Julia Hart, seorang wanita 28 tahun terpaksa bekerja menjadi penyanyi di sebuah klub malam. Demi menghidupi ibunya yang sakit - sakitan. Serta harus menyekolahkan dua orang adiknya yang masih sekolah.
Setidaknya semua berjalan normal. Julia berusaha menjalani harinya dengan baik. Ia juga mengabaikan tatapan sinis penuh penilaian buruk, dari setiap orang yang menghujat pekerjaannya sebagai penyanyi klub malam.
Tapi kehadiran seorang lelaki berwajah malaikat nan polos, berhasil memasuki hidupnya. Namun sayang, Julia tertipu oleh lelaki yang ternyata seorang playboy dan suka mempermainkan hati wanita.
Mampukah Julia mempertahankan cintanya untuk lelaki itu?
Apakah lelaki itu memiliki perasaan yang sama, atau hanya ingin mempermainkan dan mencampakkannya seperti wanita murahan?
Ataukah memang takdir akan berpihak pada Julia dengan mendapatkan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7 Pengganggu (18+)
"Aaahhh."
Desahan yang terdengar di sebuah ruangan itu, pasti akan membuat orang mendengarnya paham akan apa yang terjadi.
Terlihat seorang wanita yang sedang meraba bagian depan tubuh si lelaki. Tangan yang lentik itu berusaha turun dan mencoba menyentuh aset pribadi lelaki yang membuatnya sangat penasaran.
Setelah miliknya yang sensitif di mainkan dengan lihai oleh si lelaki, ia juga ingin melakukan hal yang sama. Namun sayang, sebelum keinginannya terpenuhi, sebuah tangan telah menangkap pergelangan tangannya.
'Hap!'
Wanita itu tersentak melihat tatapan dingin dan tidak bersahabat itu. Lelaki itu sepertinya marah akan sikapnya.
"Bukankah sudah kukatakan tidak ada pegangan sedikitpun pada tubuhku?"
Nada suara yang dingin membuat wanita itu sedikit merinding. Ia menelan ludah melihat emosi si lelaki.
Ia memang sudah di peringatkan sebelum datang ke tempat ini. Orang yang menyewanya telah memperingatkan dengan jelas jika orang yang akan ia layani, tidak menyukai sentuhan pada aset pribadinya.
Bahkan lelaki itu tidak mengijinkan ciuman di bibir. Ia benar - benar hanya harus melayani lelaki itu, seperti yang di perintahkan.
"Maafkan aku Tuan." Si wanita kembali bersuara dan mencoba tersenyum.
Senyuman paling memikat miliknya. Dan bisa membuat para lelaki terpesona. Tapi sepertinya pengecualian untuk lelaki ini.
'Tak!'
"Lakukan saja tugasmu. Jangan membuatku muak dan melemparkanmu jauh dari sini." Kembali suara lelaki itu memperingatkannya.
Wanita itu yang sudah terbuka bagian atas tubuhnya bergerak menjauh sedikit. Dengan sensual ia melepaskan penutup terakhir di tubuhnya, hingga tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya.
Ia melangkah perlahan dan mulai melepaskan pakaian si lelaki. Dengan tidak sabar, lelaki itu melepaskan pakaiannya.
Dengan kasar ia meraih tubuh itu dan memasukinya dengan kasar. Sudah kepalang emosi oleh sikap lancang wanita itu yang berusaha menyentuh aset pribadinya.
"Aaaa."
Wanita itu menjerit kuat oleh gerakan tak terduga itu. Belum selesai keterkejutannya, ia langsung mendesah kuat oleh gerakan kasar dan hujaman tajam itu.
"Yeahhhh."
Wanita itu mendesah semakin kuat. Meski lelaki itu bersikap kasar dan brutal dalam menghentak pinggulnya. Tapi ini adalah pengalaman yang sangat menakjubkan.
Lelaki ini benar - benar sangat hebat. Pantas saja banyak wanita yang bersedia menjadi patner sexnya. Meski tanpa harus di bayar sedikitpun.
Semua setimpal dengan kepuasan yang mereka terima. Lelaki itu sangat gagah dengan tenaganya yang penuh stamina.
"Damn it!"
Setelah bergerak dengan liar dan brutal selama satu jam. Lelaki itu mencengkeram leher si wanita. Menghentak pinggulnya semakin kuat.
"Aaaarrgghhh."
"Aaahhhh."
Lelaki itu menggeram kuat saat merasakan pelepasannya yang tiba. Si wanita juga terlihat lemas dengan desahan puas yang menyertai.
'Plugh!'
Lelaki itu mencabut miliknya yang mengenakan pengaman. Melepas pengaman itu yang telah berisi cairannya. Ia melemparkannya ke tempat sampah.
"Pergi dari sini."
Dengan tajam ia langsung mengusir wanita itu. Meraih celananya yang berceceran di lantai, ia mengenakan celana itu dan meraup pakaian wanita tersebut. Melemparkannya ke tubuh si wanita.
"Cepat pergi dari sini. Dan jangan pernah munculkan wajahmu di depanku lagi."
Wanita itu dengan cepat bangkit duduk. Meski masih lemas oleh sex yang luar biasa, tapi ia juga tidak ingin menyulut emosi lelaki itu.
Lelaki itu telrihat sangat menyeramkan. Berbanding terbalik dengan senyuman polos dan lembut, yang selalu ia tampilkan di depan umum.
