Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.
“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”
_Selamanya Kamu Milikku 2_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Mencoba Mencelakai
Matteo sudah diperbolehkan pulang, luka di kepalanya tidak terlalu parah, bahunya juga tidak apa-apa. Hari ini dia akan memenuhi undangan makan malam di rumah Miller.
"Siapa dia? Dia benar-benar mirip dengan istriku." Pikiran Matteo kembali melayang pada Sonia.
"Tuan, ada apa memanggilku?" tanya Hasbi pada Matteo.
"Cari tau mengenai wanita yang kita temui beberapa waktu lalu, aku ingin menemui dia lagi." Hasbi mengangguk, dia langsung mencari tahu mengenai Sonia.
Matteo datang ke mansion Miller, dia disambut hangat oleh keluarga Miller yang mana di sana ada Seyyal dan kedua putranya, Nila, Sean, Sonia dan anak-anak mereka.
Matteo tidak melepaskan pandangannya dari Sonia, hal itu membuat Sean merasa risih dan tidak senang, dengan cepat Sean merangkul pinggang ramping istrinya itu.
"Ini loh sayang yang kecelakaan waktu itu," bisik Sonia pada suaminya.
"Oh jadi dia yang berani peluk-peluk kamu." Sonia mengangguk, Sean semakin posesif pada istrinya dan memasang wajah dingin tak terbantah saat berjabat tangan dengan Matteo.
Di meja makan yang panjang dan megah itu sudah tersaji beberapa makanan yang sangat lezat dan menggoda, suasana makan malam kali itu sangat tenang karena si kembar Sean sudah berada di ruang tamu bersama dengan Arkan dan Azkan.
Matteo terus memperhatikan Sonia, dia menelisik lebih dalam setiap inci wajah Sonia dan memang sangat mirip dengan Gina, istrinya.
Sean mengepalkan tangannya dan rahangnya terlihat mengeras, dia tidak terima kalau istrinya di pandang sebegitunya oleh Matteo. Seyyal dan Miller juga menyadari tatapan Matteo pada Sonia dari tadi, Miller mengalihkan suasana dengan bicara mengenai bisnis mereka.
Karena obrolan para suami mereka lebih mengarah ke bisnis, Seyyal dan Sonia pamit untuk ke ruang tamu, dia ingin mengawasi anak-anaknya. Ditambah lagi tangisan Zoya sudah terdengar begitu nyaring di telinga mereka.
"Nanti aku nyusul, jangan capek-capek ya." Sean tersenyum nakal pada Sonia, yang mana Sonia mengerti arah pembicaraan suaminya itu.
"Abis ini aku mau tidur," balas Sonia kemudian berlalu dari meja makan tersebut.
"Aku sudah mendengar banyak mengenai dirimu Sean, apa kau tidak tertarik memiliki kekuasaan dalam bisnis gelap? Melihat kemampuanmu itu, kau akan sangat cepat memiliki kuasa," saran Matteo pada Sean, Sean meraih gelas kecil berisi alkohol lalu meneguknya hingga habis dan membawa pandangannya pada Matteo.
"Aku tidak tertarik dengan segala bentuk bisnis dan dunia gelap apapun, hidupku sudah dipenuhi dengan cahaya, jadi aku tidak mau membawa keluargaku dalam kegelapan, apapun bentuknya." Jawaban Sean dapat membuat Matteo mengerti betapa Sean sangat menyayangi keluarganya, Matteo jadi teringat dengan kematian anak dan istrinya, semua itu karena musuh dari bisnis gelapnya sendiri.
"Yah kau memang sudah mengambil keputusan yang luar biasa, jangan sampai cahaya hidupmu redup." Matteo juga meraih gelas kecilnya dan meneguk minuman alkohol itu dengan satu tegukan.
Mereka kembali membahas beberapa bisnis bersih yang memang akan melibatkan Sean, namun Sean tidak ingin mengambil peluang itu karena hal tersebut akan membuat Matteo semakin dekat dengannya dan otomatis akan dekat pula dengan Sonia.
Setelah ngobrol selama dua jam lebih, Matteo pamit untuk pulang, saat akan keluar dia melewati ruang tamu yang mana semua anak-anak kecil itu berkumpul sambil bermain dan terlihat Sonia sedang menemani Zoya bermain boneka.
Pandangan Matteo kembali terhenti pada Sonia, bukan hanya fisik dan wajah saja yang sama namun kelembutan dan kehangatan Sonia juga sangat mirip dengan Gina.
