Nareshpati Sadewa Adibrata akhirnya bertemu lagi dengan.gadis yang sudah menolaknya delapan tahun yang lalu, Nathalia Riana.
Nareshpati Sadewa Adibrata
"Sekarang kamu bukan prioritasku lagi, Nathal."
Nathalia.Riana
"Baguslah. Jangan pernah lupa dengan kata katamu."
Semoga suka♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pov Nareshpati Sadewa Adibrata part dua
Untung saja Naresh belum jauh pergi meninggalkan pesta yang sudah selesai.
Suara jeritan jeritan di belakangnya membuat dia menoleh. Saat itu dia melihat Nathalia yang mengenakan kebaya dan kain sempit terdorong ke depan. Mungkin efek tabrakan dengan sepupu sepupu perempuannya yang lain. Karena Naresh melihat mereka oleng.
Kaki Naresh melangkah begitu saja mendekati Nathalia. Tangannya terkembang meraih pinggang gadis galak itu dalam pelukannya.
Rambut panjang yang dibuat bergelombang di bagian bawahnya menggelitik lehernya, ketika terurai di sana.
Naresh terpaku sesaat ketika tubuh itu balas memeluknya erat. Dadanya hampir retak karena bersen tuhan dengan bagian depan gadis itu yang me non jol se ksi akibat ketatnya kebaya yang dia gunakan. Naresh dapat merasakan kelembutan dan kekenyalannya.
Naresh bukan cowo hiper. Tapi kalo tentang Nathalia, semuanya jadi beda.
Dulu aja waktu masih sekolah, Naresh selalu berfantasi li ar saat melihat Nathalia. Padahal penampilan gadis itu jauh dari kata se ksi. Malah sangat sopan. Roknya juga sesuai standar sekolah yang panjangnya di bawah lutut.
Tapi di mata Naresh, Nathalia membuat has rat laki lakinya terpanggil. Hanya Nathalia Rania Airlangga Wisesa. Naresh ngga menyangka berlaku untuk hari ini juga.
Dia mengabaikan tatapan kaget dan protes Nathalia, juga tawa tawa teman teman SMAnya dulu.
Naresh merasakan degup keras dan cepat jantung Nathalia di dadanya.
Kemudian dia juga membungkuk dan melepas sepatu gadis itu. Kulit kaki gadis itu terasa dingin saat Naresh menja mahnya.
Naresh ingin mengusapnya, tapi dia menahan mati matian keinginan gilanya.
Naresh perlahan bangkit, kemudian setelah menyerahkan sepatu rusak itu pada teman SMAnya, Setelahnya Naresh menggendongnya di tengah perdebatan yang ngga berkesudahan.
Tidak akan dia biarkan Abiyan menggendongnya. Juga apa tadi? Gadis itu minta papinya saja yang menggendongnya?
No, kamu bukan anak kecil lagi Nathal.
Degupan jantung Nathalia kian cepat. Juga benda kenyal itu yang menyentuh dadanya mengalihkan perhatiannya.
Dia melupakan Racel.
Naresh memaki lagi dalam hati. Kebaya yang dikenakan gadis ini berleher rendah. Naresh sempat melihat bagian yang harusnya ngga terlihat. Tapi posisinya memang menguntungkan.
Pink.
Naresh hampir gila. Karena itu dia selalu melihat ke atas. Tapi gesekan yang dibuat tanpa henti oleh Nathalia membuatnya ingin segera menerkamnya.
Untunglah ada ketiga sepupu perempuan Nathalia bersama mereka, jadi dia bisa mempertahankan harga dirinya.
Tidak dia sangka. Nathalia masih berpengaruh besar padanya.
Naresh memasuki kamar hotel yang sudah dibuka aksesnya oleh Adelia.
Dia mendudukkan perlahan gadis itu dan menselonjorkan kakinya perlahan di atas tempat tidur. Naresh duduk di ujung kakinya dan menatap pergelangan kaki yang memerah itu.
"Kalo di biarkan begini, bisa seminggu baru sembuh," ucapnya pelan.
"Iya, sih. Harusnya dipijat, ya," sahut Adelia. Pergelangan kaki itu mulai bengkak.
"Enggak mau. Dipegang aja sakit,: tolak Nathalia.
"Kamu mau pincang selama seminggu?" tanya Luna kesal.
"Ngga apa. Biar sembuh sendiri."
Terdengar helaan nafas ketiga sepupunya. Nathalia memang keras kepala. Paling nanti papinya aja yang ngebujuk. Papinya tau trik kelemahan Nathalia.
