kelanjutan dari Novel "Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat"perjalan ini akan di mulai dengan perjalanan ke alam dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Xiao Ying yang melihat nya tersenyum puas "dia sangat mudah di provokasi jadi besok paginya gak sakit sendiri "ucapnya Xiao Ying yang menyusul Meiyan , sementara itu Jian yu hanya bersikap santai tanpa mempedulikan mereka dan mencoba memejamkan matanya.
Tapi di saat Jian yu memenjam kan matanya dan membalikkan adanya matanya langsung membelak saat ia melihat Meiyan yang berdiri di depan nya tanpa sehelai benang pun
"Tolong pelan-pelan ya"suara Meiyan yang malu malu Jian yu langsung menarik tangan Meiyan dan mencium bibir nya yang membuat Meiyan tidak bisa berkata apa-apa .
Dan ciuman itu membuat badan mereka semakin panas, dan nafsu diantara mereka berdua yng menggebu gebu , setelah lama berciuman Jian yu sudah tidak lagi memakai pakaiannya nya dan hubungan mereka pun berlanjut lebih dalam lagi walaupun ini pengalaman pertama Meiyan"jangan terlalu kuat ya sayang"ucapnya dan Jian yu pun mengangguk pelan .
mereka berdua pun terbenam dalam keharmonisan dan penuh cinta walaupun sesekali Meiyan meringis kesakitan dan dipadukan dengan suara desahan nya.Setelah beberapa saat Meiyan langsung terkulai lemas dan tertidur pulas di ranjang.
"Dia lumayan juga ternyata"ucap Xiao ying yang dari tadi memperhatikan mereka sambil menahan gairah nya yang membara "sekarang giliran ku"ucap yng langsung mencium bibir Jian yu dan adegan panas pun kembali terjadi lagi antara Xiao ying dan juga Jian yu .
Mereka sama sama menyalurkan rasa cinta mereka masing masing dan dan nafsu yang memuncak serta gairah yng menggebu gebu dan akhirnya mereka pun mencapai puncak kenikmatan dan cinta mereka masih masih. Setelah adegan panas tersebut merek langsung tertidur pulas dengan Jian yu yang di tengah tengah kedua suami nya dan Tertidur lelap.
Sementara itu, keadaan di Kota Tianjing pada malam hari tampak sepi. Hanya suara langkah para kesatria dan angin malam yang berhembus pelan terdengar di sepanjang jalan. Para kesatria klan Naga dan juga anggota klan pembunuh tengah melakukan patroli menyusuri setiap sudut kota, memastikan tidak ada kejadian yang mencurigakan atau ancaman yang bisa membahayakan warga.
Di atas atap rumah-rumah penduduk, beberapa bayangan bergerak cepat. Ling Dong dan para saudaranya berkeliling dengan waspada. “Apa kalian menemukan sesuatu yang mencurigakan?” tanya Ling Dong dengan nada serius, matanya menyapu sekeliling.
Ling Zhao yang duduk di pinggir atap sambil mengamati jalanan di bawah menjawab pelan, “Untuk saat ini sepertinya tidak ada masalah apa pun. Semua tampak tenang.”
Ling Dong mengangguk pelan, namun wajahnya tetap tegang. “Kita tidak boleh lengah. Teruskan patroli, dan jangan lupa periksa setiap celah, bahkan yang paling sempit sekalipun. Ajak juga rekan-rekan kita yang lain agar tetap waspada,” ucap Ling Dong memberi perintah tegas.
“Baik!” sahut Ling Zhao dan yang lainnya serempak sebelum melesat cepat di antara atap-atap, meninggalkan jejak bayangan samar di bawah cahaya bulan. Ling Dong pun ikut melesat, matanya terus mengawasi setiap sisi kota dari ketinggian.
Sementara itu, di sisi lain kota, Huang sedang memimpin sekelompok kesatria klan Naga yang menyusuri jalan utama. Cahaya obor di tangan mereka menari-nari di antara tembok bangunan tua. “Apa ada hal yang mencurigakan?” tanya Huang sambil berhenti di tikungan sempit.
Salah satu kesatria yang baru kembali dari arah timur segera menjawab, “Untuk saat ini tidak ada, Komandan Huang. Kami juga sempat berbicara dengan anggota klan pembunuh, dan mereka pun tidak menemukan hal yang mencurigakan.”
Huang menatapnya sebentar, lalu mengangguk pelan. “Baik. Tetap lanjutkan patroli dan jangan turunkan kewaspadaan. Kita tidak tahu kapan mereka akan bergerak,” ucapnya dengan suara tegas namun tenang.
“Siap, Komandan!” jawab para kesatria bersamaan.
Huang kemudian melangkah lebih jauh, diikuti beberapa kesatria lainnya. Mereka terus menyusuri setiap gang sempit dan jalanan gelap, mata mereka waspada terhadap setiap gerakan atau suara yang terdengar aneh.
Sementara itu, ketika Ling Zhao dan Ling Bao sedang memeriksa area alun-alun kota, mereka tiba-tiba melihat sebuah bayangan melintas di depan mereka dengan kecepatan luar biasa. Refleks, keduanya langsung mengejarnya.
“Kak Zhao! Bayangan apa itu tadi? Bentuknya seperti manusia, auranya juga terasa seperti manusia… tapi kenapa wujudnya begitu aneh?” tanya Ling Bao sambil berlari di belakang saudaranya, matanya terus mengikuti gerakan cepat sosok tersebut.
“Entahlah, kita tidak akan tahu sebelum melihatnya sendiri,” jawab Ling Zhao dengan nada serius, pandangannya tajam menembus kegelapan malam. Angin berdesir kencang setiap kali mereka melesat di antara jalanan sempit.
Beberapa detik kemudian, bayangan itu tiba-tiba menghilang. Ling Zhao berhenti dengan cepat dan memindai area sekitar. “Sial! Dia terlalu cepat… ke mana perginya dia?” geramnya sambil mengaktifkan energi qi untuk mendeteksi keberadaan target.
Ling Bao juga berhenti di sampingnya, napasnya sedikit terengah. “Kak Zhao, ke mana dia sekarang? Kenapa tiba-tiba hilang begitu saja?” tanyanya dengan nada tegang sambil terus memandangi arah bayangan terakhir itu menghilang.
Belum sempat mereka melanjutkan pencarian, suara jeritan wanita tiba-tiba menggema dari arah barat kota jeritan panjang dan melengking yang membuat bulu kuduk mereka berdiri. Setelah itu, suara itu terhenti mendadak, meninggalkan keheningan yang mencekam.
Mereka saling berpandangan tanpa berkata apa-apa, lalu seketika melesat ke arah sumber suara. Dalam hitungan detik, mereka tiba di sebuah gang sempit di dekat restoran kota. Pemandangan mengerikan langsung terpampang di depan mata mereka ,seorang wanita tergeletak di tanah, tubuhnya terkoyak dengan luka yang dalam, darah mengalir membasahi batu jalan.