"Suruh dia pulang atau aku akan menempatkan timah panas di kedua matanya hingga mata itu tidak bisa lagi menatap lekat istriku," bisik Sean pada Miller yang mana Miller dapat melihat kilatan amarah terpancar di wajah Sean saat Matteo terus memperhatikan istrinya.
"Iya Sean, dia akan pulang, kau tenang saja, lebih baik kau menghampiri anak dan istrimu," Saran Miller, dia sangat tahu bagaimana Sean, jika ada yang mengusik hidupnya maka Sean akan berubah dari mode tenang menjadi mode monster tanpa pandang apapun.
...***...
Matteo mendapatkan semua informasi mengenai Sonia dari Hasbi secara lengkap. Tidak ada sangkut paut atau hubungan keluarga antara Sonia dengan Gina, memang hanya kebetulan saja Sonia begitu mirip dengan Gina.
"Kau boleh pergi." Hasbi menundukkan pandangannya lalu pergi dari hadapan Matteo.
Matteo menatap lekat foto Sonia yang diberikan oleh Hasbi tadi, terlintas hal picik di benaknya untuk menjadikan Sonia pengganti Gina yang sudah meninggal.
"Aku tidak peduli kamu itu siapa Sonia, dan aku tidak peduli kamu itu istrinya Sean. Aku akan menjadikan kamu sebagai pengganti Gina, kamu harus menjadi Gina ku yang sudah hilang. Wajahmu itu membuat aku semakin gila jika mengingat kau bersama dengan Sean, anggap saja ini cara tuhan mengembalikan Ginaku dalam dirimu Sonia. Wajah dan tubuh itu hanya milikku dan tidak boleh dimiliki oleh orang lain." Setiap kata yang terucap dari bibir Matteo penuh dengan penekanan, hal itu adalah isyarat bahwa dia harus memiliki Sonia apapun yang terjadi karena dia menganggap Sonia adalah Gina dalam mode lain.
...***...
Sean membawa anak dan istrinya ke mansion, hari ini adalah hari libur, dia akan menghabiskan waktu bersama dengan Sonia dan ketiga anak mereka. Sean membawa anak-anak ke taman, ketiga bayi yang sudah bisa berjalan itu terlihat sangat bahagia bermain dengan anak-anak seusia mereka juga.
Sonia dan Sean terus mengikuti anak-anak mereka, Sean mengajak anak-anaknya bermain bola sedangkan Sonia terus memperhatikan keluarga kecilnya sambil tersenyum.
Matteo menyusun rencana bagaimana untuk bisa mengambil Sonia dari Sean tanpa Sean sadari kalau Sonia menghilang begitu saja, ini memang terlihat egois tapi Matteo tidak rela melihat Sonia dimiliki oleh Sean.
"Sayang, aku mau beli jajanan ya." Sonia meminta izin pada suaminya.
"Iya, lebihin ya."
Mengangguk, Sonia langsung beranjak dari taman itu dan berjalan menuju tempat jajanan yang dia rasa sangat lezat, Matteo memerintahkan seseorang untuk menabrak Sonia dan tak lama sebuah mobil hitam melaju dengan cepat lalu mengarah pada Sonia.
"Awas, sayang." Sean dengan cepat memeluk istrinya agar tidak celaka karena sedari tadi mata Sean selalu mengawasi Sonia, dia meninggalkan ketiga anaknya begitu saja untuk mengejar Sonia.
"Fuck, kenapa pria itu sangat awas terhadap istrinya." Matteo memukul setir mobil untuk melampiaskan kekesalan karena rencananya gagal untuk bisa membawa Sonia.
Matteo meninggalkan lokasi itu dan kembali ke hotel tempat dia menginap selama di London.
"Kamu gapapa?" tanya Sonia cemas.
"Aku gapapa, kamu mau beli jajan kan, sana beli, anak-anak aku minta pengunjung lain untuk menjaga sebentar." jawab Sean dengan terus memperhatikan keadaan sekitarnya.
"Kita balik aja, aku udah nggak mau jajan lagi." Sean menggenggam tangan Sonia lalu kembali menemui anak-anak mereka.
"Nanti pulang dari sini kita jajan ya, kita cari nanti makanan yang enak-enak." Janji Sean pada istrinya yang tampak kecewa karena tidak jadi belanja.
"Iya," sahut Sonia sambil tersenyum.