Naresh teringat almarhummah neneknya. Dulu tiap beliau pegal, Naresh selalu memijatnya. Kata almarhummah nenek, pijatannya enak, membuat pegal pegalnya hilang.
Tangan Naresh tergelitik untuk menyentuh kaki itu lagi. Sekalian mempraktelkan lagi skill memijatnya yang selalu di puji neneknya dulu.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Naresh menekan pelan pergelangan itu perlahan hingga membuat Nathalia menjerit.
"Sakit, Naresh."
Tapi Naresh terus menekannya hingga ratapan kesakitan terus keluar dari mulut Nathalia.
Anehnya Naresh suka mendengar teriakan memohon Nathalia. Dia jadi teringat keangkuhan gadis ini padanya.
Mungkin kali ini ngga apa menampakkkan sisi lemahnya. Naresh tersenyum jahil.
Naresh kembali menekannya lebih kuat dari tadi.
Waktu ditekan perlahan saja, Nathalia sudah menjerit, apalagi sekarang.
Kedua tangan Nathalia mencengkram kuat lengan Naresh efek dari rasa sakit tekanan itu. Wajahnya tengadah dengan mata mulai basah menatap Naresh
"Sudah, Naresh. Sakit," mohonnya agak mengiba. Tidak ada wajah galaknya lagi. Naresh menjeda pijatannya agar Nathalia bisa bernafas lega.
"Naresh, kamu beneran bisa pijat?" Sebagai dokter Luna melegalkan pijat di bagian kaki, asalkan bukan di bagian perut.
"Kalo salah pijat bagaimana?" tanya Adelia khawatir.
"Sudah, Naresh. Nanti kaki aku malah tambah parah sakitnya," larang Nathalia yang menahan air matanya agar ngga turun. Dia bisa malu berlipat lipat nangis di depan Naresh.
Kayak anak kecil aja.
"Aku sering pijatin nenek dulu."
Mendengar kata nenek, mereka terdiam.Termasuk Nathalia. Suasana terasa hening.
"Ya udah pijat aja," kata Adelia langsung memberi ijin.
Nathalia menatap kembarannya dengan protes.
Bukan begitu juga, kali, Del.
"Ngga apa, Nathal. Naresh sudah pengalaman," ujar Adelia yang memahami isyarat protes kembarannya.
"Biar cepat sembuh. Aku ngga tega lihat kaki kamu bengkak gitu." Ayra ikut membujuk.
"Asal bukan perut, pijat kaki ngga bahaya, kok," ucap Luna meyakinkan.
Seakan sudah mendapat ijin, Naresh menekan lagi bagian yang sudah bengkak itu lebih kuat lagi. Dia mau mendengar gadis itu memohon padanya.
Naresh teringat lagi dengan tragedi surat cintanya dulu.
Dia sebenarnya sudah ditolak atau belum, sih?
Sampai sekarang Naresh hanya menduganya saja kalo dirinya sudah ditolak Nathalia.
Nathalia menjerit lagi. Sungguh dia ngga bisa menahannya. Sakitnya seolah sampai menembus semua saraf saraf yang ada di tubuhnya. Bahkan air matanya sudah turun seolah mewakili rasa sakit itu.
Adelia dan sepupu kembarnya menatap ngilu dan kasian melihat wajah kesakitan Nathalia. Kembarannya tidak sungkan menjerit di depan Naresh dan kedua tangan Nathalia juga sudah ngga sungkan mere mas pundak laki laki itu.
Pasti Nathalia ngga sadar.
"Aku keluar dulu." Adelia yang ngga kuat melihat penderitaan Nathalia melangkah keluar dari kamar. Ayra dan Luna juga ikutan keluar. Mereka juga ngga tega, mereka akan menunggu proses tradisional ini selesai.
Nathalia ngga sempat protes lagi karena sakitnya benaran minta ampun banget.
Kepalanya pun tanpa dia sadati sudah menyandar di lengan Naresh.
Naresh berusaha tetap konsentrasi memijatnya. Pelan tapi pasti bengkaknya berkurang. Suara Nathalia juga sudah melemah karena semakin serak. Tapi tetap saja dia meringis walau sakitnya sudah terasa berkurang
Ya berkurang.
Naresh baru sadar kalo mereka sudah ditinggalkan berdua saja. Saatnya untuk meyakinkan hatinya.
Naresh mengangkat dagu Nathalia hingga wajah yang sudah tampak cukup berantakan itu mendongak menatapnya. Eyeshadow dan maskaranya sedikit luntur oleh banjirnya air mata yang tumpah.
