asa, Eri mencoba untuk membangkitkan semangat mereka. "Oke, guys, jangan panik! Kita nggak mungkin kan nyerah gitu aja sama keadaan. Gimana kalau salah satu dari kita nekat keluar, nyari makan sama pakaian kering? Nggak mungkin kan kita mau terus-terusan pake baju basah begini?"

"Iya sih, tapi di luar hujan deres banget, Er," sahut Ryan, dengan nada ragu.

"Iya juga sih, tapi apa kita mau pasrah aja sama keadaan? Nggak ada pilihan lain kan?" tanya Eri, mencoba untuk memotivasi mereka.

"Lha terus, siapa yang mau jadi tumbal keluar di tengah hujan badai begini?" tanya Vina, dengan nada khawatir.

Eri menarik napas dalam-dalam, kemudian dengan mantap menjawab, "Oke, biar gue aja yang keluar! Untungnya, di jok motor gue ada jas hujan. Gue baru inget! Lumayan kan, bisa buat melindungi badan dari hujan, sekalian melindungi makanan sama pakaian yang kita beli biar nggak kehujanan." Eri bergegas menuju garasi villa, tempat motornya terparkir.

"Eh, jangan lo yang keluar, Er! Biar gue aja sama Vina yang pergi!" sambung Ryan, tiba-tiba semangatnya membara. Ia menyunggingkan senyum penuh arti ke arah Vina.

Eri yang mengerti maksud senyum Ryan, langsung tersenyum lebar. Ia tahu betul bahwa Ryan menyimpan rasa pada Vina, dan mungkin ini adalah kesempatan emas bagi Ryan untuk mendekati gadis pujaannya.

"Wah, tumben banget lo rela berhujan-hujan demi kita. Semoga amal ibadah lo jadi penolong lo di akhirat kelak!" goda Eri, sambil tertawa terkekeh.

"Amin! Tapi amalnya dibagi dua ya sama Vina," balas Ryan, sambil memandang Vina dengan senyum simpul.

"Enak aja! Biarpun itu amal, tetep aja gue nggak mau keujanan. Lo kan enak, pake jas hujan," protes Vina, meski pipinya sedikit merona.

"Tenang aja, kan lo bisa pake jas hujannya Eri. Gue sendiri udah nyiapin jas hujan di jok motor gue, buat jaga-jaga kalau pas kuliah hujan. Ayolah, Vin, tega banget sih lo ngeliat gue pergi sendirian di tengah hujan badai begini?" rengek Ryan, dengan nada memelas.

"Iya Vin, lo pake aja jas hujan gue," timpal Eri, melihat keraguan di wajah Vina.

"Oke deh, demi lo, gue rela berkorban!" balas Vina, akhirnya luluh dan mengambil jas hujan dari jok motor Eri.

"Nah, gitu dong! Baru namanya sahabat sejati! Jadi kan gue nggak kesepian di tengah hujan badai," kata Ryan, sambil mengedipkan sebelah mata ke arah Vina.

Tawa pun pecah di antara mereka, mencairkan suasana tegang yang sempat menyelimuti villa.

"Nih, duit buat beli makanan, minuman, sama pakaian!" Kata Eri sambil memberikan sejumlah uang kepada Ryan.

"Siap laksanakan!" jawab Ryan dengan semangat.

Setelah menerima uang dari Eri, Ryan dan Vina pun akhirnya memberanikan diri untuk menerjang derasnya hujan, demi menyelamatkan teman-teman mereka dari kelaparan dan kedinginan.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!