Gabriella Alexia Santoro. Seorang gadis cantik yang begitu dingin dan cuek. Kedatangan nya ke sekolah baru, membuat siapa saja terpesona. Termasuk dengan most wanted yang terkenal sangat cuek dan galak. Samudra Tri Alaska. Ketua geng motor Alaska yang berdarah dingin. Kebiasaan nya mengirim orang-orang ke rumah sakit sudah senter terdengar di seluruh penjuru kota. Namun aksinya itu tidak pernah sampai membuatnya di tangkap oleh polisi. Karena ayahnya yang seorang komandan militer. Namun, kedatangan Gabby si gadis super cuek dan dingin membuat nya berubah. Pesona Gabby mampu meluluhkan hati keras Samudra
Guys!! Ini novel pertama ku disini, bantu support yaaa🤗
Kalo ada kesalahan mohon koreksi, biar aku bisa belajar dari kesalahan dan memperbaiki nya😘
Happy reading guys....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nasella putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balasan dari seorang kakak
“KAKEK!!! NENEEKK!!!”
Gheazora dan Gevanya yang baru saja keluar dari dalam mobil dengan cepat berlari menaiki anak tangga dengan begitu senang dan semangat.
Kedua nya berlari memasuki mansion dan mendapati sang nenek yang sedang duduk di ruang tamu bersama dengan beberapa orang.
“Cucu cucu nenek udah pulang”
Rosetta berdiri menyambut kedatangan kedua cucunya dengan merentangkan kedua tangannya. Kedua cucunya pun dengan cepat berlari ke arah nya dan memeluknya.
“Bagaimana hari pertama kalian?” Tanya Rosetta dengan lembut.
“Nek! Vanya harus mengisi formulir untuk masuk ke dalam club musik. Begitupun dengan Zora. Formulir itu harus di tandatangani oleh orang tua, nek” Ujar Gevanya dengan raut yang serius.
“Tapi, bukankah orang tua kalian sudah tidak ada?”
Celetukan dari seorang wanita tua pun membuat Rosetta, Gevanya, Gheazora bahkan Gian dan Gani yang baru saja sampai terdiam dengan senyum yang surut.
Wanita tua itu malah tersenyum tanpa merasa bersalah sedikitpun.
“Ya... Aku hanya ingin bilang, jika bukan orang tua, kalian bisa meminta tandatangan paman, bibi, atau kakek nenek kalian. Seharusnya mereka bilang tandatangan wali murid, bukanlah orang tua. Haha!!”
Dan tanpa beban, wanita tua itu terkekeh dengan geli nya. Ia tidak menyadari situasi yang sudah berubah. Bahkan teman-temannya yang lain sudah membeku di tempat karena celetukan wanita tua itu.
Rosetta menghembuskan nafasnya panjang seraya mengelus rambut kedua cucunya.
“Kalian masuk ke kamar dulu ya? Ganti baju, lalu nanti nenek akan panggil kalo sudah waktunya makan” Ucap Rosetta dengan lembut.
“Gian, Gani, bawa adik-adik kalian ke atas”
Gian dan Gani pun mengangguk dan berjalan menghampiri kedua adiknya dan menuntunnya untuk pergi ke lantai atas.
Rosetta yang melihat keempat cucu nya naik pun kembali melenggang ke arah ruang tamu di mana teman-temannya berada. Wanita itu duduk kembali di sofa single dengan begitu anggunnya.
“Jangan di masukan ke hati rose, aku hanya bercanda tadi” Ucap wanita tua itu masih dengan kekehan nya.
Rosetta yang ingin marah pun mengurungkan niatnya. Ia pun kini hanya bisa menampilkan raut kesalnya.
Pletak!
“AH! ASTAGA! APA ITU?!”
Wanita tua itu memegangi kepalanya yang sakit karena terkena sesuatu yang entah apa itu.
Para wanita tua itu pun beranjak dari duduknya dengan raut yang panik. Mereka menoleh ke sana kemari untuk mencari benda yang menyakiti si wanita tua itu.
Hingga salah satu dari mereka pun mendapati sebuah kerikil berwarna biru tua.
“Ini! Darimana batu ini?” Ucap si wanita yang menemukan batu tersebut.
Tap! Tap! Tap!
Mereka semua menoleh ke arah tangga dan mendapati Gabby yang sedang menuruni anak tangga dengan pakaian santai nya.
Gadis itu berjalan ke arah ruang tamu dan menatap si wanita tua yang masih memegangi kepalanya dengan datar.
“Batu itu milikku” Ucap Gabby masih tanpa ekspresi.
“Batu ini milikmu? Lalu bagaimana bisa baru ini sampai disini nak?” Tanya wanita tua yang menemukan batu milik Gabby.
“Jangan di masukan ke hati, aku hanya bercanda tadi”
Ucapan Gabby membuat semua orang terkesiap begitupun dengan Rosetta.
“Boleh aku minta batu ku kembali?” Pinta Gabby.
Wanita yang masih memegang batu milik Gabby pun menyerahkan nya dengan ekspresi yang masih shock.
Gabby pun melenggang pergi kembali ke atas. Rosetta sendiri sudah menahan tawa nya dengan begitu berusaha. Namun Rosetta tidak bisa menahannya. Tawanya buyar dan membuat semua teman-teman menatap ke arahnya.
“Astaga... Maaf... Cucu cucu ku itu, mereka memang sangat menggemaskan, bukan?” Ujar Rosetta dengan raut senangnya.