"Sudah, Naresh." Nathalia menggelangkan kepalanya. Wajahnya sudah sangat menyiratkan rasa sakitnya.
Naresh ngga menjawab, dia mendekatkan bibirnya. Ini yang selalu ingin dia lakukan sejak dulu. Menci um bibir yang suka menolak semua kebaikannya dulu.
Nathalia yang ngga menyangka akan dici um Naresh mematung. Tapi ternyata tangan Naresh mulai memijatnya lagi. Dalam sakitnya, Nathalia malah menghi sap kuat bibir Naresh tiap laki laki itu menekan bagian tersakit di kakinya. Tangannya makin kuat mencengkeram lengan Naresh yang berlapiskan jasnya.
Naresh tersenyum. Hisa pan bibir Nathalia terasa nik mat untuknya. Sesekali dia membalasnya.
Nathalia ngga tau kenapa rasa sakit pijatannya makin berkurang. Apa karena ci uman menggebu dari dirinya dan Naresh?
Pijatannya sebentar lagi selesai, begitu juga ci uman Nathalia. Nathalia yang kian larut dalam gelenyar aneh, kini membuka mata ketika Naresh menjauhkan bibirnya.
"Harusnya dari awal begini, ya." Mata Naresh menatap agak meremehkan.
Nathalia kesal mendengarnya.
PLAK
Tangannya menampar pelan wajah Naresh.
Bunyi tamparan itu membuat pra sepupu Naresh memasuki kamar Nathalia.
"Ada apa, Nathal?
membohongi perasaan masing-masing,
nyesek tau pas Naresh bilang Nathal bukan prioritas nya lagi,
Duh Naresh Naresh...ga takut apa doa emak" online, di doain bucin akut sama Nathalia baru rasa.
Kak Rahma, bikin Naresh menemukan buku Diary nya Nathal, 8 th yg lalu, biar setidaknya Naresh sedikit mengerem ucapannya yg bisa menyakiti Nathal
𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙠𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙢𝙡𝙖𝙝 𝙣𝙜𝙤𝙢𝙤𝙣𝙜 𝙜𝙞𝙩𝙪 𝙠𝙚 𝙣𝙖𝙩𝙝𝙖𝙡𝙞𝙖 𝙨𝙤𝙖𝙡 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙞𝙠𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣 𝙯𝙜 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙖𝙣𝙜𝙜𝙖𝙥 𝙤𝙧𝙣𝙞𝙠𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙗𝙞𝙨𝙣𝙞𝙨 𝙙𝙤𝙖𝙣𝙠, 𝙖𝙥𝙖 𝙣𝙖𝙩𝙝𝙖𝙡𝙞𝙖 𝙜𝙖𝙠 𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙘𝙪𝙚𝙠 𝙣𝙣𝙩𝙞 𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪...
𝙣𝙖𝙩𝙝𝙖𝙡𝙞𝙖 𝙟𝙣𝙜𝙣 𝙙𝙞𝙗𝙞𝙠𝙞𝙣 𝙡𝙪𝙡𝙪𝙝 𝙙𝙪𝙡𝙪 𝙙𝙚𝙘𝙝 𝙏𝙝𝙤𝙧 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞 𝙣𝙖𝙧𝙚𝙨𝙝 𝙨𝙖𝙙𝙖𝙧 𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙗𝙞𝙠𝙞𝙣 𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙙𝙪𝙡𝙪𝙖𝙣 𝙠𝙚 𝙣𝙖𝙩𝙝𝙖𝙡𝙞𝙖... 𝙗𝙞𝙠𝙞𝙣 𝙣𝙖𝙩𝙝𝙖𝙡𝙞𝙖 𝙢𝙖𝙠𝙞𝙣 𝙘𝙪𝙚𝙠 𝙙𝙖𝙣 𝙜𝙖𝙠 𝙗𝙖𝙥𝙚𝙧𝙖𝙣 𝙗𝙞𝙖𝙧 𝙨𝙞 𝙣𝙖𝙧𝙚𝙨𝙝 𝙖𝙙𝙖 𝙚𝙛𝙛𝙤𝙧𝙩 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙥𝙚𝙧𝙟𝙪𝙖𝙣𝙜𝙞𝙣 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙣𝙖𝙩𝙝𝙖𝙡𝙞𝙖... 𝙗𝙞𝙖𝙧 𝙙𝙞𝙖 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙜𝙖𝙠 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙢𝙚𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙞𝙠𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙢𝙧𝙚𝙠𝙖
Om Ocong Ngasih iklan
semangat ya nathali 😍😍😍