NovelToon NovelToon
Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:218
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

SMA Adhirana dikenal sebagai sekolah elit dengan reputasi sempurna — tapi di balik tembok megahnya, beredar satu rumor yang gak pernah dibahas secara terbuka: “Lantai Tujuh.”

Katanya, gedung utama sekolah itu cuma punya enam lantai. Tapi beberapa siswa bersumpah pernah menekan tombol “7” di lift... dan tiba di lantai yang tidak tercatat di denah mana pun.

Lantai itu selalu berubah-ubah. Kadang berupa ruang kelas kosong dengan bau darah, kadang koridor panjang penuh loker berkarat. Tapi yang pasti — siapa pun yang masuk ke lantai tujuh selalu kembali dengan ingatan yang terpotong, atau malah tidak kembali sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 — Klub Jurnalistik dan Rahasia Arsip

Rasa bersalah atas hilangnya Zio terasa seperti beban fisik yang menekan dada Reina. Namun, rasa itu tidak melumpuhkannya. Justru, rasa bersalah itu berubah menjadi energi dingin yang memacu dirinya untuk bergerak. Ia harus menemukan Aksa, dan yang paling penting saat ini, ia harus menemukan Zio.

Ia duduk di bangku taman sekolah, membiarkan gerimis sore membasahi wajahnya. Ia memegang erat jurnal Aksa dan amplop tua yang diberikan Daren. Jurnal itu menjelaskan semua: eksperimen ruang-waktu, void tersier, dan Aksa sebagai penggerak di baliknya.

Jika Lantai Tujuh adalah mesin waktu yang ditenagai oleh rasa bersalah, maka Reina harus menyelam ke dalam sumber rasa bersalah terbesar di SMA Adhirana: arsip rahasia sekolah.

Satu-satunya cara mengakses arsip sekolah tanpa sepengetahuan administrasi adalah melalui Klub Jurnalistik—markas Zio.

Reina kembali ke Gedung Ekstrakurikuler yang gelap. Ruangan klub jurnalistik terasa kosong tanpa kehadiran Zio yang hiperaktif. Keheningan di sana terasa aneh; ini adalah tempat yang penuh dengan suara dan tawa Zio, dan kini hanya ada dengungan samar dari komputer yang tadi malam ia gunakan.

Naya menyambutnya di depan pintu. Gadis mungil itu terlihat semakin pucat, matanya bengkak.

“Reina, kamu mau apa lagi? Jangan nekat. Aku nggak mau kamu hilang juga kayak Zio,” pinta Naya, suaranya parau.

“Aku nggak akan hilang, Naya. Aku cuma mau cari tahu siapa saja yang pernah ‘mengundurkan diri’ karena lantai itu,” jawab Reina, memaksakan senyum tipis.

“Aku sudah coba cek arsip absensi, tapi semuanya rapi. Siswa-siswa itu pindah ke luar negeri, atau katanya sakit kronis,” kata Naya.

“Itu arsip palsu. Aku butuh arsip mentah. Arsip yang disimpan Zio di komputer ini,” Reina menunjuk komputer.

Naya ragu, tapi Reina menatapnya dengan tekad yang tidak bisa diganggu gugat.

“Aku... aku akan bantu kamu. Tapi kamu harus janji, jangan pernah sentuh lift itu lagi,” Naya menyerah.

Mereka masuk. Reina langsung menyalakan komputer tua itu. Ia mengingat sandi yang Zio ketik: kombinasi nama band metal favorit Zio dan tanggal hilang Aksa.

Layar menyala. Reina membuka folder yang berbeda kali ini: “A_Sekolah_Raw_Log”.

“Ini arsip apa, Naya?” tanya Reina.

“Ini arsip pengajuan klaim asuransi sekolah. Setiap siswa punya asuransi jiwa di sekolah elit ini. Kalau ada yang meninggal atau hilang secara misterius, sekolah harus bayar klaim besar. Mereka mencoba menyamarkannya sebagai ‘pindah’ atau ‘sakit’,” jelas Naya, mendekat.

Reina mulai menelusuri data. Data-data itu adalah nama siswa, tanggal kejadian, dan alasan resmi sekolah.

Desember 2015: Ananta Putra – Pindah mengikuti orang tua ke Swiss.

Juni 2017: Clara Wijaya – Mengundurkan diri karena sakit berkepanjangan.