“Bagaimana bisa kau menyebut mereka menggemaskan, padahal cucu mu itu baru saja menyakiti ku?” Protes wanita tua itu.
“Astaga Sarah... Kenapa kau semarah ini? Cucu ku sudah mengatakan nya, tadi dia hanya bercanda. Kau juga mengatakan itu ketika menyakiti cucu-cucu ku tadi. Iya kan?”
Perkataan Rosetta membuat si wanita tua bernama Sarah itu pun seketika bungkam.
“Benar, kau saja melakukan sesuatu tanpa pikir panjang. Sekarang di balas dengan setimpal, kau malah protes” Sahut salah satu teman Rosetta.
“Lagian, kenapa juga kau harus berdebat dengan anak kecil? Apa cucu-cucu mu tidak pernah mengajak mu bercanda atau apa?” Sahut yang lainnya.
Dan karena merasa dongkol, Sarah pun mengambil tas nya dan pergi dengan kesal.
“Sudah, biarkan saja dia. Sekali-kali dia memang harus di kasih pelajaran” Ujar salah satu yang lainnya.
Rosetta mengulum senyuman yang membuat nya lega. Aksi Gabby yang tidak di sangka-sangka, membuat sangat senang. Bukan berarti ia suka cucunya itu berbuat seperti tadi. Tapi Rosetta senang karena Gabby mau bertindak dan berbicara, meskipun masih terdengar datar dan dingin.
.
.
.
Malam pun datang, keluarga Santoro saat ini tengah makan malam bersama. Setelah semuanya kembali ke rumah, mereka pun berkumpul di meja makan.
“Anak-anak, bagaimana dengan hari pertama kalian?” Tanya Zerga yang begitu kepo dengan hari pertama para anak dan keponakan nya itu.
“Kami mendapatkan teman, paman! Namanya Maggie dan Scarlett” Jawab Gheazora dengan senyum lebarnya.
“Wah! Itu bagus!” Ucap Gallilea yang membuat senyum Gheazora semakin merekah.
“Kami baru saja masuk ke dalam tim basket!” Sahut Gabriel dengan begitu bersemangat.
“Sungguh?! Wah! Kalian pasti sangat hebat dalam bermain basket. Sekolah Graham itu sangat ketat untuk hal hal seperti itu, asal kalian tau saja” Ujar Zavier dengan bersungut-sungut.
“Tentu saja kami berhasil masuk. Selama di Jerman, kami adalah duo yang tidak bisa di kalahkan siapapun!” Balas Gabriel yang sudah memulai sifat sombongnya.
“Tapi kalian juga harus selalu berhati-hati. Jaga diri kalian baik-baik. Sekali kalian cedera, posisi kalian terancam tergantikan oleh yang lain” Ujar Zayn memperingati.
“Kalian sangat tau sekolah Graham? Bagaimana bisa? Kalian kan tidak pernah bersekolah disana” Tanya Gabrian dengan bingung.
“Kita emang ga pernah sekolah di sana. Tapi kita punya banyak kenalan di sana” Jawab Zavier dengan pongahnya.
“Lalu bagaimana dengan kalian?” Tanya Ebru pada cucu-cucu nya yang lain.
“Aku sudah mendaftar untuk menjadi anggota OSIS. Besok akan ada tes untuk ku, kek” Jawab Gian.
“Bagus!” Balas Ebru.
“Aku juga sudah mendaftar untuk masuk ke dalam club sepakbola, kek” Timpal Gani.
“Bagus!” Balas Ebru.
Mereka pun terdiam dan menoleh ke arah Gabby yang hanya fokus pada makanannya dan bahkan tidak berniat untuk menatap seluruh keluarga nya.
“Em... Kalian tau? Tadi, Gabby baru saja melakukan suatu hal!” Sahut Rosetta memecah keheningan.
Para anak dan cucunya pun menoleh ke arah Rosetta dengan begitu semangat.
“Oh ya? Apa itu, ibu?” Tanya Gallilea dengan begitu penasaran.
“Kalian ingat wanita yang membuat hati kalian terluka tadi?” Tanya Rosetta pada Gevanya dan Gheazora.
Kedua gadis itu pun terdiam dengan raut sendu lalu menganggukan kepalanya dengan perlahan.
“Setelah kalian ke atas, wanita itu mendapatkan balasannya! Dan hal itu di lakukan oleh Gabby!”
“Benarkah?! Apa yang kakak lakukan nek?” Tanya Gevanya dengan mata yang membelalak penuh antusias.
“Gabby melemparkan batu ke kepala wanita itu, dan membuat nya kesakitan. Lalu, Gabby pun datang dan mengatakan kata-kata yang sama seperti yang di lontarkan oleh wanita itu!”
“Sungguh? Lalu bagaimana dengan nenek itu nek?” Tanya Gian yang merasa tertarik dengan cerita sang nenek.
“Wanita itu pergi dengan kesal. Ia benar-benar malu karena telah di kalahkan oleh anak-anak! hahaha!!!”
Semua orang pun mulai tertawa mendengar cerita sang nenek. Kecuali Gabby yang seolah tidak tertarik dengan pembahasan di meja makan.
Gadis itu bahkan sudah meminum air putih nya lalu beranjak dari duduknya dan melenggang pergi begitu saja.
Hal itu membuat tawa di ruang makan pun terhenti.
Rosetta menatap sang cucu dengan senyum harunya.
“Pelan-pelan, pelan-pelan Gabby akan kembali...” Ucap Gallilea yang di angguki yang lainnya dengan tatapan penuh harap.
.
.
.
.
TBC.