Hidup Arabella hancur ketika pamannya tega menjualnya pada Edward Frederick, seorang mafia berkedok Ceo yang terkenal kejam, dingin, dan arogan, hanya demi melunasi hutang akibat kebangkrutan perusahaan.
Dengan kaki kanan yang cacat karena kecelakaan di masa lalu, Arabella tak punya banyak pilihan selain pasrah menerima perlakuan sang suami yang lebih mirip penjara ketimbang pelindung.
Perlahan, keduanya terseret dalam permainan hati, di mana benci dan cinta tipis perbedaannya.
Mampukah Arabella bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Ataukah justru dia yang akan meluluhkan hati seorang Edward Frederick yang sekeras batu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Keesokan harinya, Arabella menyeret kopernya keluar dari rumah yang selama ini menjadi tempatnya berlindung.
Setiap langkah terasa berat, bukan hanya karena beban koper, tetapi juga karena beban perasaan yang menghimpit dadanya.
Ara berhenti sejenak di depan pintu, memandang rumah itu dengan tatapan sendu. Rumah yang menyimpan kenangan manis dan pahit, rumah yang kini harus ia tinggalkan.
Air mata mulai mengalir membasahi pipinya. Tidak ada Reno, Maya, atau Gisel yang keluar untuk mengantarnya. Mereka hanya berdiri di balik jendela, menyaksikan kepergiannya dalam diam.
Ara mengerti, ini adalah jalan yang harus ia tempuh. Ia tidak ingin lagi menjadi beban bagi keluarga Reno, keluarga yang telah menerimanya dengan tangan terbuka.
Tiba-tiba, sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan rumah. Seorang pria berjas rapi keluar dari mobil dan menghampiri Ara.
"Nona Arabella?" sapanya dengan sopan. "Saya Bobby, asisten Tuan Edward Frederick. Saya diutus untuk menjemput anda."
Ara mengangguk pelan. "Selamat siang, Tuan Bobby," jawabnya dengan suara lirih.
Bobby tersenyum tipis. "Tuan Edward menyampaikan salamnya. Beliau juga berpesan, mulai hari ini, hutang Reno telah dianggap lunas. Anda tidak lagi memiliki ikatan apa pun dengan keluarga ini. Anda akan menikah dengan Tuan Edward dan tinggal bersamanya."
Mendengar kata-kata itu, hati Ara terasa seperti ditusuk ribuan jarum. Ia merasa seperti barang yang diperjualbelikan, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Ini adalah satu-satunya cara untuk membalas budi keluarga Reno dan memulai hidup baru.
"Saya mengerti," jawab Ara dengan suara bergetar.
Bobby membuka pintu mobil dan mempersilakan Ara masuk. Namun, belum sempat Ara melangkah, seorang pria keluar dari mobil.
Pria itu adalah Edward Frederick, seorang mafia yang terkenal kejam dan dingin. Ia mengenakan setelan jas hitam yang mahal, dengan kacamata hitam yang menutupi sebagian wajahnya.
Edward melepaskan kacamata hitamnya dan menatap Ara dari atas hingga bawah dengan tatapan menilai.
Tatapannya tajam dan menusuk, membuat Ara merasa tidak nyaman.
"Masuk!" titah Edward dengan suara dingin dan tanpa ekspresi.
Ara terkejut dengan sikap Edward yang begitu kasar. Ia merasa takut dan gugup, namun ia tidak berani membantah.
Dengan langkah ragu, ia masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku belakang. Edward mengikutinya dan duduk di sampingnya.
Suasana di dalam mobil menjadi tegang dan sunyi. Ara hanya bisa menunduk, berusaha menghindari tatapan Edward. Ia merasa seperti berada di dalam kandang singa, siap diterkam kapan saja.
Sementara itu, di dalam rumah, Gisel menghentakkan kakinya dengan kesal.
"Kenapa tidak ada yang memberitahuku kalau Edward setampan ini?" gerutunya dengan nada iri. "Seharusnya aku yang menikah dengannya, bukan Ara!"
Maya mendengus. "Jangan bodoh, Gisel. Kau pikir Edward mau menikahi wanita sepertimu?"
Reno hanya diam, merasa bersalah karena telah melibatkan Ara dalam masalah ini. Ia tahu bahwa Ara tidak bahagia dengan pernikahan ini, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Gisel menatap Maya dengan marah. "Ibu juga sama menyebalkannya dengan Ara!"
"Jaga ucapanmu, Gisel!" seru Maya.
"Aku akan membuat hidup Ara menderita," gumam Gisel dengan nada penuh dendam.
Maya dan Reno saling pandang dengan khawatir.
Mereka tahu bahwa Gisel sedang dikuasai oleh amarah dan iri hati.
Mereka berharap Gisel tidak melakukan hal-hal yang akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
**
Di dalam mobil, Ara memberanikan diri untuk membuka percakapan.
"Tuan Edward," panggilnya dengan suara pelan.
Edward menoleh dan menatap Ara dengan tatapan dingin. "Ada apa?"
"Saya... saya ingin bertanya, apa yang akan terjadi setelah ini?" tanya Ara dengan gugup.
Edward menyeringai sinis. "Kau akan menjadi istriku. Kau akan tinggal bersamaku di rumahku. Kau akan melayaniku dan mematuhi semua perintahku. Jika kau berani membantah, kau akan menyesal."
Mendengar kata-kata Edward, hati Ara semakin mencelos. Ia merasa seperti terjebak dalam neraka. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk keluar dari situasi ini.
"Saya mengerti, Tuan," jawab Ara dengan suara bergetar.
Edward mendekatkan wajahnya ke wajah Ara. "Bagus. Aku tidak suka wanita yang membantah. Kau harus ingat itu."
Ara memejamkan matanya, berusaha menahan air mata yang hendak keluar. Ia merasa sangat takut dan putus asa.
Mobil terus melaju meninggalkan rumah itu. Ara menatap ke luar jendela, melihat pemandangan yang semakin menjauh.
Ara merasa seperti meninggalkan masa lalunya dan memasuki dunia yang gelap dan penuh bahaya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, namun ia bertekad untuk bertahan dan mencari kebahagiaannya sendiri.
si detektif kecil kayak Conan 😄😄😄..
badannya aja yg pitik ga sama isi kepala nya,,
dari pada uncle mu yg 1/2 ons
aihhh mau ngapain merek apa Edward mau ngetes lolipop nya Sam Jul Jul