Maret 2019: Yoga Perdana – Cuti Akademik.

“Semuanya bersih. Aku nggak ngerti,” kata Reina, putus asa.

Naya menyentuh mouse Reina. “Rei, coba kamu filter berdasarkan ‘Waktu Pemberhentian’. Pilih yang ‘Tidak Tercatat Resmi’.”

Reina mengubah filter. Seketika, layar komputer dipenuhi dengan data yang berbeda. Data-data ini tidak memiliki alasan resmi. Hanya nama, tanggal, dan kolom kosong di bagian ‘Keterangan Resmi’.

Mereka mulai menelusuri nama-nama itu. Semuanya terjadi pada rentang waktu yang sama, selalu di bulan yang berbeda, tapi konsisten terjadi antara pukul 11:00 P.M. hingga 04:00 A.M.

“Ini dia,” gumam Reina. “Orang-orang yang hilang di Lantai Tujuh.”

Ada sekitar dua puluh nama dalam sepuluh tahun terakhir.

Reina menunjuk ke salah satu nama yang masuk dalam daftar tahun 2017: Clara Wijaya.

“Clara Wijaya. Dia tadi ada di daftar ‘sakit berkepanjangan’,” kata Reina. “Kenapa di sini dia ‘Tidak Tercatat Resmi’?”

“Karena dia nggak sakit, Rei,” Naya berbisik, matanya berkaca-kaca. “Dia hilang.”

Reina menatap Naya. “Bagaimana kamu tahu?”

Naya terdiam, menatap layar komputer dengan pandangan kosong.

“Clara Wijaya... dia kakakku,” kata Naya, suaranya sangat pelan, nyaris tak terdengar.

Reina mematung. Ini adalah kejutan yang ia tidak duga.

“Kakakmu? Tapi namamu Naya Putri, dan dia Clara Wijaya.”

“Kami saudara tiri. Dia anak pertama Ayahku dari pernikahan yang dulu. Dia anak yang sempurna. Dia cerdas, dia Ketua Klub Robotik, dia selalu dapat nilai A. Dan dia hilang dua minggu setelah stress test ujian sekolah,” jelas Naya, air matanya menetes ke keyboard.

“Apa hubungannya dengan Lantai Tujuh?” tanya Reina lembut.

“Clara itu perfeksionis. Dia nggak pernah mau terlihat salah. Dia selalu bilang, dia punya rahasia besar yang bikin dia tertekan. Ayahku selalu menekan dia untuk jadi yang terbaik,” Naya mengambil napas dalam-dalam. “Beberapa hari sebelum dia hilang, dia cerita ke aku. Dia bilang, ‘Aku mau ke tempat yang nggak akan menghakimiku. Tempat yang menerima semua kelemahanku.’ Dan dia bilang dia akan naik lift di malam hari, saat nggak ada CCTV.”

Naya menghapus air matanya, ekspresinya berubah menjadi marah. “Aku pikir dia cuma mau bolos. Tapi ternyata dia... dia pergi ke tempat yang sama dengan Aksa. Lantai Tujuh.”

“Apa kamu tahu kenapa dia pergi? Apa dia juga mencari sesuatu?” Reina bertanya.

“Dia bilang, dia mau lari dari rasa bersalah. Dia pernah melakukan kesalahan besar waktu SMP, yang bikin temannya dikeluarkan dari sekolah. Tapi dia nggak pernah mau ngaku. Dia bilang, Lantai Tujuh itu adalah ‘tempat penebusan dosa’,” kata Naya.

Penebusan dosa. Daren bilang, Lantai Tujuh adalah tempat untuk dosa. Aksa bilang, lantai itu ditenagai oleh rasa bersalah.

Ternyata, Lantai Tujuh ini adalah Ruang Pengakuan Dosa Versi Sekolah Elit. Tempat di mana siswa-siswa yang tertekan oleh tuntutan perfeksionisme dan menyimpan rahasia kelam, mencari penghakiman atau pelarian.

“Kalau begitu, Daren benar. Lantai itu bukan sekadar dimensi. Itu adalah manifestasi psikologis dari sekolah ini,” gumam Reina.

Reina kembali menatap daftar nama di layar. Sekarang, daftar itu tidak lagi terasa seperti data, melainkan daftar korban dari sebuah sistem yang kejam.