Dengan tergesa - gesa, ia keluar dari ruangan itu. Meninggalkan kamar yang ia tahu tidak akan bisa ia masuki lagi.
Lelaki itu tidak akan menyentuh wanita yang sama untuk kedua kalinya. Itu adalah hukum menjalin hubungan sex dengannya.
'Klek!'
Lelaki itu mendongak saat pintu ruangan yang ia tempati terbuka begitu saja. Umpatan yang hampir keluar dari dalam mulutnya, kembali masuk saat si pelaku melangkah dengan santai ke dalam ruangan itu.
"Matt!"
Dengan senyuman lebar, lelaki yang berusia 45 tahun itu berseru dan duduk di sofa single yang berseberangan dengan Matt.
"Sofa ini bukan bekas kalian melakukannya bukan?" Theo Clark menunjuk sofa yang baru saja ia duduki.
"Diamlah Theo." Matthew Burmann langsung menjawab sengit.
Lelaki yang baru saja berhubungan sex dengan kasar adalah Mattew Burmann. CEO Burman Corp, berusia 33 tahun.
"Kenapa kamu terlihat emosi? Apa wanita itu kurang memuaskanmu?" Dengan alis yang di naikkan, Theo tersenyum mengejek Matthew yang moodnya sedang buruk.
"Jika kedatanganmu kemari hanya untuk mengejekku. Sebaiknya kamu segera pergi. Aku sedang tidak ingin berbasa basi." Matthew menuang minuman dengan kadar alkohol rendah untuknya. Meminumnya perlahan dan mengabaikan Theo.
"Ayolah Matt. Kenapa belakangan ini kamu terasa membosankan?" Theo berdecak melihat Matt.
"Sejak pak Tua itu masuk rumah sakit. Kamu menjelma menjadi cucu yang paling berbakti." Theo juga menyampaikan dan mendapat delikan tajam sebagai balasan.
"Hati - hati dalam berbicara Theo." Matthew memperingatkan.
"Kita berdua sama - sama tahu, jika kakekmu itu tidak separah itu. Ia hanya berusaha mengalihkan perhatianmu." Theo tidak mau mengalah.
"Meskipun itu alasannya, aku tidak akan pernah marah. Kamu tahu dengan jelas, jika adalah satu - satunya keluarga yang aku miliki." Matthew berkata dengan tak kalah tajam.
"Baiklah." Theo mengangkat kedua tangannya. Tanda menyerah.
Ia tidak akan bisa membantah Matthew soal kakeknya. Lelaki ini sangat menyayangi pak tua itu.
"Setelah terjun ke panti sosial dan acara sosial lainnya. Kamu sekarang menjadi lelaki yang paling di gilai oleh kaum wanita. Para wanita semakin gencar untuk mendapatkanmu." Theo berdecak dan menyampaikan informasi yang baru saja ia dapatkan.
"Kamu tahu jelas, itu semua tidak penting bagiku." Matt kembali meneguk minumannya.
"Yah, sayangnya aku tahu itu." Theo sependapat dengan Matthew.
"Aku baru mendengar informasi dari seseorang, jika teman lamamu Xander Jackson mempunyai sebuah klub di kota ini." Theo teringat akan tujuan utamanya mendatangi Matt.
"Wow! Kenapa aku baru tahu soal ini?" Mattew jelas terkejut dengan berita itu.
"Ia sepertinya memang sengaja menutupi dari kita. Ada sesuatu yag ia sembunyikan di klub itu." Theo menatap Matthew, yakin dengan pemikirannya.
"Dan menurutmu apakah itu?" Matt jelas semakin penasaran.
"Ia tidak ingin para wanita di klub itu berbalik memburumu jika datang ke tempat itu." Theo terkekeh saat berbicara.
"Tapi aku juga baru tahu sada sesuatu yang lain di klub itu." Theo menegakkan tubuh dan sontak memasang raut serius.
"Apa itu?" Matt sedikit malas meladeni perkatan Theo.
"Di klub ini ada semacam hiburan spesial setiap Rabu dan Sabtu malam. Ada seorang penyanyi yang ia pekerjakan untuk hiburan tambahan." Theo menyampaikan informasi yang semua ia ketahui.
"Seorang penyanyi di klub malam?" Matt mengernyit mendengar berita itu.
"Aneh bukan?" Theo sependapat dengan Matt.
"Jika biasanya klub malam akan ramai dengan musik dj. Tapi khusus klub malam ini, ia memiliki seorang penyanyi." Theo kembali bersuara.
Matthew diam menyaring info itu. Memikirkan alasan spesial Xander di klub malam itu.
Bukan hal baru bagi mereka jika tahu bahwa Xander memiliki klub malam. Bahkan lelaki itu banyak klub malam di kota - kota besar.
Tapi seorang penyanyi di klub malam? Terdengar aneh, dan membuat penasaran.
Dan yang lebih membuta Matt merasa heran, apa yang membuat Xander melakukan hal itu?
"Rabu dan Sabtu?" Matt bergumam lirih.
"Iya. Bukankah kita harus ke sana dan memeriksa keistimewaaan klub malam itu?" Theo melirik Matt yang sedang berpikir.
"Tentu. Kita harus ke sana. Siapa tahu jika penyanyi ini adalah wanita simpanan Xander. Ia mungkin tidak mau jika wanitanya tertarik padaku bukan?" Matt sontak bersuara.
"Betul sekali. Kita akan datang mengunjungi Xander di sana." Theo juga setuju dengna ide Matthew Burmann.
....................
jadi strong woman Thor