“Kakakku bilang, orang yang masuk ke sana akan melihat dosa terbesar mereka dalam bentuk ilusi,” kata Naya.

“Zio...” Reina bergumam. “Apa dosa Zio?”

“Zio? Dia cuma ceroboh dan suka gosip. Dia nggak punya dosa besar,” Naya bingung.

“Mungkin dosa Zio bukan tentang dia. Tapi tentang aku,” kata Reina, rasa bersalahnya kembali mencabik-cabik. Ia telah menekan tombol 7. Zio adalah orang di sebelahnya. Zio menjadi 'korban' karena rasa bersalah Reina yang membawa orang lain ke dalam bahaya.

Tiba-tiba, Reina teringat sesuatu.

“Naya, kamu bilang Aksa kembali setelah lima jam, lalu menghilang lagi?”

Naya mengangguk. “Dia ditemukan pingsan di depan lift di lantai 3, malam itu. Dia terlihat sangat ketakutan. Ayahku yang bantu bersihin darah di tangannya. Administrasi bilang dia coba bunuh diri.”

“Darah? Siswi di CCTV itu,” gumam Reina. “Siswi itu bukan Aksa. Tapi Aksa juga berdarah.”

Reina segera membuka kembali folder Zio: “GL_Unrec_F-7”.

Ia menelusuri timeline dua tahun lalu, di hari hilangnya Aksa.

Pukul 02:00 A.M. Aksa muncul dari lift, pingsan, darah di tangannya.

Pukul 02:05 A.M. Daren muda, terlihat panik, muncul dari koridor, dan langsung berlari ke arah Aksa.

Pukul 02:15 A.M. Daren dan Ayah Naya (yang ternyata bekerja sebagai staf keamanan malam di sana, Naya menambahkan) membawa Aksa pergi.

“Mereka menutupi ini bersama-sama,” kata Reina.

“Daren dan Ayahmu.”

“Ayahku disuruh diam. Dia dapat uang yang sangat banyak,” Naya mengakui dengan wajah sedih.

Reina fokus pada monitor. Sesuatu yang aneh.

Di rekaman kamera, setelah Aksa dibawa pergi, lift itu kembali terbuka.

Pukul 02:30 A.M.

Dari lift itu, muncul sesosok tubuh lagi. Itu adalah seorang siswi berseragam SMA Adhirana, wajahnya tertunduk, rambutnya menutupi seluruh ekspresinya. Siswi yang sama yang dilihat Reina semalam.

Di tangan siswi itu, ada noda merah gelap yang sangat tebal.

Reina menyadari sesuatu yang mengerikan.

“Naya, siswi yang kita lihat di CCTV semalam... itu bukan siswi yang berbeda. Itu Aksa!” seru Reina.

“Maksudmu?”

“Lihat rambutnya. Panjang. Siswi di CCTV itu berambut panjang. Aksa berambut pendek. Tapi... waktu dia keluar dari lift, dia pingsan. Dia mungkin trauma, dia mungkin kehilangan waktu, dan dia mungkin... tidak sadar siapa dia.”

Naya menatap layar, air matanya kembali mengalir.

“Ya Tuhan. Itu memang Kak Aksa.”

Reina menghela napas. Dia kembali. Tapi tubuh dan pikirannya sudah kacau. Dan dia berdarah. Lalu dia menghilang lagi.

Reina kembali teringat catatan Aksa di jurnal: “Aku harus memberinya ‘korban’ yang bisa dia ambil sementara.”

Reina sadar, Lantai Tujuh bisa memutar waktu—dan setiap kali seseorang masuk, ada ‘jiwa’ yang tertukar. Atau lebih tepatnya, waktu jiwa itu terputar. Aksa kembali, tapi jiwanya tertukar dengan Aksa dua tahun lalu.

Ini bukan sekadar dimensi. Ini adalah pemutar waktu psikologis.

“Kita harus cepat, Naya. Zio akan kembali, tapi bukan Zio yang ini. Kita harus menyelamatkannya sebelum jiwanya benar-benar tertukar,” kata Reina, menutup laptop.

“Lalu kita harus ke mana?” tanya Naya, suaranya sudah dipenuhi tekad yang dingin.

Reina memegang amplop tua Daren, membalik-baliknya. Ia belum membukanya.

“Daren memberiku ini,” kata Reina. “Ini mungkin petunjuk dari Aksa yang sebenarnya.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!